Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia berencana melakukan reaktivitas KBRI Kabul setelah sebelumnya dipindahkan ke Islamabad, Pakistan usai pemerintah Afghanistan berhasil digulingkan oleh Taliban.
"Tujuannya kita ingin melakukan construtive engagement, tapi sekali lagi itu bukan berarti kita akan mengakui Taliban, tidak," ujar Abdul Kadir Jailani usai melakukan pertemuan dengan awak media di Jakarta, Senin (6/12/2021).
Advertisement
Baca Juga
"Saat ini masih banyak negara yang mempertahankan kedutaannya di sana untuk beberapa alasan."
Bagaimana Posisi Indonesia pada Afghanistan?
Abdul Kadir Jailani menyebut pemerintah Indonesia ingin melakukan constructive engagement dengan new government.
"Kita belum mengakui. Kami sambil melihat beberapa petinggi Afghanistan telah menyampaikan beberapa komitmen. Pertama, pemerintahan eksklusif, terus menghargai hak perempuan dan anak termasuk terorisme."
"Tapi kita ketahui sepertinya hal ini masih belum, we need more."
Pada kesempatan tersebut, Abdul Kadir Jailani mengharapkan perbaikan dan meminta Afghanistan selalu fokus pada isu wanita.
"Itu yang akan menjadi fokus utama ibu Menlu. Kita ajak berbagai negara untuk terlibat dalam peranan wanita dan ulama."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendekatan Terhadap Taliban
Saat ditanya soal rencana pertemuan dengan negara-negara lain soal Taliban, Abdul Kadir Jailani menjawab itu pasti.
"Seperti saya katakan tadi Indonesia sudah mengusulkan dan kemarin di OKI sudah diumumkan Pakistan akan jadi tuan rumah pertemuan luar biasa menteri luar negeri."
Untuk upaya pendekatan yang telah dilakukan, pemerintah Indonesia sebelumnya lebih fokus pada upaya evakuasi WNI.
"Kita melakukan dengan sangat baik. Kemudian beberapa bulan ini, engagement kita akibat KBRI tidak ada, maka itu semua dilakukan melaui Dubes kitab di Doha."
"Mereka mengharapkan sekali peranan Indonesia. Jadi engagement terus dilakukkan, tapi proses ini memerlukan waktu karena pandemi COVID-19 dan lainnya."
Advertisement