AS Selidiki 25 Kasus Terorisme Domestik Terkait Kericuhan di Gedung Capitol Hill

Otoritas AS kini tengah menyelidiki setidaknya 25 kasus terorisme domestik terkait kericuhan di gedung Capitol Hill.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Jan 2021, 14:02 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 13:43 WIB
Landmark di Washington DC Tutup
Foto yang diabadikan pada 12 Maret 2020 ini menunjukkan Gedung Capitol AS di Washington DC, Amerika Serikat. Sejumlah bangunan ikonis (landmark) di Washington DC, termasuk Gedung Putih, terpaksa ditutup sementara untuk umum akibat wabah COVID-19 yang tengah merebak di negara itu. (Xinhua/Ting Shen)

Liputan6.com, Washington D.C- Setidaknya 25 kasus terorisme domestik terkait aksi penyerbuan dan kerusuhan di gedung Capitol Hill Amerika Serikat telah dibuka. 

Langkah tersebut diungkapkan oleh seorang anggota Komisi Angkatan Bersenjata pada DPR AS, Jason Crow, dari Partai Demokrat, setelah diinformasikan oleh Sekretaris Militer AS, Ryan  McCarthy.

Departemen Kehakiman AS juga mengatakan bahwa dua pria terduga pelaku lainnya terkait kericuhan di Gedung Capitol Hill telah ditangkap. 

Crow mengatakan McCarthy memberitahunya bahwa Pentagon menyadari "kemungkinan ancaman lebih lanjut yang ditimbulkan oleh calon teroris" beberapa hari ke depan dan termasuk saat pelantikan Presiden terpilih AS Joe Biden 20 Januari mendatang, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (11/1/2021). 

"Senjata laras panjang, bom molotov, alat peledak dan tali pengikat telah ditemukan, yang menunjukkan bahwa bencana lebih besar dapat dicegah," kata Crow, terkait ringkasan percakapannya via telepon dengan McCarthy.

Crow menyebutkan McCarthy meyakinkannya bahwa Pentagon sedang bekerja dengan penegak hukum lokal dan federal untuk mengkoordinasikan persiapan keamanan setelah apa yang dia gambarkan sebagai "pelaporan ancaman penegakan hukum yang tidak memadai" sebelum insiden di gedung Capitol Hill pada 6 Januari lalu.

Saksikan Video Berikut Ini:


Seruan Mempercepat Penyelidikan

FOTO: Massa Pendukung Donald Trump Serbu Capitol Hill, 1 Orang Tewas
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerbu Capitol Hill di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Kericuhan mengakibatkan seorang wanita tewas di ditembak di dalam Capitol. (AP Photo/John Minchillo)

Senator kedua dari Partai Republik AS telah menyeruarakan Presiden AS Donald Trump untuk mengundurkan diri.

Ia menyebut bahwa Trump bisa menghadapi pertanggungjawaban pidana setelah kericuhan di gedung Capitol oleh para pendukungnya, tak lama setelah klaim tanpa dasarnya yang menantang hasil pemilu dan seruan untuk memprotes.

Diketahui bahwa 5 orang tewas dalam  insiden itu, termasuk seorang petugas polisi. Seorang petugas polisi lainnya yang menanggapi kericuhan itu kemudian juga dilaporkan meninggal dunia saat tidak bertugas, tetapi penyebabnya belum diinformasikan secara resmi.

Crow pun mengatakan bahwa dirinya menyuarakan keprihatinan besar tentang laporan bahwa anggota militer aktif terlibat dalam insiden itu, dan mendesak McCarthy untuk mempercepat penyelidikan dan pengadilan militer, serta memastikan tidak adanya pasukan yang akan dikerahkan pada 20 Januari berpihak kepada kekerasan domestik.

McCarthy setuju untuk mengambil "tindakan tambahan", jelas Crow.

Sementara itu, dalam pernyataan terpisah, Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa Larry Rendell Brock, dari Texas, ditangkap pada 10 Januari dan didakwa dengan satu dakwaan masuk dengan kekerasan dan perilaku tidak tertib di gedung Capitol Hill.

Adapun Eric Gavelek Munchel, dari Tennessee, yang juga didakwa atas tindak kekerasan dan perilaku tidak tertib di gedung Capitol Hill. 


Infografis Rusuh di Capitol Hill AS

Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya