8 Jenis Masker Virus Corona COVID-19, Diurutkan dari yang Terbaik ke Terburuk

Para ilmuwan telah mengevaluasi bahan masker yang paling efektif untuk menangkal virus corona, dari yang paling protektif hingga yang tidak.

oleh Hariz Barak diperbarui 06 Okt 2021, 13:25 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini, sudah jelas bahwa masker dapat mencegah penularan virus corona dan menyelamatkan nyawa.

Sebuah analisis pendahuluan dari 194 negara menemukan bahwa tempat-tempat di mana masker tidak direkomendasikan mengalami peningkatan kematian virus corona per kapita setiap minggu sebesar 55 persen setelah kasus pertama mereka dilaporkan, dibandingkan dengan 7 persen di negara-negara dengan budaya atau pedoman yang mendukung pemakaian masker.

Tetapi tidak semua masker memberikan tingkat perlindungan yang sama.

Masker wajah yang ideal memblokir tetesan pernapasan besar dari batuk atau bersin --metode utama penyebaran virus corona dari satu orang ke orang lain-- bersama dengan partikel udara yang lebih kecil, yang disebut aerosol, diproduksi ketika orang berbicara atau menghembuskan napas.

WHO merekomendasikan masker medis untuk petugas kesehatan, orang tua, orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, dan orang-orang positif virus corona atau menunjukkan gejala.

Orang sehat yang tidak termasuk dalam kategori itu harus memakai masker kain, menurut WHO. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga merekomendasikan masker kain untuk masyarakat umum.

Tetapi bahkan masker kain bervariasi, karena jenis-jenis tertentu lebih berpori daripada yang lain.

"Itu tergantung pada kualitasnya," Dr. Ramzi Asfour, seorang dokter penyakit menular di Marin County, California, mengatakan kepada Business Insider, dikutip pada Minggu (2/8/2020).

"Jika kamu membuat masker kain dari seprai katun Mesir dengan 600 benang, itu berbeda dengan membuatnya dari kaos murahan yang tidak ditenun dengan sangat halus."

Selama beberapa bulan terakhir, para ilmuwan telah mengevaluasi bahan masker yang paling efektif untuk menjebak virus corona. Inilah hasil mereka sejauh ini, dari yang paling protektif hingga yang tidak, dikutip dari the Insider:

1. N99 dan N95

Masker N95
Masker N95 yang efektif menghalangi 95 persen partikel yang masuk (terutama PM10).

Keduanya menempel rapat di sekitar hidung dan mulut sehingga sangat sedikit partikel virus yang dapat masuk atau keluar. Mereka juga mengandung serat khusus untuk menyaring patogen di udara.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hospital Infection bulan lalu mengevaluasi lebih dari 10 masker berdasarkan kemampuan mereka untuk menyaring partikel virus corona yang terbawa melalui udara.

Para peneliti menemukan bahwa masker N99 mengurangi risiko infeksi seseorang sebesar 94 hingga 99 persen setelah 20 menit paparan di lingkungan yang sangat terkontaminasi.

Varian N95 menawarkan perlindungan yang hampir sama --namanya mengacu pada efisiensi minimum 95 persen dalam menyaring aerosol.

Studi terbaru lainnya juga menentukan bahwa masker N95 menawarkan perlindungan yang lebih baik daripada masker bedah.

 

2. Masker Bedah Sekali Pakai

FOTO: Melihat Persiapan Dokter Memakai APD Tingkat 3
dr Rahmadi Iwan Guntoro, Sp.P melapisi masker N95 dengan masker bedah di Rumah Sakit Haji, Jakarta, Kamis (9/4/2020). Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah mengeluarkan rekomendasi standar APD berdasarkan tiga tingkatan perlindungan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Masker bedah terbuat dari kain bukan tenunan, jadi biasanya merupakan pilihan paling aman bagi petugas kesehatan yang tidak memiliki akses ke masker N99 atau N95.

Sebuah penelitian pada April 2020 menemukan bahwa masker bedah mengurangi penularan beberapa virus corona manusia (walaupun penelitian ini tidak memasukkan SARS-CoV-2 yang saat ini menjadi pandemi) melalui tetesan pernapasan dan aerosol yang lebih kecil.

Secara umum, masker bedah sekitar tiga kali lebih efektif untuk memblokir aerosol yang mengandung virus daripada masker wajah buatan sendiri, menurut studi tahun 2013. Tetapi, petugas layanan kesehatan harus tetap memiliki akses kepada mereka terlebih dahulu.

"Kita tidak ingin mengambil masker itu dari petugas medis yang mungkin membutuhkannya lebih banyak," kata Asfour.

 

3. Model 'Hybrid'

Ilustrasi Pakai Masker
Ilustrasi pakai masker. (dok. Unsplash.com/@duongdaihiep123)

Dalam sebuah makalah baru-baru ini yang belum di-peer review, para peneliti di Inggris menetapkan bahwa masker "hibrida" --menggabungkan dua lapisan kapas pintal 600-benang dengan bahan lain seperti sutra, sifon, atau flanel-- menyaring lebih dari 80 persen partikel kecil (kurang dari 300 nanometer) dan lebih dari 90 persen partikel yang lebih besar (lebih besar dari 300 nanometer).

Mereka menemukan bahwa kombinasi kapas dan sifon memberikan perlindungan yang paling besar, diikuti oleh kapas dan kain flanel, katun dan sutra, dan empat lapis sutera alami.

Para peneliti menyarankan bahwa opsi ini bahkan mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker N95, meskipun mereka tidak selalu lebih baik dalam menyaring partikel yang lebih besar.

Tim juga menemukan bahwa dua lapis kapas pintal 600 benang atau dua lapis sifon mungkin lebih baik dalam menyaring partikel kecil daripada masker bedah.

 

4. Kain Sutera Tiga Lapis

ilustrasi masker/unsplash
ilustrasi masker/unsplash

WHO merekomendasikan bahwa masker kain harus memiliki tiga lapisan : lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan nonabsorben seperti poliester.

Sebuah penelitian di University of Illinois yang masih menunggu peer review menemukan tiga lapis kemeja sutra atau 100% kain katun T-shirt mungkin sama protektifnya dengan masker tingkat medis. Sutra khususnya memiliki sifat elektrostatik yang dapat membantu menjebak partikel virus yang lebih kecil.

 

5. Filter Penyedot Debu

ilustrasi masker/unsplash/amikacin
ilustrasi masker/unsplash/amikacin

Studi Journal of Hospital Infection menemukan bahwa filter penyedot debu (atau penyaring penghisap debu yang dimasukkan ke dalam masker kain) mengurangi risiko infeksi sebesar 83 persen setelah terpapar dengan virus corona selama 30 detik dan sebesar 58 persen setelah 20 menit paparan di tempat yang sangat berisiko tinggi mengandung materi terkontaminasi.

Bahan itu hampir sama baiknya dalam menyaring aerosol seperti masker bedah, para peneliti menemukan.

Itu bisa menjadi perlindungan yang cukup untuk menghentikan wabah. Sebuah penelitian pada Mei 2020 menemukan bahwa pemakaian masker secara universal akan mengendalikan epidemi bahkan jika maskernya hanya 50 persen efektif dalam menjebak partikel-partikel infeksius.

6. Handuk dan Seprai

Handuk Bersih
Ilustrasi Foto Handuk (iStockphoto)

Handuk dan sarung bantal antimikroba adalah alternatif terbaik berikutnya, menurut studi Journal of Hospital Infection.

Handuk harus dipilin rapat untuk memberikan perlindungan, kata para peneliti.

Sarung bantal antimikroba (biasanya terbuat dari satin, sutra, atau kain bambu) lebih disukai daripada sarung bantal katun standar, kata mereka.

7. Syal atau Kain Katun

ilustrasi syal/pexels
ilustrasi syal/pexels

Peneliti Inggris menemukan bahwa satu lapisan kapas pintal 80-benang adalah di antara bahan yang paling tidak efektif untuk memblokir partikel virus corona baik besar maupun kecil.

Selendang dan kaus katun mengurangi risiko infeksi sekitar 44 persen setelah terpapar dengan virus corona selama 30 detik, demikian temuan Journal of Hospital Infection. Setelah 20 menit paparan di lingkungan yang sangat terkontaminasi, pengurangan risiko turun menjadi hanya 24 persen.

Tapi itu lebih baik daripada nol.

Bahkan masker katun yang dipasang longgar "secara substansial mengurangi" penyebaran partikel virus ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, para peneliti di India baru-baru ini memutuskan.

Mereka menemukan bahwa tetesan infeksius menjalar hingga 16 kaki ketika seseorang tidak mengenakan masker, dibandingkan dengan hanya 5 kaki ketika partikel bocor keluar sisi-sisi masker wajah.

8. Masker Kapas Satu Lapis --opsi darurat, daripada tidak sama sekali

Penimbun Masker Ditangkap di Semarang
Petugas merapikan masker saat melakukan gelar atas penangkapan penimbun masker dan hand sanitizer di Polda Jateng, Semarang, Selasa (4/3/2020). Dua orang ditangkap berinisial AK (45) warga Kanalsari Barat, Semarang Timur dan M (24) warga Kapas timur VIII, Genuk Semarang. (Liputan6.com/Gholib)

Peneliti Inggris menemukan bahwa orang yang memakai masker kapas memiliki kemungkinan infeksi 54 persen lebih rendah daripada orang yang tidak memakai masker sama sekali.

Orang-orang yang memakai masker kertas memiliki kemungkinan infeksi 39 persen lebih rendah daripada kelompok tanpa masker.

Tidak seperti masker bedah, yang biasanya berlipit dan terbuat dari tiga lapisan kain, masker kertas lebih tipis, sehingga mereka memberikan perlindungan yang lebih sedikit.

Simak video pilihan berikut:

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya