Survei: Vaksin COVID-19 Milik Pfizer Tunjukan Hasil Antibodi yang Tinggi

Survei ini dilakukan oleh Imperial College London setelah pasien mendapat dua dosis vaksin Pfizer.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2021, 14:59 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2021, 14:59 WIB
FOTO: Jepang Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Seorang pekerja medis memegang vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di Tokyo Medical Center, Tokyo, Jepang, Rabu (17/2/2021). Jepang memulai kampanye vaksinasi COVID-19 dengan suntikan COVID-19 pertama diberikan kepada petugas kesehatan. (Behrouz Mehri/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, London - Sebuah survei menyebutkan pada Rabu (24/2), orang-orang di Inggris yang telah menerima dua dosis vaksin COVID-19 buatan Pfizer menghasilkan respons antibodi yang jauh lebih kuat.

Ditambahkan pula bahwa kepercayaan terhadap vaksin juga tinggi, demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (25/2/2021).

Survei yang dilakukan oleh Imperial College London menunjukkan 87,9 persen orang di atas usia 80 dinyatakan positif mempunyai antibodi setelah dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech.

Dalam kelompok usia yang lebih muda, persentase itu naik menjadi 95,5 persen untuk usia di bawah 60 tahun, dan 100 persen pada mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

Tingkat antibodi hanyalah salah satu bagian dari gambaran kekebalan. Vaksin juga terbukti menghasilkan perlindungan dari sel-T yang kuat.

Hampir 95 persen orang di bawah 30 tahun dinyatakan positif antibodi 21 hari setelah satu dosis vaksin Pfizer.

Jumlah itu turun pada kelompok yang lebih tua.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak video pilihan di bawah ini:

Perkembangan Antibodi

FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Vaksin COVID-19 Pfizer Inc and BioNTech dipotret di Rumah Sakit Anak Rady, San Diego, California, Amerika Serikat, 15 Desember 2020. Vaksin COVID-19 buatan Pfizer telah mendapat otorisasi darurat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Meksiko. (ARIANA DREHSLER/AFP)

Inggris telah memperpanjang jeda antara dosis pertama dan kedua menjadi 12 minggu, meskipun Pfizer memperingatkan bahwa mereka hanya memiliki data untuk kemanjuran klinis dengan jeda tiga minggu antar suntikan.

Lebih dari 154 ribu peserta ikut dalam studi oleh Imperial College London untuk mengetahui antibodi terhadap COVID-19.

Studi itu memantau tingkat antibodi dari infeksi alami serta di kalangan mereka yang divaksinasi, antara 26 Januari dan 8 Februari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya