Liputan6.com, Dhaka - Sebuah bom berbentuk silinder yang memiliki berat sekitar 250 kgh ditemukan dalam proses penggalian di terminal ketiga Bandara Internasional Hazrat Shahjala di Dhaka, Bangladesh pada Rabu 9 Desember 2020 lalu. Bagian yang tengah dalam pembangunan ini berada di luar area bandara utama.
Dilansir dari IndiaToday, Senin (14/12/2020), menurut Direktorat Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR) Bangladesh, beberapa dari pekerja konstruksi di terminal ketiga bandara melihat sebuah bom di kedalaman tanah tiga meter.
Baca Juga
Pekerja tersebut kemudian memberi tahu pihak berwenang temuan tersebut.
Advertisement
Setelah mendapatkan informasi, anggota Air Force's Bomb Disposal Unit atau tim dari unit penjinak bom mendatangi tempat tersebut, dan mengidentifikasi bom jenis GP.
ISPR mengatakan unit penjinak bom dari markas Angkatan Udara Bangladesh di Bangabandhu datang menjinakkan bom, lalu mengirimnya ke Rasulpur Firing Range (Lapangan Tembak Rasulpur) di Tangail untuk dihancurkan.
Menurut pernyataan ISPR, para ahli berasumsi bom tersebut telah ada di lokasi tersebut sejak Perang Dunia Kedua atau Liberation War.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penjinakan Bom Perang Dunia Kedua di Jerman
Selain bom yang ditemukan di Bangladesh, temuan bom dari era Perang Dunia II juga pernah terjadi di Jerman. Proses penjinakan mengakibatkan sekitar 13.000 penduduk dievakuasi pada Minggu, 6 Desember 2020 di Frankfurt.
Dikutip dari laman Gulf Today, 7 Desember 2020, bom asal Inggris yang beratnya 500 kilogram itu ditemukan di sebuah lokasi konstruksi, kata layanan darurat.
Radius evakuasi 700 meter (setengah mil) didirikan di sebelah barat pusat kota Jerman.
75 tahun pasca perang dunia tetapi Jerman masih menemukan persenjataan yang belum meledak. Mereka biasanya ditemukan selama konstruksi.
Pada awal tahun 2020, tujuh bom Perang Dunia II dijinakkan di Berlin, Jerman.
Bom yang cukup besar juga telah dijinakkan di Cologne dan Dortmund tahun ini.
Pada 2017, penemuan bom seberat 1,4 ton di Frankfurt mendorong evakuasi 65.000 orang - operasi terbesar sejak akhir perang di Eropa pada 1945.
Reporter : Romanauli Debora
Advertisement