Liputan6.com, Paris - Aparat di Prancis menahan 15 orang terkait kasus pemenggalan kepala guru sejarah bernama Samuel Paty (47) di Prancis. Empat di antaranya adalah murid.
Murid-murid sekolah itu diduga membantu mengidentifikasi guru mereka saat dicari teroris radikal bernama Abdoulakh Anzorov. Pelaku yang berusia 18 tahun ditembak mati beberapa menit setelah kejadian.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan BBC, Selasa (20/10/2020), kakek dari si teroris, orang tuanya, dan adiknya yang berusia 17 tahun juga ditangkap tak lama setelah pembunuhan terjadi.
Samuel Paty jadi sasaran teroris radikal ketika membahas kartun Nabi Muhammad di kelasnya.
Seorang ayah dari murid sekolah tempat Samuel Paty mengajar juga ditangkap karena meluncurkan kampanye online terhadap korban. Ada lagi seorang pemuka agama yang ditangkap karena dianggap sebagai bagian Islam radikal.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin berkata dua orang itu mengeluarkan "fatwa" kepada Samuel Paty. Aparat juga akan memeriksa sekitar 80 orang yang ikut mengirim pesan yang mendukung pembunuhan Samuel Paty.Â
Pemerintah Prancis kini memeriksa 51 asosiasi Muslim di Prancis dan jika mereka ketahuan mempromosikan kebencian, maka asosiasi mereka akan ditutup.
Pembunuhan keji terhadap guru ini membuat rakyat Prancis bersatu. Pendemo membawa pesan berbunyi Je Suis Prof (Saya Adalah Guru) dan Je Suis Samuel (Saya Adalah Samuel) dalam aksi mereka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron turut ikut aksi simpatik tersebut dan sudah mengecam serangan teroris yang menimpa Samuel Paty.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
PM Prancis Ikut Gabung dalam Aksi Unjuk Rasa yang Kecam Aksi Teror Pemenggal Guru
Perdana menteri Prancis bergabung dengan para demonstran pada Minggu 19 Oktober, yang berkumpul di seluruh negeri untuk menghormati seorang guru sejarah yang dipenggal di dekat Paris usai membahas karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.
Demonstrasi itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengirim pesan solidaritas kepada Prancis setelah serangan itu.
Menurut laporan AP News, Senin 19 Oktober 2020, Samuel Paty dipenggal pada hari Jumat di Conflans-Sainte-Honorine oleh seorang pengungsi Chechen kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang kemudian ditembak mati oleh polisi.Â
Perdana Menteri Prancis Jean Castex berdiri bersama warga, asosiasi, dan serikat pekerja yang berdemonstrasi di Place de la Republique, Paris untuk mendukung kebebasan berbicara dan mengenang guru berusia 47 tahun yang terbunuh itu.
Beberapa orang memegang plakat bertuliskan "Saya Samuel" yang menggemakan seruan "Saya adalah Charlie" setelah serangan tahun 2015 terhadap surat kabar satir Charlie Hebdo, yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Keheningan sesaat terlihat di seberang alun-alun, dipecah oleh tepuk tangan dan lagu La Marseillaise, lagu kebangsaan Prancis yang dibawakan dengan meriah.Â
Demonstran juga berkumpul di kota-kota besar termasuk Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux.
Advertisement