Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Palestina di Jakarta menjelaskan peran Zionis ekstrimis pada kerusuhan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada pekan lalu. Kerusuhan mengakibatkan ratusan orang luka-luka, mayoritas berasal dari pihak Palestina.
Salah satu faktor pemicu kerusuhan adalah kelompok Yahudi ekstremis yang ingin melakukan sembelih hewan ternak di Temple Mount. Tindakan itu ditolak oleh pihak Palestina karena area Temple Mount tak boleh digunakan untuk sembelih.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan DW.com, hal itu sebetulnya tak diizinkan oleh otoritas Israel, sementara The Times of Israel juga menyebut bahwa otoritas keagamaan di Tembok Barat tidak merestui tindakan tersebut.
Kedubes Palestina di Jakarta lantas mengecam tindakan orang-orang yang disebut sebagai Zionis ekstrimis. Pihak kedubes juga menuduh pemerintah Israel mendukung aksi para ekstrimis tersebut.
"Israel mengizinkan pemukim Zionis ekstremis untuk mencoba dan mengubah status quo di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem Timur. Para ekstrimis itu memiliki dukungan penuh dari pemerintah aparteid Israel dan pasukan militer dan aparat keamanannya," tulis keterangan resmi Kedubes Palestina, dikutip Senin (18/4/2022).
Pihak Kedubes Palestina menyebut ada upaya "Yahudisasi" di Yerusalem. Agresi Israel disebut berusaha mengambil alih lokasi-lokasi suci milik umat Islam dan Kristen, baik itu di Yerusalem, Hebron, Nablus, dan sebagainya.
Kelompok Zionis ekstrimis itu dituduh ingin menggusur Masjid Al-Aqsa dan menggantinya menjadi lokasi "kuil Yahudi".
"Palestina menganggap eskalasi berbahaya ini sebagai sebuah provokasi terang-terangan terhadap sentimen seluruh Ummat dan pelanggaran mencolok dari resolusi-resolusi internasional," tulis pihak Kedubes Palestina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
MUI Kutuk Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa
Sebelumnya dilaporkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israel terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israel memang dikuasai para penjahat kemanusiaan.
“Tindakan ini semakin meyakinkan kita semua bahwa negara ini memang dipimpin oleh para penjahat kemanusiaan dan tidak beradab. Hanya penjahat lah yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu karena mereka memang tidak memiliki akal sehat dan nurani,” ujar Sudarnoto melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (16/4).
Seperti yang dilakukan pada penghujung Ramadhan tahun lalu, Sudarnoto mengatakan, aparat Zionis Israel telah menista dan menghina Masjid Al Aqsa yang seharusnya dilindungi.
“Aparat Zionis Israel merusak suasana keagamaan, melakukan tindakan kekerasan kepada umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah dan sekaligus merusak, menginjak-injak dan menghancurkan kemanusiaan,” kata Sudarnoto.
Guru besar sejarah kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, semua tindakan kejahatan yang dilakukan Israel tidak bisa diterima oleh akal sehat dan nurani. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama apa pun dan melanggar hukum, termasuk hukum internasional.
“Umat Islam Indonesia khususnya mengutuk tindakan brutal aparat Israel ini,” kata Sudarnoto, seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Raja Yordania Minta Israel Jangan Provokatif
Raja Abdullah II dari Yordania meminta Israel untk menghentikan tindakan provokatif yang bisa menambah ketegangan yang terjadi. Usai bentrokan pada Jumat pekan lalu, kerusuhan antara pihak Palestina dan Israel kembali bentrok pada hari Minggu kemarin.
Dilaporkan Arab News, Senin (18/4), ada hampir 20 orang yang terluka pada insiden Minggu di sejumlah area di dekat Masjid Al-Aqsa. Bulan Sabit Merah Palestina berkata setidaknya ada lima orang yang harus dibawa ke rumah sakit.
Total terluka pada insiden di Masjid Al-Aqsa pada Jumat lalu juga naik menjadi lebih dari 170 orang. Insiden itu terjadi ketika warga Muslim sedang puasa Ramadhan dan warga Yahudi melakukan festival Passover.
Pejabat-pejabat Palestina menuduh Israel mencoba membagi-bagi lokasi suci yang sensitif.
Diprediksi situasi masih tegang pekan ini karena grup Yahudi ekstrimis terus meneriakan slogan "Passover ini di Masjid Al-Aqsa". Pihak Palestina menyebut bentrokan pada Minggu pagi kemarin terjadi karena sekitar 228 Yahudi ekstrimis menerobos halaman Masjid Al-Aqsa. Sejumlah orang terluka dan ditahan.
Pihak Palestina berkata kepolisian Israel sempat menutup akses ke Masjid Al-Aqsa, sementara mencoba mengamankan pengunjung Yahudi ke masjid suci. Aparat Israel juga menganggu speaker eksternal setelah sejumlah pemuda Israel menyuruh teman-temannya untuk ikut datang ke Masjid Al-Aqsa.
Sejumlah negara telah memberikan kecaman terhadap aksi Israel pada Jumat lalu. Kerajaan Arab Saudi turut mengutuk serangan tersebut. Sentimen serupa diungkapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sementara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meminta agar pihak Israel dan Palestina sama-sama tidak provokatif.
Presiden Turki Kutuk Kekerasan Tentara Israel Terhadap Jemaah Masjid Al Aqsa
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (17/4) mengutuk tindakan Israel terhadap jamaah di Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama panggilan teleponnya dengan Palestina Mahmoud Abbas.
"Selama percakapan, saya sangat mengutuk intervensi Israel terhadap jamaah di Masjid Al Aqsa dan bahwa kami akan menentang provokasi dan ancaman terhadap status quo dan spiritualitas Masjid Al Aqsa," kata Erdogan di Twitter.
"Turki selalu mendukung Palestina," tambahnya, mencatat peristiwa tersebut menegaskan kembali perlunya semua kelompok Palestina untuk bekerja menuju persatuan dan rekonsiliasi.
Ketegangan antara Israel dan Palestina telah berkobar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama beberapa minggu terakhir, demikian dikutip dari laman Xinhua, Senin (18/4).
Terutama ketika festival Paskah Yahudi dimulai pada hari Jumat selama bulan suci Ramadhan.
Bentrokan pada Jumat kemarin antara warga Palestina dan pasukan polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa Yerusalem menyebabkan lebih dari 160 orang terluka.
Hubungan antara Turki dan Israel tegang pada tahun 2010 ketika armada yang dipimpin Turki berusaha untuk memecahkan blokade Israel di Jalur Gaza bentrok dengan pasukan Israel, meninggalkan 10 orang Turki di dalamnya tewas.
Dalam pertengkaran yang terbaru pada tahun 2018, Turki mengusir duta besar Israel untuk Turki setelah Amerika Serikat memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Kedua negara telah bekerja pada pemulihan hubungan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada 9 Maret, Presiden Israel Isaac Herzog melakukan kunjungan ke Ankara, di mana Erdogan mengatakan dia "dengan jelas menyatakan kepekaan Turki terhadap masalah Palestina."
Advertisement