Liputan6.com, Hanoi - Topan Molave ​​menghantam di dekat Vietnam dengan kekuatan destruktif pada Rabu (28/10/2020). Akibatnya, satu warga desa tewas dan dua kapal dengan 12 nelayan tenggelam.
Saat ini, Vietnam tengah bersiap menghadapi badai paling kuat dalam 20 tahun, kata media pemerintah.
Mengutip Channel News Asia, (28/10/2020), seorang pria tewas setelah angin berkecepatan hingga 150 kilometer per jam menjatuhkannya dari atap di provinsi Quang Ngai selatan-tengah. Topan diperkirakan kembali menghantam pada Rabu malam menurut laporan kantor berita resmi Vietnam.
Advertisement
Angkatan laut pun mengerahkan dua kapal penyelamat untuk mencari para nelayan di perairan kasar di provinsi Binh Dinh, menurut jaringan VTV yang dikelola pemerintah.
Sedikitnya 40.000 orang telah dievakuasi ke tempat penampungan darurat yang jauh dari desa pesisir.Â
Sementara itu, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc telah memerintahkan otoritas provinsi untuk bersiap memindahkan hingga 1,3 juta orang di wilayah yang terhampar di jalur topan.
VTV menunjukkan penduduk desa yang mengungsi berkumpul di ruang kelas yang diubah menjadi pusat evakuasi dan menjadi tempat mereka bermalam.
Otoritas provinsi menutup kantor, pabrik, hingga sekolah dan meminta orang-orang untuk tetap berada di dalam rumah untuk mencegah adanya lebih banyak korban jiwa.Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Bencana Alam Tak Henti di Vietnam
Setidaknya lima bandara ditutup saat topan mendekat, dengan lebih dari 200 penerbangan juga telah dibatalkan. Layanan kereta api juga ditangguhkan pada hari Rabu dan akan dilanjutkan ketika cuaca membaik.
Molave ​​diperkirakan akan melemah, tetapi diperkirakan akan mempertahankan kekuatan angin yang merusak dan membasahi provinsi yang masih tergenang air dengan hujan lebat di pinggiran utara Vietnam tengah.
Vietnam masih belum pulih dari banjir parah dan tanah longsor yang menewaskan 136 orang dan menyebabkan puluhan orang hilang di tiga provinsi.
Sebelumnya, Topan Molave menyebabkan sedikitnya sembilan orang tewas dan 120.000 orang mengungsi di Filipina sebelum bertiup ke arah Vietnam. Sebagian besar dari mereka yang berlindung di kamp evakuasi telah kembali ke rumah saat cuaca cerah, meninggalkan penduduk desa yang rumahnya hancur.
Advertisement