Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta membuka sejumlah lowongan kerja dengan gaji yang lukratif. Namun, deadline-nya cukup ketat, yakni Oktober 2022.
Berdasarkan informasi situs U.S. Department Of State, Rabu (19/10/2022), disebutkan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta membuka lowongan kerja Administrative Clerk dengan gaji Rp 113 juta per tahun. Pelamar harus memiliki pengalaman minimal tiga tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Minimal tiga (3) tahun pengalaman sebagai asisten administrasi atau sekretaris di misi diplomatik, organisasi internasional, lembaga pemerintah, NGO, atau perusahaan swasta," tulis situs tersebut.
Pelamar juga harus memiliki kemampuan mengetik 40 kata per detik secara akurat, serta harus bisa berkomunikasi secara efektif kepada warga Amerika Serikat, serta pihak pemerintah lokal di Indonesia.
Pengetahuan Bahasa Inggris pun wajib, karena posisi ini mengharuskan pegawai mengetik dalam Bahasa Inggris dan Indonesia. Selain itu pelamar juga diharapkan memiliki ketelitian tinggi, serta memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pengoperasian Word, Excel, dan PowerPoint
Persyaratan pendidikan yang memenuhi kualifikasi minimal dari D3. Posisi ini adalah permanen, namun tidak lebih dari lima tahun.
Gaji Rp 113 juta per tahun itu adalah gaji permulaan.
Apabila diterima, pegawai diminta agar memahami berbahagai hal seputar Kementerian Luar Negeri AS. Salah satu tugas utamanya adalah bekerja untuk membantu kinerja The Library of Congress (LOC) Jakarta dan Asia Tenggara.
Bagi pelamar dalam negeri, beberap dokumen yang dibutuhkan adalah ijazah D3, KTP, CV/Resume, serta sertifikat-sertifikat pelatihan.
Selengkapnya dan bila berminat ingin mendaftar, klik di sini dan kirim pendaftaran untuk Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta sebelum 21 Oktober 2022.
Dunia Dilanda Resesi, Jokowi Pede Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Melesat
Sementara itu, saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menyatakan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun situasi global kini hingga tahun depan bakal dilanda kegelapan.
"Jadi kita semuanya harus tetap optimis, meskipun lembaga internasional menyatakan tahun ini sulit, tahun depan akan gelap," ujar Jokowi saat membuat Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022).
"Silakan negara-negara lain, negara kita harus tetap optimis, tapi tetap harus waspada, harus hati-hati. Karena badainya sulit dihitung, sulit dikalkulasi imbasnya seperti apa," kata Jokowi seraya mewanti-wanti.
Jokowi mengatakan, Indonesia patut bersyukur lantaran di tengah situasi krisis dan resesi yang banyak melanda negara dunia, ekonomi RI masih bisa tumbuh 5,44 persen di kuartal II 2022.
"Ini wajib kita syukuri, karena kita masuk negara yang memiliki growth/pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara-negara G20 maupun negara lainnya," sebut dia.
Juga, ia menambahkan, inflasi pada Agustus 2022 pun masih terkendali di angka 4,6 persen. Tapi karena adanya kenaikan BBM, tingkat inflasi naik menjadi 5,9 persen, namun Jokowi mengklaim masih bisa mengendalikannya.
"Ketiga, sudah 29 bulan kita terus surplus neraca perdagangan. Dari Januari-September 2022, surplus kita mencapai USD 39,8 miliar. Ini jumlah yang tidak sedikit," pungkas Jokowi.
Advertisement
IMF Puji Ekonomi Indonesia, Pemerintah Jangan Jumawa
International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menilai ekonomi Indonesia masih dalam keadaan cukup baik, di tengah ancaman resesi global.
Namun, Ekonom Indef Nailul Huda meminta kepada pemerintah agar tidak jumawa. Ia mengatakan, Pemerintah tetap harus waspada meskipun ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang cukup bagus.
“Tentu harus waspada, walaupun ya memang ekonomi kita masih cukup bagus karena ekonomi domestik kita masih cukup kuat,”kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Kamis (13/10).
Ekonomi domestik yang masih bagus tersebut terlihat dari konsumsi rumah tangga, yang menjadi 50 persen lebih komponen pembentuk PDB masih positif. Oleh karena itu, dia menekankan jangan sampai mengganggu daya beli masyarakat, inflasi harus dikendalikan.
“Kalo konsumsi rumah tangga melemah ya kita bisa mengalami perlambatan ekonomi bahkan resesi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nailul Huda menyebut jika terjadi kondisi inflasi tinggi, rupiah melemah, dan sebagainya, maka yang harus bermain adalah instrumen fiskal.
Inflasi RI
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen. Sementara inflasi tahun kalender 2022 mencapai 4,84 persen sedangkan inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen.
BPS menilai inflasi Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini patut diwaspadai karena berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi. Maka, Nailul menyarankan agar belanja Pemerintah terus diperkuat dengan cara menjaga daya beli masyarakat supaya tidak terjadi inflasi.
“Belanja pemerintah digalakkan untuk dua hal, menjaga daya beli masyarakat plus stimulus ekonomi,” pungkasnya.
Advertisement