Inggris Sebut Pasukan Gabungan Rusia-Belarus untuk Lawan Ukraina Akan Gagal

Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko pada awal bulan ini mengatakan bahwa ribuan tentara dari negaranya dan Rusia akan membentuk satu grup kekuatan baru .

oleh Hariz Barak diperbarui 22 Okt 2022, 13:04 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2022, 13:04 WIB
FOTO: Rusia - Belarusia Gelar Latihan Militer Bersama
Dalam foto yang diambil dari video oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada 12 Februari 2022, tank dan kendaraan lapis baja bergerak di tempat pelatihan saat latihan militer Union Courage-2022 Rusia-Belarus di Belarus. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)

Liputan6.com, London - Kementerian Pertahanan Inggris pada Jumat (21/10) mengatakan pernyataan Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko pada awal bulan ini bahwa ribuan tentara dari negaranya dan Rusia akan membentuk satu grup kekuatan baru kemungkinan besar tidak akan membuahkan hasil.

Lukashenko telah mengatakan bahwa 70 ribu tentara Belarus dan hingga 15 ribu tentara Rusia akan membentuk satu Grup Kekuatan Rusia-Belarusia yang baru, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (22/10/2022).

Kementerian Inggris itu mengatakan dalam pembaruan data intelijen yang diposting di Twitter bahwa meskipun ada video yang dirilis para pejabat Rusia mengenai kedatangan tentara Rusia di Belarus, “kemungkinan besar Rusia tidak benar-benar mengerahkan sejumlah besar tentara tambahan ke Belarusia.”

Kementerian menilai kemampuan Rusia dan Belarus untuk menggalang pasukan tersebut dalam sebuah postingan di Twitter. “Rusia kemungkinan besar tidak dapat membentuk formasi siap tempur berdasarkan jumlah yang diklaimnya: pasukannya berkomitmen di Ukraina. Militer Belarus kemungkinan besar mempertahankan kemampuan minimal untuk melakukan operasi yang kompleks.”

Kementerian itu mengatakan pengumuman mengenai pasukan gabungan Rusia dan Belarus “kemungkinan besar merupakan upaya untuk menunjukkan solidaritas Rusia-Belarus dan untuk meyakinkan Ukraina agar mengalihkan pasukan untuk menjaga perbatasan utara.”

 


Iran Bantu Rusia di Ukraina

Perang Ukraina Rusia
Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah pesawat tak berawak menghantam gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022). Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman. (AP Photo/Roman Hrytsyna)

Sementara itu, personel militer Iran berada “di lapangan” di Ukraina, membantu militer Rusia dengan operasi drone yang telah meneror negara itu dan menarget fasilitas pembangkit listrik, kata Pentagon pada Kamis.

“Menurut pemahaman kami, mereka (pasukan Iran) berada di lapangan di Krimea, membantu personel militer Rusia sewaktu mereka melakukan operasi drone di Ukraina,” kata Sekretaris Pers Pentagon Brigjen Pat Ryder kepada wartawan.

Ketika ditanya mengenai Rusia yang membantah menggunakan drone buatan Iran, Ryder menjawab, “Jelas bahwa mereka berbohong.” Rusia merebut Semenanjung Krimea pada tahun 2014. Sejak itu, Rusia telah membuka kembali pangkalan-pangkalan lama Soviet dan melatih pasukan di sana.

Ia menambahkan bahwa Rusia telah berpaling ke negara-negara seperti Iran dan Korea Utara untuk mendapatkan amunisi dan senjata tambahan karena cadangan senjatanya menipis.

Ia menyebut Iran “mengeskpor teror, bukan hanya di kawasan Timur Tengah tetapi sekarang juga ke Ukraina.”

Deputi Sekjen NATO Mircea Geoana mengecam perilaku Iran dan meminta Teheran agar menghentikan keterlibatannya dalam invasi Rusia.

 


Kata NATO

FOTO: Rusia Tekan Invasi Sampai ke Pinggiran Ibu Kota Ukraina
Tentara Ukraina mengambil posisi di pusat Kota Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Rusia menekan invasinya sampai ke pinggiran Kiev setelah melepaskan serangan udara di kota-kota dan pangkalan militer serta mengirimkan pasukan dan tank dari tiga sisi. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Setiap indikasi menunjukan Iran telah memasok drone ke Rusia, kata kepala NATO pada Kamis (21/10).

NATO menyebut, Iran memberikan dukungan untuk menyerang Ukraina dan sekutu Baratnya, termasuk AS.

"Kami menyerukan semua negara, termasuk Iran, untuk tidak mendukung perang ilegal Rusia melawan Ukraina," kata Jens Stoltenberg pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, dikutip dari laman Anadolu (21/10/2022).

"Serangan mengerikan yang telah kita lihat dari drone ini hanya menyoroti urgensi dan meningkatkan dukungan untuk Ukraina," katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa negara NATO, termasuk Jerman, AS, Belanda, dan Prancis, "sekarang dalam proses pengiriman sistem pertahanan udara," ke Kyiv.

Ukraina dan para pendukungnya menuduh Moskow menggunakan pesawat tak berawak militer Iran untuk menyerang banyak sasaran.

Setelah serangan itu, Kyiv kini tengah mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya