Direktur WHO Sebut Vaksin Bukanlah Akhir dari COVID-19, Bersiap Hidup dengan Virus

Direktur WHO wilayah Eropa Hans Kluge pada Kamis 20 Agustus 2020 akhirnya mendesak orang-orang untuk bersiap hidup dengan Virus Corona COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Agu 2020, 12:17 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 11:58 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta - Hingga detik ini, pandemi Virus Corona COVID-19 belum juga usai atau menunjukkan tanda-tanda berakhir.

Direktur WHO wilayah Eropa Hans Kluge pada Kamis 20 Agustus 2020 akhirnya mendesak orang-orang untuk bersiap hidup dengan Virus Corona COVID-19, dan tidak bergantung pada vaksin untuk mengakhiri pandemi.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (21/8/2020), Eropa mencatat lebih dari 3,3 juta kasus dan lebih 205.000 kematian, dan mengkhawatirkan gelombang kedua pandemi sementara penularan meningkat di Spanyol dan Prancis.

Komisi Eropa setuju membeli setidaknya 300 juta dosis vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca dalam kesepakatan pertama pembelian di muka, yang bisa melemahkan rencana yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pendekatan global.

Kesepakatan bilateral Uni Eropa itu meniru langkah Amerika dan negara-negara kaya lain, beberapa dari mereka kritis atas prakarsa WHO, dan semakin mengurangi persediaan vaksin karena negara-negara itu berlomba mendapatkan vaksin yang ampuh untuk COVID-19.

Hari Kamis, Kluge juga memperingatkan negara-negara agar bersiap menghadapi musim influenza karena musim panas akan segera berakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Ini:


Pejabat WHO: Rasio Kematian Akibat Corona COVID-19 Sebesar 0,6 Persen

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar tak bertanggal menggunakan mikroskop elektron pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2, diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. Setelah sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV, virus ini merupakan penyebab dari apa yang disebut penyakit COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Rasio kematian akibat Corona COVID-19 dilaporkan sebesar 0,6 persen. Hal ini mungkin kedengarannya tidak banyak, tapi ahli WHO menyebut ini cukup tinggi.

Meskipun rasio kematian dan tertular Corona COVID-19 terdengar rendah, sebenarnya cukup tinggi terutama jika dibandingkan dengan pandemi lain, menurut pejabat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Ada beberapa cara berbeda untuk menghitung kematian, dan pada saat ini banyak kelompok melihat rasio kematian akibat infeksi yang merupakan jumlah kematian di antara semua orang yang telah terinfeksi," kata Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk Virus Corona pada konferensi pers di Jenewa, 3 Agustus 2020.

"Saat ini, kami tidak tahu berapa banyak orang yang telah terinfeksi karena ada tantangan dengan pengawasan dalam mendeteksi setiap kasus dan tentunya ada banyak kasus yang tidak diketahui," kata Van Kerkhove.

Meskipun ada tantangan, Van Kerkhove mengatakan bahwa beberapa penelitian memperkirakan rasio kematian akibat infeksi sebesar 0,6 persen.

"Itu mungkin tidak terdengar banyak, tapi cukup tinggi," katanya.

"Kita tahu bahwa kematian meningkat seiring bertambahnya usia, dan di antara orang-orang dengan kondisi yang mendasarinya," katanya.

"Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah diri kita sendiri, dan individu-individu lain agar tidak terinfeksi Virus Corona COVID-19," kata Van Kerkhove.

Selengkapnya di sini.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya