Desain Baru Paspor Taiwan, Tulisan Republik China Diperkecil

Desain baru paspor Taiwan dubuat dengan mengecilkan tulisan Republik China.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Sep 2020, 13:03 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 13:03 WIB
Paspor Taiwan
Paspor Taiwan. (dok.Instagram @weed0337/https://www.instagram.com/p/B6K4gIcp-tJ/Henry)

Liputan6.com, Taipei - Pejabat Taiwan telah mengumumkan perubahan pada desain paspornya, yang membuat kata "Taiwan" lebih besar dan mengecilkan tulisan "Republik China".

Melansir BBC, Kamis (3/9/2020), pihak berwenang mengatakan desain ulang itu untuk menghentikan kebingungan antara warga negaranya dan warga China.

Taiwan selalu menyatakan negaranya sebagai negara merdeka tetapi China hanya melihatnya sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Beijing mengatakan ini tidak akan mengubah Taiwan menjadi "bagian yang tidak dapat dicabut dari China".

Kata-kata bahasa Inggris Republic of China, yang merupakan nama resmi Taiwan, akan dipindahkan dari bagian atas sampul dan melingkari lambang nasional dengan ukuran yang lebih kecil, dan kata bahasa Inggris Taiwan akan lebih besar dan dicetak tebal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Ingin Taiwan Disamakan dengan China

Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016
Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016 (AP Photo/Chiang Ying-ying)

Sejak dimulainya pandemi Virus Corona COVID-19, "Rakyat kami terus berharap bahwa kami dapat lebih menonjolkan visibilitas Taiwan, menghindari orang secara keliru mengira mereka dari China," ujar Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu.

Karena negara-negara telah memberlakukan larangan perjalanan dalam upaya memerangi wabah, mereka telah memberlakukan pembatasan yang sama pada pelancong dari Taiwan seperti dari China, kata pihak berwenang.

Penyebaran COVID-19 pun kemudian telah membawa sengketa Taiwan kembali menonjol.

Meskipun telah mendapat pujian internasional atas penanganan krisis kesehatannya, Taiwan bukanlah anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini lantaran China tidak mengizinkannya menghadiri pertemuan WHO sejak 2016.

Polemik China-Taiwan

Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)
Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)

Taiwan telah memerintah secara mandiri sejak 1949, ketika pemerintah daratan melarikan diri ke pulau itu setelah kekalahannya oleh Partai Komunis dalam perang saudara di Tiongkok. Taiwan memiliki pemerintahan yang dipilih secara demokratis, tentaranya sendiri, dan mata uangnya sendiri.

Tetapi di bawah kebijakan Satu China, pemerintah di Beijing bersikeras bahwa mereka adalah penguasa Taiwan yang sah. Dikatakan wilayah itu suatu hari akan berada di bawah kepemimpinannya lagi - dengan kekerasan jika perlu.

Beberapa negara secara diplomatis mengakui Taiwan sebagai negara yang berdaulat, dan China telah bereaksi secara keras ketika negara, pejabat, atau bisnis menyarankan hal yang sama.

Milos Vystrcil, Ketua Senat di Republik Ceko, mengunjungi Taiwan pada hari Selasa. Dia memberikan pidato di parlemen untuk mengumumkan dukungannya dan menyatakan "Saya orang Taiwan" - referensi untuk pidato "Ich bin ein Berliner" yang terkenal dari Presiden AS John F Kennedy pada tahun 1963 .

Menteri Luar Negeri China Wang Yi pun mengecam langkah tersebut, dengan mengatakan Vystrcil telah "melewati garis merah" dan mengatakan dia akan "membayar harga yang mahal".

Kejadian tersebut terjadi hanya beberapa minggu setelah anggota kabinet AS Alex Azar melakukan perjalanan ke Taiwan dan bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen. Sekretaris layanan kesehatan dan manusia adalah politisi AS berpangkat tertinggi pertama yang mengadakan pertemuan di pulau itu sejak beberapa dekade.

"China dengan tegas menentang setiap interaksi resmi antara AS dan Taiwan," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri ketika kunjungan itu diumumkan.

"Kami mendesak AS ... untuk tidak mengirim sinyal yang salah kepada elemen 'kemerdekaan Taiwan' untuk menghindari kerusakan parah pada hubungan China-AS." 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya