Liputan6.com, Jakarta - Total infeksi Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia pada hari Senin per pukul 10.01 WIB telah mencapai 183.736.499 kasus, berdasarkan data Johns Hopkins University.
3.976.143 orang di dunia tercatat telah meninggal dunia akibat COVID-19, seperti dikutip dari gisanddata.maps.arcgis.com, Senin (5/7/2021).
Baca Juga
Data Johns Hopkins University juga menunjukkan ada 3.190.517.895 vaksin COVID-19 yang sudah dibagikan di seluruh dunia.
Advertisement
Infeksi di Amerika Serikat, negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbesar di dunia, telah mencapai 33.716.933, dengan 605.526 kematian.
Berikut adalah negara dengan kasus infeksi Virus Corona COVID-19 terbanyak di dunia setelah AS:Â
India: 30.545.433 kasus, dengan 402.005 orang meninggal dunia akibat Virus Corona.
Brasil: 18.769.808 kasus, dan 524.417 kematian.
Prancis: 5.848.171 infeksi, dengan 111.323 kematian.
Rusia: 5.544.209 infeksi, dengan 135.637 kematian akibat COVID-19.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Rekor Baru, Myanmar Laporkan Tambahan 2.318 Kasus COVID-19
Kementerian Kesehatan Myanmar melaporkan rekor kasus harian COVID-19.
Pada Minggu (4/7), Myanmar melaporkan 2.318 kasus baru COVID-19. serta 35 kematian tambahan.
Wabah baru telah terjadi di Myanmar, di mana sistem kesehatan dan langkah-langkah anti-Virus Corona tidak banyak diterapkan sejak kudeta militer pada 1 Februari lalu.
Tingkat tes positif COVID-19 di Myanmar pun mencapai lebih dari 22 persen, juga lebih tinggi dari puncak sebelumnya dalam jumlah kasus akhir pada 2020 lalu.
Pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi telah mengendalikan dua gelombang infeksi Virus Corona dengan program pengujian dan karantina.
Namun pemerintahannnya tak sempat memulai kampanye vaksinasi COVID-19 karena kudeta militer.
Setelah militer mengambil alih kekuasaan, dokter dan petugas kesehatan lainnya berhenti bekerja di posisi resmi mereka untuk menunjukkan penentangan terhadap kudeta.
Beberapa orang juga dilaporkan menolak pergi ke rumah sakit militer untuk perawatan atau mendapatkan vaksinasi sebagai cara untuk menunjukkan bahwa mereka menganggap otoritas militer tidak sah.
Advertisement