Liputan6.com, Tokyo - Bagi para pembuat kondom asal Jepang, Olimpiade seharusnya menjadi kesempatan emas dengan gerombolan turis yang akan datang serta puluhan ribu profilaksis ultra-tipis inovatif mereka yang akan diberikan kepada para atlet.
Dikutip dari Bangkok Post, Jumat (18/6/2021), tetapi karena adanya larangan terhadap turis luar negeri karena pandemi COVID-19, distribusi kondom premium mereka membuat produsen kempis.
Baca Juga
Sejak Olimpiade Seoul 1988, ratusan ribu kondom gratis telah dibagikan di Olimpiade untuk mempromosikan seks aman saat para atlet elit dunia berbaur dalam jarak dekat.
Advertisement
Walau penyelenggara masih diharapkan membagikan 160.000 pada Olimpiade yang ditunda karena pandemi yang akan dimulai pada bulan depan, aturan akibat pandemi membatasi interaksi di daerah Olimpiade.
Buku peraturan untuk atlet secara khusus memperingati mereka untuk "menghindari bentuk kontak fisik yang tidak perlu", membuat sejumlah orang bertanya mengapa kondom tetap didistribusikan.
Ken Noguchi, seorang pendaki gunung dan aktivis lingkungan Jepang mengunggah di akun Twitternya bahwa rencana untuk tetap memberikan kondom kepada atlet "adalah sesuatu yang tidak dapat saya pahami."
Penyelenggara pertandingan mengatakan mendistribusikan kondom dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS, dan bahwa Komite Olimpiade Internasional telah meminta agar pemberian kondom tetap berlanjut tahun ini -- walau adanya restriksi karena pandemi.
"Kondom yang dibagikan tidak dimaksudkan untuk digunakan di Desa Olimpiade," kata panitia penyelanggara kepada AFP.
Sebaliknya, mereka seharusnya "dibawa kembali oleh atlet ke negara asal masing-masing dan membantu mereka mendukung kampanye untuk meningkatkan kesadaran."
Larangan Pendistribusian Tipe Kondom
Walau distribusi tetap berjalan, ada masalah baru bagi produsen yaitu larangan model kondom yang hanya setebal 0.01 mm.
Saat Tokyo dinobatkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020, perusahaan kondom Jepang maju dengan manufaktur mereka untuk memsatikan cakupan maksimum tepat waktu untuk Olimpiade.
Sekarang, ternyata produsen hanya dapat mendistribusikan kondom berbasis lateks dan bukan model ultra-tipis mereka.
"Ketika saya mengetahui tentang persyaratan itu, saya berpikir, 'Ya Tuhan...mungkinkah itu benar?" sebuah sumber industri mengatakan kepada AFP.
"Kami benar-benar berharap dapat menawarkan yang ultra-tipis ini."
Pada 2018, pembuat kondom terkemuka Sagami Rubber Industries membuka pabrik baru di Malaysia untuk memenuhi perkiraan kenaikan permintaan.
"Hanya perusahaan Jepang yang sekarang memproduksi kondom setipis 0,01-0,02 mm," kata juru bicara Hiroshi Yamashita kepada AFP saat itu.
"Kami melihat Olimpiade Tokyo sebagai kesempatan yang sangat berharga untuk memberi tahu dunia tentang teknologi tinggi Jepang."
Pandemi telah membawa masa-masa sulit, dengan perbatasan Jepang secara efektif ditutup untuk turis dan penyelenggara Olimpiade melarang penonton luar negeri untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Di Harajuku Tokyo yang unik dan lingkungan Shibuya yang ramai, butik Condomania yang dikelola oleh Koji Negishi biasanya menarik banyak turis.
Pembatasan akibat pandemi di Tokyo telah mengurangi jumlah pelanggan Jepang.
Sebuah sumber industri mengatakan selera domestik tampaknya lebih menyukai kondom dengan pelumas ekstra dibanding yang ultra-tipis.
"Dari perspektif seks yang aman, yang kami inginkan adalah orang-orang menggunakan kondom apa pun, bukan tidak sama sekali," katanya.
"Jadi pada akhirnya, apa pun yang dipilih orang karena itu terasa baik bagi mereka adalah hal yang baik bagi kami."
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement