Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok 20 warga sipil meninggalkan pabrik baja Azovstal, tempat pasukan Ukraina terakhir di pelabuhan Mariupol Laut Hitam bersembunyi, kata tentara di sana pada Sabtu (30 April).
"Dua puluh warga sipil, wanita dan anak-anak ... telah dipindahkan ke tempat yang sesuai dan kami berharap mereka akan dievakuasi ke Zaporizhzhia, di wilayah yang dikuasai Ukraina," kata Sviatoslav Palamar, wakil komandan resimen Azov. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Minggu (1/5/2022).
Baca Juga
Mereka masih melewati puing-puing mencari warga sipil untuk diselamatkan setelah malam pemboman Rusia di sana, tambahnya, dalam sebuah video yang diposting di Telegram.
Advertisement
Sebelumnya pada hari Sabtu, seorang koresponden dari kantor berita Rusia TASS melaporkan dari kota bahwa 25 warga sipil - termasuk enam anak di bawah 14 tahun - telah keluar dari situs tersebut.
"Sepanjang malam, artileri musuh membombardir lokasi itu," tambah Palamar.
"Gencatan senjata yang seharusnya dimulai pukul 6 pagi (3 pagi GMT) tidak dimulai sampai pukul 11 pagi. Sejak itu, kedua belah pihak menghormatinya," tambahnya.
"Konvoi evakuasi yang kami harapkan pada pukul 6 pagi baru tiba pada pukul 18:25.
"Resimen Azov masih membersihkan puing-puing untuk mengeluarkan warga sipil," kata Palamar. "Kami berharap prosedur ini akan berlanjut sehingga kami akan berhasil mengevakuasi semua warga sipil."
Sejauh ini tidak ada upaya untuk mengevakuasi orang dari situs Azovstal yang berhasil.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belum Ada Proses Evakuasi
Palamar menambahkan bahwa untuk saat ini mereka tidak berusaha mengevakuasi yang terluka untuk perawatan di wilayah yang dikuasai Ukraina.
Beberapa ratus tentara dan warga sipil Ukraina berlindung di labirin terowongan bawah tanah era Soviet di bawah pabrik baja Azovstal, dan banyak dari mereka memerlukan perhatian medis.
Kepresidenan Ukraina mengatakan pada hari Jumat bahwa evakuasi beberapa warga sipil telah direncanakan untuk hari itu.
Sebuah tim AFP dalam perjalanan pers ke Mariupol yang diselenggarakan oleh tentara Rusia pada hari Jumat mendengar pemboman berat di situs Azovstal dari pagi hingga sore hari.
Di sore hari, ledakan hanya berjarak beberapa detik, dan beberapa di antaranya tampak sangat kuat.
Gambar satelit terbaru dari Maxar Technologies, yang diambil pada hari Jumat, menunjukkan bahwa hampir semua bangunan di pabrik baja telah hancur.
Beberapa atap telah berlubang atau runtuh total, beberapa bangunan menjadi puing-puing.
Advertisement
Proses Evakuasi di Mariupol
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada hari Kamis selama kunjungan ke Kyiv bahwa PBB melakukan segala kemungkinan untuk memastikan evakuasi warga sipil dari "kiamat" di Mariupol.
Rusia pekan lalu mengatakan telah menguasai penuh kota pelabuhan strategis itu, kecuali kawasan industri besar Azovstal.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan blokade pabrik baja.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah berulang kali memperingatkan bahwa jika pasukan Rusia membunuh pasukan terakhir yang tersisa di sana, itu akan mengakhiri setiap pembicaraan damai.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan militer mereka belum siap untuk mencoba menerobos kepungan Mariupol.
Namun, Zelenskyy mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan mengunjungi Kiev pada Minggu dan membahas jenis senjata yang dibutuhkan Ukraina saat invasi Rusia memasuki bulan ketiga.
"Begitu kami memiliki (senjata lainnya), begitu jumlah sudah cukup banyak, percaya pada saya, kami akan segera merebut wilayah di sana sini, yang untuk sementara diduduki," kata Zelenskyy saat konferensi pers, Sabtu (23/4).
Gedung Putih tidak mengiyakan rencana perjalanan Blinken dan Austin. Sedangkan Departemen Luar Negeri dan Pentagon enggan berkomentar.
Serangan Terhadap Mariupol
Serangan terhadap Mariupol, pertempuran konflik terparah, membabi buta selama beberapa pekan.
Pendudukan kota tersebut dianggap penting bagi upaya Rusia untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Moskow pada 2014.
Kelompok separatis dukungan Moskow sudah bertahun-tahun menguasai wilayah di Donbas.
Ukraina memperkirakan ribuan orang warga sipil tewas di Mariupol dan 100.000 lainnya masih berada di kota itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah menyebutkan sedikitnya ratusan ribuan warga sipil tewas.
Ajudan wali kota Mariupol menuturkan upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil pada Sabtu gagal.
Di pelabuhan Laut Hitam, Odessa, sedikitnya delapan orang tewas, kata presiden.
Dua misil menggempur sebuah fasilitas militer dan dua bangunan perumahan pada Sabtu, kata militer Ukraina.
Sirene serangan udara terdengar di Odessa dan Mykolaiv, sebuah kota di dekat Laut Hitam, pada Minggu dini hari tanpa laporan langsung mengenai serangan baru.
Advertisement