Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Prancis pada Senin (6/12) mengumumkan langkah-langkah baru dalam upaya untuk mengekang meningkatnya jumlah infeksi Virus Corona COVID-19 gelombang kelima di negara itu.
Pemerintah memerintahkan penutupan kelab malam selama empat minggu mulai akhir pekan ini, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (7/12/2021).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, otoritas Prancis juga memperpanjang kewajiban penggunaan masker di sekolah, mendesak pelaku bisnis untuk mendorong kerja jarak jauh dan membuka program vaksinasi untuk anak-anak.
Perdana Menteri Jean Castex mengatakan, setelah pertemuan Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional, pemerintahannya memiliki maksud untuk menggencarkan vaksinasi yang ada saat ini guna melindungi masyarakat.
Dia mengulangi seruannya kepada orang-orang untuk divaksinasi, menerima suntikan booster dan mengindahkan langkah-langkah pencegahan.
Di Prancis, mereka yang berusia lebih dari 65 tahun sekarang bisa mendapatkan suntikan booster tanpa membuat janji terlebih dahulu.
Menurut angka terbaru, 51 juta warga Prancis telah divaksinasi lengkap.
Di sekolah-sekolah di negara itu, pemerintah telah memperketat protokol sanitasi karena dalam waktu kurang dari 24 jam Kementerian Pendidikan melaporkan 6.261 kasus COVID-19 baru di antara anak-anak dalam kelompok usia enam hingga sepuluh tahun.
Oleh karena itu, pemakaian masker kembali diwajibkan baik di dalam maupun di luar ruangan di sekolah, dan kegiatan di luar ruangan juga dibatasi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masih Bertarung dengan Varian Delta
Menteri Kesehatan Olivier Veran mengatakan, COVID-19 beredar lebih cepat di Prancis dibandingkan saat puncak gelombang ketiga menghantam negara tersebut. Menurutnya, gelombang kelima pandemi ini berkembang pesat.
"Lebih dari 2.200 pasien saat ini berada di unit perawatan intensif rumah sakit," kata Veran.
Sementara itu, lebih dari 12.000 pasien saat ini dirawat di rumah sakit.
Dalam 24 jam terakhir, 192 kematian terkait COVID-19 telah dicatat di negara itu, menurut Badan Kesehatan Masyarakat Prancis.
Gelombang kelima pandemi di Prancis masih varian Delta, namun pemerintah menyatakan akan mencermati perkembangan varian Omicron.
"Tampaknya varian ini (Omicron) jauh lebih menular daripada varian Delta," jelas Veran.
Namun, belum ada bukti klinis bahwa varian Omicron lebih berbahaya daripada varian Delta. Prancis sejauh ini mencatat 25 kasus varian Omicron.
Advertisement