Keampuhan Vaksin Sputnik V Naik Jadi 95 persen, Kok Bisa?

Ilmuwan Rusia mengumumkan vaksin Sputnik V ampuh hingga 95 persen berdasarkan data terkini.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 26 Nov 2020, 11:20 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 15:31 WIB
Vaksin COVID-19 Sputnik V Jalani Uji Klinis fase 3
Seorang pekerja medis menyuntikkan vaksin COVID-19 bernama "Sputnik V" pada seorang sukarelawan dalam uji klinis tahap tiga di Moskow, Rusia, pada 15 September 2020. (Xinhua/Alexander Zemlianichenko Jr)

Liputan6.com, Moskow - Ilmuwan Rusia mengumumkan vaksin Sputnik V memiliki keampuhan (efikasi) hingga 95 persen dalam menangkal Virus Corona COVID-19. Persentase itu naik dari perhitungan sebelumnya yang sebesar 91,4 persen.

Saat ini ada 40 ribu sukarelawan yang ikut uji klinis tahap ketiga dari vaksin Sputnik V. Sebanyak 22 ribu orang telah diberikan dosis pertama dan lebih dari 19 ribu sudah diberikan dosis kedua.

Angka keampuhan 91,4 persen diumumkan 28 hari setelah pemberian dosis pertama atau seminggu setelah pemberian dosis kedua.

Lantas mengapa bisa naik? Sebab, kini ada 39 kasus COVID-19 dalam kelompok yang menerima vaksin plasebo, sebelumnya hanya 31 orang. Pada kelompok penerima Sputnik V hanya ada delapan orang yang terkena COVID-19, sama seperti sebelumnya.

"Data awal dari sukarelawan pada 42 hari setelah dosis pertama (terhitung 21 hari setelah dosis kedua) mengindikasikan keampuhan vaksinnya di atas 95 persen," tulis situs Sputnik Vaccine dalam rilis resmi, seperti dikutip Rabu (25/11/2020).

Hingga kini, tak ada kejadian buruk selama uji klinis. Komite Monitoring Independen yang terdiri atas ilmuwan Rusia turut mengawasi pengembangan vaksin ini.

"Data yang menunjukan keampuhan tinggi dari vaksin Sputnik V memberikan kita harapan bahwa kita akan segera mendapatkan alat paling penting dalam pertempuran melawan pandemi infeksi virus corona baru," ujar Menkes Rusia Mikhail Murashko.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

BPOM Ungkap Sudah Ada Komunikasi dengan Pfizer dan Sputnik V

Vaksin COVID-19 Sputnik V Jalani Uji Klinis fase 3
Foto yang diabadikan pada 15 September 2020 ini menunjukkan vaksin COVID-19 bernama "Sputnik V" milik Rusia dalam uji klinis tahap tiga di Moskow, Rusia. (Xinhua/Alexander Zemlianichenko Jr)

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan telah melakukan beberapa dialog soal peluang kerja sama terkait vaksin COVID-19 dari perusahaan pengembang lain selain Sinovac.

"Sudah ada beberapa yang sudah mulai berkomunikasi dengan Badan POM, membicarakan terkait yang pertama, akan melakukan uji klinik di Indonesia juga ada beberapa vaksin," kata Kepala BPOM Penny K. Lukito. 

"Kemudian juga ada beberapa vaksin yang akan diimpor oleh Indonesia, tapi harus mendapatkan izin penggunaan juga," kata Penny dalam konferensi pers secara virtual pada Kamis 19 November 2020.

Lebih lanjut, Penny menjelaskan untuk izin edar baru bisa dikeluarkan apabila data dari uji klinis sudah sepenuhnya lengkap.

"Moderna belum (ada diskusi), tetapi Pfizer, AstraZeneca, Sputnik juga sudah (berkomunikasi)," ujarnya mengungkapkan beberapa pihak terkait vaksin COVID-19 tersebut.

"Saya kira juga nanti mereka akan mencari mitra industri farmasinya yang ada di sini. Jadi selain Bio Farma, sebetulnya kapasitas dari industri farmasi di Indonesia untuk produksi atau impor vaksin manusia itu cukup ada."

Harga Vaksin COVID-19 Sputnik V Diungkap, Lebih Murah dari Pfizer dan Moderna

Banner Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Foto: Xinhua/RDIF)
Banner Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Foto: Xinhua/RDIF)

Pengembang Sputnik V mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang mereka buat hanya akan dihargai kurang dari 20 dolar Amerika Serikat (AS) per orang. Ini berarti, satu orang hanya akan menghabiskan biaya sekitar 283 ribu rupiah.

Melalui akun Twitter resmi Sputnik V, vaksin COVID-19 asal Rusia itu membutuhkan dua dosis pada setiap orang. Sehingga, satu dosis vaksin berharga kurang dari 10 dolar AS (sekitar Rp 141 ribu). 

Dikutip dari Channel News Asia, hal tersebut diumumkan usai pengumuman harga vaksin COVID-19 dari beberapa produsen lain seperti Pfizer/BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca/Oxford.

Kirill Dmitriev, kepala Russian Direct Investment Fund (RDIF) mengatakan bahwa mereka sengaja menurunkan harga agar vaksinnya dapat tersedia bagi seluruh dunia.

"Gamaleya Center telah mengembangkan salah satu vaksin paling efisien melawan virus corona di dunia dengan tingkat kemanjuran lebih dari 90 persen dan harga dua kali lebih rendah dibandingkan dengan vaksin lain dengan kemanjuran yang sama," kata Dmitriev seperti dikutip dari laman Sputnik V.

 

Infografis Vaksin COVID-19 Sputnik V

Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya