Liputan6.com, Tbilisi - Federasi Rusia sedang panen kecaman dunia akibat aksi agresifnya terhadap Ukraina. Tak lama usai mengakui wilayah separatis Ukraina, yakni Donetsk dan Luhansk, kini Rusia terpantau mulai menyerang Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Ukraina dulunya adalah wilayah Uni Soviet. Satu abad yang lalu, Soviet Rusia juga berhasil melakukan invasi terhadap Georgia setelah ibu kota Tbilisi dikuasai.
Advertisement
Baca Juga
Menurut situs Civil di Georgia, sebetulnya Soviet telah mengakui kedaulatan Georgia, akan tetapi perjanjian itu tidak dihormati.
Dijelaskan oleh situs tersebut bahwa Soviet sebetulnya punya janji serupa dengan negara-negara Baltik lain, tetapi tidak menyetop Soviet untuk menyerang.
Pasukan Bolshevik sempat berhadapkan dengan resistensi dari Georgia, namun panglima tertinggi Giorgi Kvinitadze tidak mampu membentuk Tentara Merah.
Tepat pada 25 Februari 1921, Bolshevik berhasil masuk ke ibu kota Tbilisi dan menandakan tumbangnya kota tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemerdekaan Georgia
Georgia menjadi negara independen pada 1991 ketika Uni Soviet. Namun, konflik berlanjut dengan Rusia.
Pada 2008, Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Perdana Menteri Vladimir Putin sempat berperang dengan Georgia. Salah satu penyebabnya adalah adanya pasukan separatis pro-Rusia di daerah Ossetia Selatan dan Abkhazia yang mendapat dukungan dari Rusia.
Presiden Georgia Mikheil Saakashvili mengambil langkah tegas dan berusaha mengendalikan wilayah separatis tersebut.
Saat itu, serangan siber sudah terjadi. Georgia kehilangan kendali sebagian daerah Abkhazia dan Ossetia Selatan. Kedaulatan daerah separatis itu diakui oleh Rusia.
Hal serupa terulang hari ini ketika Presiden Putin mengakui daerah separatis Ukraina dan melakukan agresi.
Advertisement