Liputan6.com, London - Setelah kematian Ratu Elizabeth II di usia 96, putra sulungnya Charles III dinobatkan sebagai Raja Inggris yang baru. Raja Charles, yang menjadi raja baru Inggris pada usia 73 tahun, tidak asing dengan kontroversi di masa lalunya.
Raja Charles III secara resmi diproklamasikan naik takhta hanya sehari setelah raja yang paling lama memerintah Inggris meninggal. Meskipun ia adalah salah satu anggota tertua dari keluarga kerajaan, Raja Charles juga merupakan salah satu anggota keluarga yang paling kontroversial.
Baca Juga
Dilansir DNA India, Sabtu (17/9/2022), berikut adalah sejumlah kontroversi dari Raja Charles III:
Advertisement
1. Rasis?
Dalam salah satu wawancara paling terkenal oleh Oprah Winfrey, Pangeran Harry dan Meghan Markle mengakui bahwa mereka telah menghadapi rasisme dari anggota keluarga kerajaan tertentu, tanpa menyebut siapa pun.
Sumber dan laporan media menyatakan bahwa tuduhan itu ditujukan kepada Raja Charles.
2. Perselingkuhan
Selama wawancara dengan seorang jurnalis Inggris beberapa tahun lalu, Pangeran Charles mengaku tidak setia kepada istrinya, Putri Diana. Dia telah mengakui bahwa dia telah melakukan perzinahan hanya setelah pernikahannya dengan Diana menjadi "rusak".
3. Kematian Tragis Putri Diana
Setelah kematian Putri Diana dalam kecelakaan mobil yang tragis, Keluarga Kerajaan Inggris, bersama dengan Pangeran Charles, menghadapi banyak kritik atas tanggapan mereka yang tertunda terhadap kecelakaan itu dan karena tidak menurunkan bendera di atas Istana Buckingham.
4. Cemburu dengan popularitas Putri Diana
Sebuah film dokumenter yang dirilis pada peringatan 25 tahun kematian Putri Diana menunjukkan – melalui berbagai rekaman arsip – bahwa Charles III tampak iri dengan popularitas besar Diana, yang menarik perhatian media yang mengakibatkan kritik besar.
Advertisement
5. Skandal Keuangan
Selama bertahun-tahun, Raja Charles III telah menuai banyak kritik karena pengeluarannya yang tampaknya boros, termasuk enam rumahnya dan beberapa mobil mewah. Dia juga terlibat dalam skandal di mana dia diduga menerima sumbangan dari keluarga Osama Bin Laden – teroris yang mendalangi serangan 9/11 di AS.
Nasib Kepemimpinan Charles
Terakhir kali Inggris melihat perubahan kepemimpinan adalah 70 tahun lalu, ketika Ratu Elizabeth II mengambil alih takhta setelah kematian Raja George VI. Lalu, akan seperti apa wajah monarki Inggris di bawah kepemimpinan Raja Charles III?
Peter Harris, seorang profesor di Departemen Ilmu Politik Universitas Negeri Colorado yang lahir di Inggris, berbicara tentang apa yang terjadi selanjutnya setelah kematian ratu, apa dampaknya secara geopolitik dan apa artinya bagi masa depan monarki Inggris.
"Monarki adalah tentang stabilitas dan kontinuitas. Saat sang ratu meninggal, rangkaian peristiwa yang diatur dengan sangat baik dimulai. Tujuannya adalah kesinambungan di setiap level," ujar Peter Harris, dikutip dari laman source.colostate.edu, Jumat (9/9/2022).
"Kita mungkin akan melihat keterkejutan dan trauma publik dalam beberapa minggu mendatang. Jika ada satu tujuan yang dimiliki seorang raja: Itu untuk mewakili stabilitas dan kontinuitas. Monarki adalah benteng melawan ketidakpastian," imbuh Harris yang juga pakar hubungan internasional dan kebijakan luar negeri AS.
Ia menilai Charles bukanlah sosok yang mudah untuk dihormati sebagai Raja. "Dia laki-laki, dia diejek oleh pers selama bertahun-tahun, dia bercerai dari Putri Diana, yang menjadi orang yang sangat populer berbeda dengannya, dan Permaisuri Camilla yang baru tidak terlalu populer."
Advertisement