, Roma - PM Italia Mario Draghi mundur dari kursi jabatannya. Hal itu terjadi karena beberapa partai menarik dukungannya. Presiden Sergio Mattarella kemudian membubarkan parlemen.
Mengutip DW Indonesia, Sabtu (23/7/2022), Presiden Italia Sergio Mattarella akhirnya menandatangani dekret pembubaran parlemen untuk membuka jalan pemilihan umum baru.
Baca Juga
"Pembubaran parlemen selalu menjadi pilihan terakhir," kata Sergio Mattarella. Keadaan politik menyebabkan langkah itu harus dilakukan, tambahnya.
Advertisement
Sebelumnya pada Kamis 21 Juli, Perdana Menteri Italia Mario Draghi menemui Matarella dan mengajukan pengunduran dirinya, karena gagal mempertahankan koalisi luas, sekalipun memenangkan mosi kepercayaan.
Menurut UU Italia, pemilihan umum baru harus diadakan dalam waktu 70 hari. "Periode yang kita lalui tidak memungkinkan adanya jeda dalam tindakan (pemerintah) yang diperlukan untuk melawan krisis ekonomi dan sosial, serta meningkatnya inflasi,” kata Mattarella dalam pidato singkat.
Stasiun siaran Italia RAI melaporkan, pemilihan umum baru akan dilaksanakan pada 25 September. Sergio Mattarella telah meminta Mario Draghi untuk tetap menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Draghi Dipandang Sebagai Pemimpin yang Stabil
Mario Draghi menjadi perdana menteri Italia pada Februari 2021, dan menavigasi negara itu melalui pandemi COVID-19. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Kepala Bank Sentral Eropa ECB dari 2011 hingga 2019, dan berhasil menangani krisis zona euro.
Mario Draghi menyatakan terima kasih kepada presiden Italia atas kepercayaannya. "Kita harus sangat bangga dengan pekerjaan yang telah kita lakukan atas nama presiden republik dalam melayani semua warga negara," katanya dan meminta anggota parlemen untuk terus bekerja dalam minggu-minggu berikutnya.
Draghi telah mengajukan pengunduran diri minggu lalu, setelah Gerakan Bintang 5 yang populis menolak untuk mendukungnya dalam mosi tidak percaya. Tetapi Presiden Mattarella menolak pengunduran dirinya dan meminta Draghi berusaha lagi membentuk pemerintahan persatuan.
Pada Rabu 19 Juli, Draghi mengatakan, dia bersedia untuk tetap memimpin pemerintahan, jika mendapat dukungan luas. Dia mengimbau Gerakan Bintang 5 untuk mendukungnya dalam sebuah "pakta baru," namun partai-partai populis kanan menolak.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tokoh Ultra Kanan Berpeluang Rebut Kursi PM
Gerakan Bintang 5 menjadi peraih suara terbesar pada pemilu 2018. Mario Draghi memang bisa membentuk pemerintahan tanpa partisipasi mereka, tetapi dia hanya mau memerintah dengan koalisi luas.
Gerakan Bintang 5 pada hari Rabu menyatakan, mereka akan meninggalkan koalisi persatuan. Pada saat yang sama, partai-partai Liga Kanan dan Forza Italia juga menyatakan tidak akan mendukung pemerintahan koalisi, yang memperumit upaya untuk membangun kembali pemerintahan.
Berdasarkan jajak pendapat terakhir, aliansi konservatif kanan yang dipimpin oleh tokoh ultra kanan Giorgia Meloni bisa memenangkan pemilihan umum mendatang. "Tidak ada lagi alasan," kata Giorgia Meloni di Twitter, yang selama ini memimpin oposisi menentang pemerintahan Draghi dan sejak lama menyerukan pemilihan umum baru.
PM Italia Mario Draghi Ajukan Pengunduran Diri Sempat Ditolak Presiden
Kamis 14 Juli 2022 malam waktu setempat, Perdana Menteri Italia Mario Draghi telah memberitahu kabinetnya bahwa ia akan mengajukan pengunduran dirinya kepada presiden. Upaya ini dilakukan setelah penolakan sekutu koalisinya untuk mendukung sebuah rancangan undang-undang pemerintah.
"Mayoritas persatuan nasional yang telah menopang pemerintahan ini sejak pembentukannya sudah tidak ada lagi," kata Draghi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantornya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (15/7/2022).
Mantan kepala Bank Sentral Eropa telah memimpin pemerintahan Italia sejak Februari 2021.
Dalam sebuah pernyataan, seperti diberitakan BBC, PM Italia itu mengatakan pakta kepercayaan yang telah menopang pemerintah persatuan telah hilang.
Namun, presiden menolak untuk menerima pengunduran dirinya.
Presiden Sergio Mattarella menunjuk Mario Draghi untuk memimpin pemulihan pandemi pasca-COVID-19 Italia, dan menyelamatkan negara dari ketidakstabilan endemik. Dia sekarang telah meminta Draghi untuk berbicara di parlemen untuk memberikan gambaran yang jelas tentang situasi politik.
Pengaruh intervensi Presiden Mattarella tersebut sejauh ini belum diketahui arahnya. Sementara PM Draghi diperkirakan bakal ke parlemen Rabu depan - dan dengan dukungan yang cukup bisa tetap menjabat.
Advertisement