Pesan Natal Joe Biden: Jangan Ada Lagi Ada Perpecahan di Amerika Serikat

Presiden Joe Biden menyampaikan pidato Natal dari Gedung Putih pada Kamis kemarin dan berharap warga Amerika Serikat tidak semakin terpecah.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Des 2022, 17:02 WIB
Diterbitkan 25 Des 2022, 17:02 WIB
Biden Gelar Rapat Darurat di Sela-Sela G20
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang situasi Polandia setelah pertemuan dengan para pemimpin G7 dan Eropa di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022). (Photo by SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Joe Biden menyampaikan pidato Natal dari Gedung Putih pada Kamis kemarin dan berharap warga Amerika Serikat tidak semakin terpecah dan momen ini jadi "awal baru" sebagai pembersihan "racun yang telah menginfeksi politik dan membuat kita saling bertentangan."

Pemimpin partai Demokrat itu baru-baru ini mengambil sikap yang lebih agresif terhadap oposisi Partai Republik, tetapi di hari Natal pesannya berpusat pada tema rekonsiliasi dan persatuan.

"Harapan saya di Natal ini adalah agar kita mengambil beberapa saat untuk merenung dengan tenang, menemukan keheningan itu dan benar-benar saling memandang," kata Biden dari Gedung Putih yang meriah yang dihiasi dengan pepohonan, karangan bunga, dan lampu hias.

"Bukan sebagai Demokrat atau Republik. Bukan sebagai anggota Tim Merah atau Tim Biru. Tapi siapa kita sebenarnya, sesama orang Amerika, sesama manusia yang layak diperlakukan dengan bermartabat dan hormat," karta Biden dikutip dari NST.com.my, Minggu (25/12/2022).

Pria berusia 80 tahun itu sering berbicara di awal masa jabatannya tentang perlunya rekonsiliasi di tengah perselisihan yang tersisa setelah kepresidenan Donald Trump.

"Tidak ada yang pernah tahu apa yang sedang dialami orang lain, apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup mereka," kata Biden, saat dia mengundang orang Amerika untuk "menyebarkan kebaikan" pada momen Natal.

Sekitar 50 tahun yang lalu Biden kehilangan istri pertama dan bayi perempuannya dalam kecelakaan mobil sesaat sebelum Natal.

Dia mengingatkan orang Amerika bahwa selain kegembiraan, "Natal bisa menjadi saat yang sangat menyakitkan dan kesepian yang mengerikan."

Biden baru-baru ini memperoleh beberapa momentum politik yang berharga, termasuk keberhasilan diplomatik dan legislatif serta pemilihan paruh waktu yang ternyata lebih baik bagi Demokrat daripada perkiraan.

Dia diperkirakan akan membuat keputusan yang sangat dinantikan di awal tahun baru tentang apakah dia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun 2024 setelah mendiskusikan masa depannya selama liburan bersama keluarganya.

25 Desember 336: Pertama Kalinya Dunia Merayakan Natal

Ilustrasi pohon natal
Ilustrasi pohon natal.l (dok. Pixabay.com/Adhita Diansyavira)

Sejarah mencatat 25 Desember 336 Masehi, sebagai momen perayaan Natal untuk kali pertamanya. Pada zaman Roma kuno. Sebelumnya, meski gereja sudah 300 tahun berdiri, tak pernah ada perayaan, bahkan untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus.

Orang-orang pada masa itu, seperti dikisahkan media christianity.com (25/12/2022), menganggap peringatan kematian 'orang suci' lebih penting daripada hari lahir mereka.

Kala itu, pada akhir tahun 300-an Masehi, Kristiani menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.

Dilansir dari berbagai sumber, ketika itu Kaisar Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik. Namun, mereka tak lantas meninggalkan budaya pesta rakyat yang digelar tiap tanggal 25 Desember, untuk memperingati hari kelahiran Dewa Matahari.

Maka, agar agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi, dilakukanlah sinkretisme (penggabungan unsur agama dan budaya), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Dewa Matahari dengan atau Yesus Kristus.

Maka dalam Konsili atau pertemuan tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Injil. Dan Yesus tidak pernah meminta ulang tahunnya dirayakan.

Hari Minggu

Ilustrasi Hadiah Natal
Intip beberapa tips bermanfaat untuk menghemat budget hadiah Natal. (unsplash.com/Hert Niks)

Juga diputuskan, bahwa hari Minggu dijadikan pengganti hari Sabat yang jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Kontantin memeluk agama Katolik pada Abad ke-4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik.

Dalam perayaan tersebut, dibeberkan Christianity.com, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Seiring berlalunya waktu, kebiasaan-kebiasaan itu menjadi sebuah tradisi.

Dari Roma, perayaan Natal menyebar ke gereja-gereja lain dan hingga ke seluruh dunia. Hingga hari ini.

Sejarah Lain

[Fimela] Pohon Natal
Ilustrasi Pohon Natal | unsplash.com/@eugenivy_reserv

Pada tanggal 25 Desember tahun 1643, sebuah pulau ditemukan di Samudera Hindia oleh Kapten William Mynors, nakhoda kapal Inggris dari East India Company, Royal Mary. Daratan yang menyembul di tengah lautan itu diberi nama Pulau Christmas.

Pada tahun 1932, saat dunia merayakan Natal, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang Gansu, China. Lindu menewaskan 275 orang.

Dan, apa pun kisah di balik penetapan Hari Natal, kelahiran Yesus Kristus telah memberikan inspirasi dan memicu hal-hal baik di dunia.

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya