Simpang Siur Jumlah Kasus COVID-19 di China

Data kasus COVID-19 di China menjadi simpang siur.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Des 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 09:30 WIB
Xi Jinping
Xi Jinping menyampaikan pidato penting dalam upacara peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) di Beijing, ibu kota China, pada 1 Juli 2021. (Xinhua/Ju Peng).

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China melaporkan angka kematian akibat COVID-19 turun, bahkan sempat nol. Namun, berita-berita mengabarkan bahwa rumah kremasi di China malah penuh.

Angka resmi dari China menyebut hanya dua orang meninggal akibat COVID-19 pada hari Senin, lima orang di hari Selasa, dan nol kasus kematian pada Rabu kemarin.

Kabar yang simpang siur ini pun turut menjadi perhatian WHO.

"Di China, apa yang dilaporkan adalah angka yang ada di ICU relatif rendah, tetapi secara anekdotal ICU penuh," ujar Dr Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Kesehatan Darurat WHO, dikutip BBC, Kamis (22/12/2022).

Lebih lanjut, Ryan menegaskan bahwa virus seperti COVID-19 memang sulit dihilangkan. Vaksin masih disebut sebagai jalan keluar yang ampuh. 

China memilih memakai vaksin buatan dalam negeri seperti Sinovac dan Sinopharm. Ini berbeda dari negara-negara Barat yang memakai vaksin teknologi mRNA seperti Pfizer dan Moderna.

Sebelumnya, South China Morning Post melaporkan bahwa warga China Daratan sampai harus pergi ke Macau demi mendapatkan dosis vaksin mRNA.

Selain Macau, vaksin mRNA juga sudah dipakai di Hong Kong dan Taiwan. Akan tetapi, restriksi masuk ke Hong Kong masih sulit. Akibatnya, muncul "wisata vaksin" di Macau.

Pemerintah China masih belum memberikan izin bagi vaksin mRNA, akan tetapi baru-baru ini Pfizer telah mengirim batch vaksin mereka ke China.

Penjelasan Dubes China

China Laporkan Penurunan Kasus Harian COVID-19
Seorang pekerja yang mengenakan masker membersihkan lentera berdebu di luar restoran di distrik perbelanjaan Wangfujing, Beijing, China, Rabu (14/12/2022). Mulai hari ini, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan penurunan kasus harian COVID-19 sejak pemerintah melonggarkan pengujian PCR setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi. (AP Photo/Andy Wong)

Sebelumnya dilaporkan, rumah sakit di China dikabarkan sedang berjuang dan rak apotek banyak yang kosong usai pemerintah mencabut aturan lockdown, karantina, dan pengujian massal. 

Mengenai hal ini, Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang pun menegaskan sejumlah hal salah satunya adalah proses yang diperlukan usai suatu kebijakan diambil.

"Kebijakan umum apapun setelah diambil, pasti akan ada satu proses. Dan sesuai dengan perubahan kebijakan, kalau menurut standar dulu, kalau positif yang dikarantina akan ada antrean di rumah sakit. Dan dengan kematian juga ada antrean," ujarnya dalam press briefing di Kediaman Dubes Tiongkok, Rabu (21/12). 

Ia pun meminta masyarakat untuk merujuk pada laporan resmi yang dirilis oleh pemerintah Tiongkok. 

Belakangan, beberapa media memang melaporkan lonjakan antrean di rumah sakit maupun krematorium. 

Di Chongqing, kota berpenduduk 30 juta di mana pihak berwenang minggu ini mendesak orang-orang dengan gejala COVID ringan untuk tetap bekerja, satu lokasi krematorium mengatakan kepada AFP bahwa mereka kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.

Jumlah jenazah yang datang dalam beberapa hari terakhir ini berkali-kali lebih banyak dari sebelumnya, kata seorang staf yang tidak menyebutkan namanya.

Krematorium

China Laporkan Penurunan Kasus Harian COVID-19
Penjaga keamanan berpatroli melewati pekerja yang memasang lampu pada pohon untuk perayaan Tahun Baru di distrik perbelanjaan Wangfujing, Beijing, China, Rabu (14/12/2022). Mulai hari ini, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan penurunan kasus harian COVID-19 sejak pemerintah melonggarkan pengujian PCR setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi. (AP Photo/Andy Wong)

Di Guangzhou, satu krematorium di distrik Zengcheng mengatakan kepada AFP bahwa mereka mengkremasi lebih dari 30 jenazah setiap hari.

Krematorium di kota lain mengatakan mereka juga sangat sibuk.

Ini tiga atau empat kali lebih sibuk dari tahun-tahun sebelumnya, kami mengkremasi lebih dari 40 jenazah per hari, padahal sebelumnya hanya sekitar belasan, kata seorang staf.

Seluruh Guangzhou seperti ini.

"Kami terus-menerus menerima panggilan," kata mereka.

Di pusat Kota Baoding, seorang karyawan krematorium mengatakan kepada AFP: "Tentu saja sibuk, krematorium mana yang tidak sibuk sekarang?"

Shanghai Kembali Terapkan Sekolah di Rumah Saat COVID-19 Meningkat

FOTO: Potret Pekerja Pengantar Barang Saat Lockdown di Shanghai
Seorang pekerja yang mengenakan alat pelindung diri berdiri dekat kotak untuk dikirim sementara dua orang mengendarai sepeda saat perberlakuan lockdown karena virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, Rabu (18/5/2022). (Hector RETAMAL/AFP)

Kota terbesar di China, Shanghai, telah memerintahkan sebagian besar sekolahnya untuk mengambil kelas online ketika kasus COVID-19 melonjak.

Pembibitan dan pusat penitipan anak juga akan ditutup mulai Senin, menurut biro pendidikan Shanghai.

Pembatasan dilonggarkan oleh otoritas China awal bulan ini menyusul gelombang protes yang menargetkan strategi nol-COVID China, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (18/12).

Tetapi pelonggaran langkah-langkah penguncian yang ketat telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran COVID di China.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya