Inggris Sumbang Rp 9,5 Triliun Agar Negara Miskin Dapat Vaksin COVID-19

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan komitmen Inggris untuk memimpin dunia melawan Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 26 Sep 2020, 15:48 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2020, 14:22 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris akan memberi bantuan sebesar 500 juta pound sterling (Rp 9,5 triliun) agar negara-negara miskin bisa mendapat akses ke vaksin COVID-19. Bantuan akan diberikan melalui program COVAX Advance Market Commitment (COVAX AMC). 

Inggris juga berkomitmen menjadi pemimpin dunia untuk melawan pandemi COVID-19. Perdana Menteri Boris Johnson lantas meminta agar dunia kompak. 

"Kita tahu situasi ini tidak bisa berlanjut. Jika kita tidak bersatu dan menyalakan api perjuangan melawan musuh bersama, kita tahu bahwa kita semua akan kalah," ujar PM Boris Johnson dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-75 seperti dilansir Sabtu (26/9/2020). 

Pemerintah Inggris juga telah berkonsultasi dari Bill and Melinda Gates Foundation dan The Wellcome Trust ini, diawali dengan proposal untuk mengembangkan jaringan 'pusat penelitian zoonosis' di seluruh dunia untuk mengidentifikasi patogen-patogen berbahaya sebelum berpindah dari hewan ke manusia, seperti apa yang diyakini terjadi dalam kasus COVID-19.

Langkah-langkah lain termasuk meningkatkan kapasitas produksi (fasilitas) perawatan dan produksi vaksin, meningkatkan sistem peringatan pandemi secara dini, menyetujui protokol global untuk krisis kesehatan serta menghapus hambatan perdagangan.

PM juga akan mengumumkan investasi baru yang signifikan untuk COVAX, pengadaan gabungan internasional untuk vaksin COVID-19. Inggris akan menyumbangkan 71 juta pound sterling (Rp 1,3 triliun) untuk menjamin hak beli 27 juta dosis vaksin untuk populasi Inggris.

Hal itu bertujuan melengkapi inisiatif lain dari Pemerintah Inggris dalam pengadaan vaksin COVID-19 yang terbukti aman dan efektif. Pemerintah Inggris berharap program-program ini bisa memperkuat hubungan internasional.

“Di Inggris, di tempat kelahiran Edward Jenner yang mempelopori vaksin pertama di dunia, kami bertekad untuk mnegerahkan segala daya upaya untuk bekerja bersama teman-teman di PBB untuk merekatkan kembali keretakan yang terjadi dan menyembuhkan dunia,” ucap PM Johnson.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sumbangan untuk WHO

FOTO: Kasus COVID-19 Dunia Tembus 10 Juta, 500 Ribu Orang Meninggal
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah) saat konferensi pers daring dari Swiss dilihat di Brussel, Belgia, Senin (29/6/2020). Virus corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, lebih dari 500 ribu di antaranya meninggal dunia. (Xinhua/Zhang Cheng)

PM juga akan mengumumkan janji pendanaan Inggris sebesar 340 juta pound sterling (Rp 6,4 triliun) selama empat tahun ke depan bagi WHO - meningkat 30% dari periode empat tahun sebelumnya, menjadikan Inggris sebagai salah satu donor terbesar organisasi tersebut.

Pendanaan untuk WHO akan mendukung pekerjaan vital memerangi ancaman terhadap kesehatan warga dunia. Dana ini juga akan membantu mmebiayai tinjauan mendalam tentang asal-usul virus Corona dan implementasi reformasi yang diperlukan untuk memastikan WHO tetap fleksibel dan responsif dalam menghadapi keadaan darurat di masa depan.

PM Boris Johnson akan memberikan komitmen untuk menggunakan posisi kepresidenan G7 Inggris tahun depan untuk bekerja dengan mitra global dalam menerapkan rencana lima poin, yang akan menggunakan pendekatan baru yang inovatif untuk mencegah krisis kesehatan global.

Berdasarkan pernyataan resmi Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, proposal yang akan diajukan PM Johnson adalah:

1)     Mewujudkan jaringan pusat penelitian zoonosis di seluruh dunia untuk mendeteksi pandemi baru sebelum dimulai. Sekitar 60% dari patogen yang beredar dalam populasi manusia berasal dari hewan dan melompat dari satu spesies ke spesies lainnya melalui transmisi “zoonosis”. Pusat penelitian zoonosis akan ditugaskan untuk menemukan patogen hewan yang berbahaya sebelum mereka melewati penghalang spesies dan menginfeksi manusia.

2)     Mengembangkan kapasitas produksi untuk (fasilitas) perawatan dan vaksin. Kemampuan manufaktur yang kuat, di Inggris dan di seluruh dunia, dapat memastikan bahwa vaksin dan (fasilitas) perawatan sudah teruji dan dengan sigap dapat digunakan melawan ancaman-ancaman baru yang muncul.

3)     Merancang sistem peringatan dini pandemi global untuk memprediksi krisis kesehatan yang mungkin timbul. Sistem ini akan membutuhkan peningkatan kemampuan kita dalam mengumpulkan dan menganalisis sampel serta mendistribusikan temuan-temuan yang didapat, melalui kesepakatan untuk saling berbagi data kesehatan yang mencakup setiap negara.

4)     Menyetujui protokol global untuk keadaan darurat kesehatan di masa depan. Dalam pandemi virus Corona ini, berbagai negara di dunia menggunakan 193 kampanye berbeda dalam melawan musuh yang sama. Rangkaian protokol yang sama, yang mampu mencakup segala hal mulai dari berbagi informasi hingga pasokan APD, akan memungkinkan kita untuk merespons secara lebih terpadu dan efektif.

5)     Mengurangi hambatan perdagangan yang menghambat respons terhadap virus Corona. Banyak negara memberlakukan kontrol ekspor pada awal pandemi, dan sekitar dua pertiga diantaranya masih berlaku. Tarif barang-barang utama seperti sabun bisa melebihi 30%. Inggris telah berkomitmen untuk mencabut tarif terhadap banyak produk kritis Covid mulai 1 Januari.

(1 pound sterling = Rp 19.045)

Infografis COVID-19

Infografis Kasus Covid-19 Melonjak Pekan Depan
Infografis Kasus Covid-19 Melonjak Pekan Depan (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya