Ilmuwan Temukan Hewan Misterius Saat Investigasi Laut Antartika

Para ilmuwan ahli geologi tanpa disengaja menemukan batu yang dipenuhi hewan tidak dikenal.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Feb 2021, 19:40 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2021, 19:40 WIB
Benua Antartika
Pecahan Es di Antartika. (Liputan6/AP/Andrew Shepherd)

Liputan6.com, Antartika - Para ilmuwan megebor lubang sepanjang 900 meter ke dalam lapisan es Antartika dan menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Ilmuwan-ilmuwan itu adalah ahli geologi yang berencana mengumpulkan sampel sedimen dari dasar laut. Namun, tanpa disengaja mereka nemenukan batu yang dipenuhi hewan tidak dikenal.

Dikutip dari Live Science, Jumat (19/2/21), mereka mendirikan kemah di Filchner-Ronne Ice Shelf. Sebuah bongkahan es besar yang terapung di Laut Weddell bagian tenggara.

Di sana, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyekop salju dan menggunakan air panas untuk membuat lubang sempit yang dapat menembus es.

Setelah lubang selesai terbentuk, mereka menurunkan sebuah kamera alat pemisah sedimen untuk menjangkau dasar laut lebih dari 300 meter di dasar bongkahan es tersebut.

Awalnya, mereka berharap untuk menabrak lumur, tetapi Huw Griffiths, seorang ahli biogeografi kelautan di British Antarctic Survey, mengatakan bahwa alat itu malah menabrak batu. 

Saat para tim menunjukkan rekaman video ke Griffiths, kamera mengangkap sesuatu yang tidak diperkirakan olehnya.

Sebuah komunitas hewan bawah laut yang merupakan spons dan pengumpan filter belum dikenal ternyata menempel di batu tersebut.

"Ini adalah tempat di mana, pada dasarnya, kami sama sekali tidak menyangka menemukan komunitas seperti ini hidup," kata Griffiths.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Waktu Hampir Habis Untuk Melindungi Ekosistem Ini

(Twitter/@BAS_News)
(Twitter/@BAS_News)

Beberapa hewan yang terlihat oleh kamera memiliki tubuh bulat, dan yang lain memiliki batang tipis yang membentang ke air di sekitarnya.

Bagian-bagian batu juga dilapisi dengan lapisan tipis bulu halus yang mungkin mengandung organisme yang mirip dengan benang.

"Ini menunjukkan kepada kita bahwa hidup lebih tangguh, dan lebih kuat, daripada yang pernah kita duga, jika dapat bertahan dengan kondisi ini," jelas Griffiths.

Ia bersama rekan-rekannya menerbitkan makalah tentang penemuan yang tidak disangka ini pada 15 Februari 2021 di jurnal Frontiers in Marine Science.

Griffiths mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya para ilmuwan menemukan hewan di bawah lapisan es Antartika. Namun, biasanya hewan yang ditemukan adalah hewan yang bergerak seperti ikan dan artropoda -- sekelompok invertebrata yang termasuk krustasea.

Yang ditemukan Griffiths dan rekan-rekannya berbeda. Hewan-hewan yang mereka temukan adalah hewan yang tetap terpaku di satu tempat dan bertahan pada makanan yang kebetulan lewat seperti fitoplankton kecil -- sebuah ganggang laut yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Untuk sekarang, yang ilmuwan ketahui tentang hewan-hewan ini baru berasal dari rekaman video kurang dari satu menit tersebut.

 

Butuh Teknologi Baru

1,5 Juta Penguin Langka Ditemukan di Antartika Terpencil
Dua ekor penguin melompat ke dalam laut di Pulau Heroina, Danger Islands, Antartika (2/3). (Rachael Herman / Stony Brook University / AFP)

Mempelajari hewan-hewan misterius itu adalah tantangan besar karena tidak ada kapal penelitian yang bisa mendekati mereka. "Kami harus mengembangkan teknologi dan hal-hal yang dapat berjalan dan melakukannya untuk kami sendiri," jelas Griffiths.

Griffiths mengatakan bahwa alat-alat tersebut mungkin termasuk kendaraan miniatur bawah air yang dapat dioperasikan dari jarak jauh atau dijalankan secara mandiri. Kendaraan itu harus masuk melalui lubang bor yang sempit.

Robot dapat mengumpulkan sampel sedimen dan air yang dapat diperiksa oleh para ilmuwan untuk mendapatkan nutrisi sekaligus DNA.

Selain itu, robot juga dapat mengumpulkan sampel kecil dari spons itu sendiri. Tapi, perlu diingat bahwa ekosistem ini mungkin adalah sesuatu yang langka.

Jadi, para ilmuwan harus melakukannya tanpa mengganggu lingkungan sekitarnya, kata Griffiths.

Menurut British Antartic Survey, Griffiths dan tim juga mengatakan bahwa karena perubahan iklim dan runtuhnya lapisan es, waktu hampir habis untuk melindungi ekosistem ini.

 

Reporter : Paquita Gadin 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya