Liputan6.com, Shijiazhuang - Serangkaian ledakan melanda empat blok apartemen di kota utara Shijiazhuang pada Jumat 16 Maret 2001 pagi waktu setempat. Polisi kala itu yakin ledakan disengaja dan telah menetapkan seorang pria berusia 41 tahun sebagai tersangka utama.
Jumlah korban tewas secara dramatis meningkat dari laporan awal kematian resmi yang berjumlah 18. Tetapi Pusat Hak Asasi Manusia dan Demokrasi yang berbasis di Hong Kong mengatakan hingga 200 orang bisa tewas.
Baca Juga
Laporan yang dikutip BBC dari televisi pemerintah di China kemudian mengatakan bahwa 108 orang tewas.Â
Advertisement
Para pemimpin China, yang sudah mendapat kecaman karena penanganan mereka terhadap ledakan sekolah bulan Maret, mengirim seorang pejabat senior ke tempat kejadian. Hadiah 50.000 yuan ($6.000) - setara dengan upah rata-rata 10 tahun - juga telah ditawarkan --untuk memburu pelakunya.
Ledakan itu menghancurkan empat blok terpisah yang menampung pabrik kapas dan pekerja kereta api. Satu bangunan lima lantai bahkan menjadi puing-puing.
Situs The Guardian melaporkan bahwa pembunuhan massal terbesar di China selama beberapa dekade telah membuat banyak orang bertanya-tanya apakah satu-satunya pembunuh yang harus disalahkan, atau geng yang dilahirkan oleh masyarakat di mana gangsterisme dan kemarahan pekerja yang dipecat oleh perusahaan tekstil yang ambruk membiakkan kekerasan.
Situs itu menyebut insiden sebagai misteri ledakan pabrik kapas - serangkaian ledakan bom di kota utara Shijiazhuang dalam kegelapan sebelum Jumat fajar.
Tersangka Diburu
Laporan BBC menyebut surat kabar pemerintah kemudian menerbitkan gambar buronan, Jin Ruchao, yang tinggal di salah satu blok. Dia juga dicari atas pembunuhan pacarnya awal bulan Maret tahun itu.
Dan dia juga diduga berselisih dengan kerabat yang tinggal di bangunan tempat tinggal yang terkena ledakan - dua di antaranya asrama untuk pekerja pabrik kapas.
Para pejabat tidak memberikan motif atas dugaan serangan itu dan tidak menjelaskan apakah dia memiliki keahlian untuk memicu empat ledakan besar hampir bersamaan.
Penduduk setempat tampak terkejut dengan kehancuran yang ditimbulkan dan menyuarakan ketakutan bahwa akan ada lebih banyak serangan.
"Jika mereka tidak segera menangkap orang-orang ini, semua orang akan khawatir", kata seorang pekerja kepada kantor berita AFP.
Ada juga spekulasi di kota bahwa ledakan itu terkait dengan kekhawatiran atas pengangguran, meskipun pabrik kapas yang ditargetkan dikatakan cukup menguntungkan dan belum memberhentikan banyak staf.
China telah dilanda pengeboman sporadis oleh karyawan yang tidak puas yang telah dipecat dalam beberapa tahun terakhir karena perusahaan milik negara direstrukturisasi.
Shijiazhuang, yang berpenduduk 1,3 juta jiwa, merupakan pusat industri tekstil kapas China.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemerasan?
Tahun 2000 lalu, pihak berwenang di sana mengeksekusi seorang pria yang telah meledakkan beberapa bom di tempat-tempat umum, termasuk bus yang ramai dan pusat perbelanjaan.
Media pemerintah mengatakan pelaku mencoba memeras uang.
Ledakan terbaru terjadi kurang dari dua minggu setelah ledakan di sebuah sekolah di Provinsi Jiangxi selatan yang menewaskan hampir 40 anak.
Pemerintah awalnya menyalahkan insiden itu pada orang gila yang membawa bom. Namun keluarga korban mengatakan anak-anak mereka dipaksa membuat kembang api dan ledakan itu disebabkan oleh bahan peledak yang disimpan secara ilegal.
Pelaku Tertangkap Lalu Dihukum Mati
LA Times melaporkan bahwa pelakunya kemudian berhasil ditangkap. Jin, mengaku memicu ledakan 16 Maret yang mengguncang empat gedung apartemen di Shijiazhuang, sebuah pusat industri 170 mil barat daya Beijing.
Lalu pada bulan April mantan pekerja pabrik kapas itu dieksekusi dengan tembakan tepatnya Minggu 29 April. Bersama dengan dua orang yang menjualnya bahan peledak, kata kantor berita resmi New China.
Eksekusi Jin Ruchao terjadi setelah Pengadilan Tinggi Rakyat Provinsi Hebei menolak bandingnya.
Juga dihukum mati adalah Wang Yushun dan Hao Fengqin, yang bandingnya juga ditolak, kata kantor berita itu. Mereka dihukum karena memasok Jin dengan amonium nitrat.
Orang keempat, yang dituduh menjual Jin 50 detonator dan 20 sekring, juga dijatuhi hukuman mati, tetapi pengadilan menangguhkan putusan itu selama dua tahun. Hukumannya dapat diringankan menjadi penjara seumur hidup jika berperilaku baik.
Advertisement