Manusia Kedua Hasil Kloning Dilahirkan

Bayi perempuan hasil teknologi duplikasi genetik dilahirkan di Amsterdam, Belanda. Bayi itu tercipta melalui proses fertilisasi invitro yang formatnya biasa diterapkan ke pasangan tak subur.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Jan 2003, 08:50 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2003, 08:50 WIB
050103aKloning.jpg
Liputan6.com, Amsterdam: Manusia hasil teknologi duplikasi genetik atau kloning untuk kali kedua dalam sejarah dilahirkan. Kali ini, inovasi teknologi tersebut dilahirkan di Amsterdam, Belanda, Jumat (3/1) malam waktu setempat. Bayi perempuan dari pasangan lesbian berkewarganegaraan Belanda itu dilaporkan terlahir sehat. Bayi itu hadir delapan hari setelah manusia pertama hasil kloning yang diberi nama Eve--sesuai nama istri Nabi Adam--dilahirkan di Amerika Serikat [baca: Lahir, Manusia Pertama Hasil Kloning].

Bayi perempuan itu tercipta melalui proses fertilisasi invitro atau IVF yang formatnya biasa diterapkan pada pasangan tak subur. Proses kloning difasilitasi perusahaan Clonaid, pengikut fanatik sekte Raelian--kelompok yang percaya bahwa 25 ribu tahun silam di bumi telah mendarat makhluk luar angkasa dan menciptakan ras manusia melalui proses kloning. Menurut Direktris Clonaid Brigitte Boisselier, ribuan peminat sudah mengantre untuk menciptakan manusia-manusia baru melalui kloning yang siap membayar US$ 200 ribu, di antaranya dari benua Asia.

Hingga berita ini ditulis, Kepala Sekte Kepercayaan Raelian Bart Overvliet masih merahasiakan identitas bayi. Pemimpin sekitar 55 ribu pengikut sekte Raelian--30 orang di antaranya warga Belanda--dari berbagai negara ini juga merahasiakan identitas dan tempat tinggal sang ibu.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Belanda mengatakan, hingga akhir Januari 2003, akan lahir empat bayi kloning lain. Menurut dia, hal itu dimungkinkan karena Undang-Undang Belanda tak melarang kelahiran manusia hasil kloning.

UU tersebut didukung para ilmuwan. Mereka berpendapat tak ada alasan mendasar kloning manusia mustahil dilakukan. Sebab, teknik kloning manusia sama persis dengan yang dipakai pada pengkloningan domba Dolly pada 1996. Tapi, kloning pada manusia memiliki risiko besar. Seperti kloning pada binatang, mengkloning manusia juga bisa mengalami kegagalan, seperti pembentukan organ tubuh yang tak sempurna.

Dalam proses kloning, nukleus dipindahkan dari sel telur wanita dan digantikan nukleus dari sel binatang atau orang yang dikloning. Jika proses ini dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, sel telur akan mulai membelah atau terbagi, persis seperti sel telur yang telah dibuahi sperma. Selanjutnya, genetika embrio yang dihasilkan sama persis dengan sang ibu--bila sel telur yang dipakai milik sang ibu. Tapi bila nukleus bukan milik sang ibu, embrio bakal menurunkan sifat genetika dari si pendonor. Hingga kini, para ilmuwan masih tak yakin tentang konsekuensi yang terjadi bila sel telur yang dipakai bukan milik sang ibu.(ICH/Nlg)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya