Tak Memulai Perang, Donald Trump Masuk Nominasi Nobel Perdamaian 2021

Alasan Donald Trump raih tiga nominasi Nobel Perdamaian.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Feb 2021, 16:18 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2021, 08:30 WIB
Penampilan perpisahan Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump di Joint Base Andrews, Maryland.
Penampilan perpisahan Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump di Joint Base Andrews, Maryland. Dok: White House

Liputan6.com, Tallinn - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat nominasi Nobel Perdamaian ketiga untuk penghargaan tahun 2021. Nominasi terkini diberikan oleh anggota parlemen Estonia. 

Donald Trump dianggap berhasil memerintah tanpa memulai perang baru di Timur Tengah.

"Donald Trump adalah presiden AS perdama dalam 30 tahun terakhir yang pada jabatannya tidak memulai perang apapun," ujar Jaak Madison dari partai EKRE seperti dilaporkan Euro News, Selasa (2/2/2021).

Partai EKRE adalah partai oposisi di Estonia yang memiliki aliran populis sayap kanan. Madison berkata Trump berhasil membuat beberapa perjanjian perdamaian di Timur Tengah. Ia menilai Trump membantu memastikan stabilitas di kawasan dan perdamaian.

Semasa Trump menjabat, pemerintahannya berhasil mendamaikan Israel dengan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab.

Deadline untuk pemberian nominasi Nobel Perdamaian 2021 adalah pada 31 Januari 2021. Madison mengirimkan nominasi dua jam sebelum penutupan.

Menantu Donald Trump, yakni Jared Kushner, juga meraih nominasi Nobel Perdamaian karena perdamaian Timur Tengah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Dua Nominasi Sebelumnya

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Pada September 2020, Donald Trump mendapat nominasi karena perdamaian Israel dan Uni Emirat Arab. 

Anggota parlemen Norwegia Christian Tybring-Gjedde mencalonkan Presiden Donald Trump sebagai penerima Nobel Perdamaian tahun 2021. Prestasi yang dibuat Trump yakni Perjanjian Abraham antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). 

Pemerintahan Trump menjadi sponsor utama perjanjian damai tersebut. Israel dan UEA lantas melakukan normalisasi hubungan diplomatik dan menjalin kerja sama di berbagai bidang, seperti bisnis, penerbangan, dan keamanan. 

Donald Trump dicalonkan oleh politisi Norwegia bernama Christian Tybring-Gjedde. Ia menyebut perdamaian Israel dan UEA membuka pintu perdamaian di Timur Tengah. 

"Tak masalah apa yang Trump lakukan di negara asalnya dan apa yang ia katakan di konferensi pers, dia benar-benar memiliki kesempatan untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian," ujar Christian Tybring-Gjedde seperti dikutip AP News.

Perdamaian Kosovo

FOTO: Donald Trump dan Deretan Presiden AS yang Hanya Menjabat Satu Periode
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba dalam acara National Prayer Breakfast di Washington, 7 Februari 2019. Presiden AS ke-45 yang kontroversial ini menjabat pada 2017 hingga 2020, sebelum akhirnya kini digantikan oleh Joe Biden. (Photo by Brendan Smialowski/AFP)

Donald Trump mendapatkan nominasi kedua ini dari seorang anggota parlemen Norwegia, yaitu Magnus Jacobsson. Ia mencalonkan menominasikan pemerintahan AS, Kosovo, dan Serbia. 

"Saya telah menominasikan pemerintah AS dan pemerintahan Kosovo dan Serbia untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas kerja gabungan mereka untuk perdamaian dan perkembangan ekonomi melalui persetujuan kooperasi yang ditandatangani di Gedung Putih," ujar Magnus Jacobsson via Twitter pada September 2020.

Anggota parlemen Norwegia memiliki kekuatan untuk mencalonkan seseorang agar mendapat Nobel Perdamaian.

Konflik antara Serbia dan Kosovo dimulai pada 2008 ketika Kosovo memisahkan diri dari Serbia.

Selain berdamai, Serbia dan Kosovo juga sepakat agar memindahkan Kedutaan Besar mereka di Israel menuju Yerusalem. Keputusan itu mendapat penolakan dari Liga Arab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya