Macron Digoyang Mosi Tidak Percaya atas Reformasi Pensiun, Pekerja Prancis Siap Demo Lagi

Jika pemerintah Macron selamat dari mosi tidak percaya pada Senin maka gelombang protes akan berlanjut dan berisiko pada lebih banyak kerusuhan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Mar 2023, 12:49 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 12:49 WIB
Rusuh! Demonstran Tolak RUU Pensiun Prancis Bentrok dengan Polisi di Paris
Demonstran menggulung gulungan kabel kayu ke barikade yang terbakar saat protes RUU Pensiun di Paris, Prancis, Jumat (17/3/2023). (AP Photo/Lewis Joly)

Liputan6.com, Paris - Sebanyak 573 anggota parlemen Prancis dilaporkan akan memberikan suara atas mosi tidak percaya pada Senin (20/3/2023) waktu setempat. Langkah tersebut dapat memicu pengunduran diri Perdana Menteri Elisabeth Borne dan pemerintahannya.

Meski Presiden Emmanuel Macron tidak akan dipaksa untuk mengundurkan diri bersama dengan Borne, namun kesuksesan mosi tidak percaya kelak akan memicu krisis politik mendalam.

Kegaduhan politik yang tengah dihadapi Prancis saat ini dipicu oleh reformasi pensiun, yang ngotot diloloskan pemerintah Macron dengan kekuatan konstitusional Pasal 49 Ayat 3, yang menetapkan bahwa pemerintah dapat meloloskan undang-undang tanpa pemungutan suara di parlemen setelah musyawarah di rapat kabinet.

Pada Sabtu (18/3), Menteri Keuangan Bruno Le Maire kembali menggarisbawahi pentingnya reformasi pensiun.

"Tidak akan ada mayoritas untuk menjatuhkan pemerintah, tetapi itu akan menjadi momen kebenaran," kata Le Maire dalam wawancaranya dengan Le Parisien seperti dilansir Politico, mengacu pada pemungutan suara pada Senin. "Apakah baik menggulingkan pemerintah dan menyebabkan kekacauan politik atas reformasi pensiun? Jawabannya jelas tidak."

Selama akhir pekan kemarin, para pengunjuk rasa kembali turun ke jalan di sejumlah kota besar di Prancis. Lebih dari 100 orang dilaporkan ditangkap di Paris pada Sabtu, setelah demonstrasi berubah menjadi kekerasan.

Macron ingin menaikkan usia pensiun resmi menjadi 64 dari 62 dan memperpanjang kontribusi atas pensiun penuh guna menjaga sistem pensiun dari defisit.

Semua Mata Tertuju pada Kaum Konservatif

Rusuh! Demonstran Tolak RUU Pensiun Prancis Bentrok dengan Polisi di Paris
Kerusuhan yang berkembang mengakibatkan gelombang pemogokan sejak awal tahun dan sampah menumpuk di jalan-jalan Paris. (AP Photo/Lewis Joly)

Partai Renaisans yang didirikan Macron kehilangan mayoritasnya di Majelis Nasional dalam pemilihan parlemen tahun lalu dan telah menghadapi beberapa mosi tidak percaya dalam beberapa bulan terakhir. Menandai krisis yang semakin dalam di Prancis, ini adalah pertama kalinya partai-partai oposisi mengajukan mosi tidak percaya bersama.

Pada Jumat, kelompok kecil oposisi sentris mengajukan mosi lintas-partai yang didukung oleh sejumlah partai sayap kiri, yang diharapkan mendapat dukungan dari National Rally pimpinan Marine Le Pen. Sebelumnya, Le Pen telah mengumumkan bahwa partainya akan mendukung setiap mosi tidak percaya yang diajukan.

"Pemungutan suara atas mosi ini akan memungkinkan kami untuk mengakhiri krisis politik yang dalam secara terhormat," kata anggota parlemen berhaluan tengah Bertrand Pancher saat mengajukan mosi tersebut.

Lawan Macron membutuhkan dukungan 287 anggota parlemen untuk menggulingkan pemerintah, sebuah batasan yang kemungkinan besar tidak akan mereka lewati mengingat perpecahan politik yang sudah dalam di parlemen. Majelis Nasional terpecah antara koalisi Renaisans Macron, National Rally sayap kanan, dan koalisi sayap kiri Nupes.

Jika pemerintah selamat dari mosi tidak percaya pada Senin maka gelombang protes akan berlanjut dan berisiko pada lebih banyak kerusuhan. Pada Jumat, serikat buruh CGT yang berhaluan kiri menyerukan "tindakan nyata" menjelang hari protes nasional dan aksi mogok yang direncanakan berlangsung pada Kamis (23/3).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya