Badan Nuklir Iran Ungkap Kebakaran di Natanz Disebabkan Sabotase

Badan nuklir Iran menemukan penyebab kebakaran yang terjadi bulan lalu disebabkan oleh sabotase.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Agu 2020, 16:05 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2020, 16:05 WIB
Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Badan nuklir Iran menyatakan kebakaran yang terjadi di fasilitas nuklir utama di Natanz disebabkan oleh sabotase. Tetapi Organisasi Energi Atom Iran (IAEO) tidak mengatakan siapa yang mereka yakini di balik insiden itu.

Mengutip BBC, Senin (24/8/2020), beberapa pejabat Iran sebelumnya mengatakan kebakaran itu mungkin disebabkan oleh sabotase dunia maya.

Insiden tersebut terjadi setelah sejumlah kebakaran dan ledakan di fasilitas listrik dan situs lain selama beberapa minggu terakhir.

Behrouz Kamalvandi, juru bicara IAEO, mengatakan kepada salah satu media TV pemerintah al-Alam bahwa "otoritas keamanan akan mengungkapkan pada waktunya alasan di balik ledakan [Natanz]".

Kamalvandi mengatakan, Iran akan mengganti bangunan yang rusak dengan peralatan yang lebih canggih, tetapi kebakaran tersebut dapat memperlambat pengembangan dan produksi sentrifugal canggih "dalam jangka menengah."

Sebuah artikel kantor berita negara Iran, Irna, sebelumnya membahas kemungkinan sabotase oleh musuh seperti Amerika Serikat dan Israel, tetapi tidak menuduh salah satu negara secara langsung.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Pentingnya Situs Natanz

Ilustrasi nuklir Iran.
Ilustrasi nuklir Iran. (Source: AFP/ Atta Kenare).

Natanz yang terletak sekitar 250km (150 mil) selatan ibukota Teheran merupakan sebuah fasilitas pengayaan uranium terbesar di Iran.

Awal bulan ini, Bloomberg menerbitkan rincian laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, yang menyimpulkan bahwa Iran berusaha untuk meningkatkan pengayaan uranium di pabrik tersebut.

Jika benar, langkah itu akan melanggar kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani Iran dengan beberapa kekuatan dunia.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Iran hanya setuju untuk memproduksi uranium yang diperkaya rendah, yang memiliki konsentrasi U-235 3-4% dan dapat digunakan untuk memproduksi bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Uranium tingkat senjata diperkaya 90% atau lebih.

Iran juga setuju untuk memasang tidak lebih dari 5.060 sentrifugal tertua dan paling tidak efisien di Natanz hingga 2026, dan tidak akan melakukan pengayaan di fasilitas bawah tanah lainnya, Fordo, hingga 2031.

Sebagai imbalan atas konsesi program nuklirnya, Iran diberikan keringanan sanksi internasional.

Tetapi tahun lalu, Iran mulai menarik kembali komitmennya setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan perjanjian nuklir dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan.

Pada November, Iran mengatakan telah menggandakan jumlah sentrifugal canggih yang dioperasikan di Natanz dan mulai menyuntikkan gas uranium heksafluorida ke dalam sentrifugal di Fordo.

Natanz adalah salah satu dari beberapa fasilitas yang dipantau oleh IAEA untuk memastikan kepatuhan Iran dengan kesepakatan 2015.

Pada hari Sabtu, kepala baru IAEA Rafael Grossi mengumumkan dia akan mengunjungi Teheran pada hari Senin untuk meminta akses ke dua bekas situs nuklir yang dicurigai. IAEA mengatakan pihaknya mencurigai kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir dilakukan pada awal tahun 2000-an di situs tersebut.

Iran sebelumnya menegaskan program nuklirnya tidak dimaksudkan untuk penggunaan militer. Para pejabat juga membantah bahwa kunjungan Grossi terkait dengan langkah Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan kembali sanksi internasional terhadap Teheran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya