Peti Digantung hingga Jasad Dimasak, Ini 4 Ritual Kematian Paling Mengerikan Sedunia?

Pada zaman dahulu ada banyak ritual kematian yang benar-benar mengerikan. Berikut ini sejumlah di antaranya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Des 2020, 20:40 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 20:40 WIB
Ilustrasi mimpi tersesat di kuburan
Ilustrasi mimpi tersesat di kuburan (Photo by tazzanderson on Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Upacara pemakaman dari seseorang yang memiliki kepercayaan serta keyakinan tersendiri memang berbeda-beda. Bahkan tak sedikit yang terbilang tak lazim.

Masyarakat yang memeluk keyakinan Hindu misalnya, akan melakukan ritual kematian dengan cara mengkremasi jenazah.

Namun beda dengan masyarakat Muslim yang mengubur jasad ke tanah. Tapi tahukah Anda, pada zaman dahulu ada banyak ritual kematian yang sungguh mengerikan.

Seperti dikutip dari laman Toptenz.com, Kamis (10/12/2020), berikut 4 ritual kematian yang dianggap sangat mengerikan:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Pemakaman yang Ditangguhkan

Ilustrasi makam, kuburan, pengorbanan, berkorban
Ilustrasi makam, kuburan, pengorbanan, berkorban. (Gambar oleh MotionStudios dari Pixabay)

Orang-orang Tiongkok kuno ditemukan terkubur dalam peti mati yang digantung. Peti mereka digantung di gua-gua misterius yang jarang dimasuki orang.

Hal ini dilakukan oleh mereka dari suku Bo. Masyarakat suku Bo membentuk peradaban dengan kompleksitas kuno tetapi menghilang dari Bumi 400 tahun yang lalu.

Karena catatan terbatas, kisah peradaban Suku Bo tetap misterius. Namun bukti konkret tentang sifat khas cara mereka, serta peti yang tergantung masih ditemui hingga kini.

 


2. Sati

Afrika Selatan secara resmi berada dalam gelombang kedua COVID
Sebuah kuburan yang baru digali terlihat di Pemakaman Motherwell di Port Elizabeth, Afrika Selatan pada 4 Desember 2020. Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize pada hari Rabu (9/12/2020) mengumumkan negara itu sekarang sedang mengalami gelombang kedua pandemi Covid-19. (AP Photo/Theo Jeftha)

Terlalu mengerikan untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Sehingga banyak wanita yang rela mati demi ikut suaminya.

Istilah semacam ini ada pada zaman kuno di India. Setelah kematian suaminya, seorang wanita yang melakukan Sati akan membakar dirinya sendiri sampai mati di pembakaran kayu bakar, dikremasi hidup-hidup dengan suaminya yang sudah meninggal.

Meski begitu, sati di India sudah ilegal. Namun ritual ini kabarnya masih dilakukan sembunyi-sembunyi.

 


3. Amputasi Jari

Afrika Selatan secara resmi berada dalam gelombang kedua COVID
Seorang penggali makam menyiapkan kuburan baru di Pemakaman Motherwell di Port Elizabeth, Afrika Selatan pada 4 Desember 2020. Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize pada Rabu (9/12/2020) mengumumkan negara itu sekarang sedang mengalami gelombang kedua Covid-19. (AP Photo/Theo Jeftha)

Salah satu suku di Papua New Guinea punya tradisi untuk memotong salah satu jari mereka apabila ada kematian di dalam keluarga mereka.

Kerabat perempuan biasanya akan memotong bagian jari menggunakan alat tajam, membakar jari, dan kemudian menyisihkan abunya di tempat jenazah orang tersayang.

Namun tradisi ini telah lama ditinggalkan. Tak ada lagi budaya semacam ini di Papua New Guinea.


4. Ritus Kematian Penduduk Aborigin

Afrika Selatan secara resmi berada dalam gelombang kedua COVID
Seorang penggali makam melihat ke dalam kuburan di Pemakaman Motherwell di Port Elizabeth, Afrika Selatan pada 4 Desember 2020. Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize pada Rabu (9/12/2020) mengumumkan negara itu sekarang sedang mengalami gelombang kedua Covid-19. (AP Photo/Theo Jeftha)

Warga Aborigin Australia tidak membentuk satu kelompok homogen tunggal, melainkan membentuk berbagai budaya, masing-masing dengan kematian yang berbeda dan kebiasaan mengingat yang mungkin baru atau bahkan mengejutkan bagi orang Barat.

Sebagian suku di sana melakukan sesuatu secara kimiawi berlawanan dengan kremasi. Alih-alih mengumpulkan abu, untuk mengenang jenazah mereka memilih untuk memasak mayat dan kemudian mengumpulkan cairan tubuhnya.

Cairan tubuh kemudian digosokkan ke kulit para pemuda suku untuk mendapatkan kekuatan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya