Liputan6.com, Houston - Seorang wanita dan pria keturunan Afrika-Amerika untuk pertama kalinya dipilih bertugas sebagai astronot dalam misi ke Bulan NASA.
Melansir The Guardian, Selasa (4/4/2023), NASA memperkenalkan kedua orang tersebut sebagai bagian dari tim beranggotakan empat orang yang dijadwalkan meluncur paling cepat tahun depan, 2024 dalam perjalanan berawak lintas Bulan pertama dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun.
Baca Juga
Christina Koch, perempuan pertama dalam misi Bulan NASA, seorang insinyur yang telah memegang rekor penerbangan luar angkasa terpanjang oleh wanita, ditunjuk sebagai spesialis misi. Sementara Victor Glover, seorang penerbang Angkatan Laut AS, terpilih menjadii pilot Artemis II.
Advertisement
Glover, yang merupakan bagian dari penerbangan berawak kedua dari kapsul SpaceX Crew Dragon, akan menjadi astronot keturunan Afrika-Amerika pertama yang dikirim dalam misi ke Bulan.
Menemani Koch dan Glover, dua anggota lainnya adalah Jeremy Hansen sebagai spesialis misi dan Reid Wiseman sebagai komandan misi Artemis II.
Hansen adalah warga Kanada pertama yang dipilih NASA untuk perjalanan ke Bulan, sedangkan Wiseman merupakan seorang veteran Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Kuartet Artemis II ini diperkenalkan pada konferensi pers yang disiarkan melalui televisi dari Johnson Space Center, pangkalan kontrol misi NASA.
Artemis II akan melakukan debut penerbangan mereka, bukan pendaratan Bulan pertama, melalui program penerus Apollo yang bertujuan untuk mengantar astronot ke permukaan bulan akhir dekade ini.
Program itu juga menargetkan untuk membangun pos terdepan yang berkelanjutan di sana, menciptakan batu loncatan untuk eksplorasi manusia ke Mars di masa depan.
Keberagaman dalam Eksplorasi NASA
Melansir dari BBC, keempat anggota kru itu diketahui akan memulai periode pelatihan intensif untuk mempersiapkan diri pada misi Bulan.
Pemilihan wanita dan orang kulit berwarna pertama ini menunjukkan bahwa NASA menepati janjinya untuk menghadirkan keragaman dalam setiap eksplorasinya.Â
Semua misi berawak ke Bulan sebelumnya dilakukan oleh tim yang hanya beranggotakan orang berkulit putih.
"Kru Artemis-2 mewakili ribuan orang yang bekerja tanpa lelah untuk membawa kita ke bintang-bintang," kata Administrator NASA, Bill Nelson.
"Ini kru mereka, ini kru kita, ini kru kemanusiaan," tambah Bill Nelson.
“Astronot NASA Reid Wiseman, Victor Glover, dan Christina Hammock Koch, dan astronot CSA Jeremy Hansen, masing-masing memiliki ceritanya, tetapi, bersama-sama, mereka mewakili keyakinan kami, ‘E pluribus unum’, Dari banyak menjadi satu," ucap Nelson.
Kuartet tersebut pada dasarnya mengulangi misi 1968 yang dilakukan oleh Apollo 8, yang merupakan penerbangan luar angkasa manusia pertama yang mencapai Bulan.
Perbedaan utama pada misi kali ini adalah penggunaan teknologi abad ke-21 yang dikembangkan NASA di bawah program Artemis.Â
Dalam mitologi Yunani, Artemis adalah saudara kembar Apollo, ini memiliki arti besar pada penamaan misi tersebut.
Â
Â
Advertisement
NASA Pamer Baju Luar Angkasa untuk Dipakai Astronaut Artemis III ke Bulan
Baru-baru ini, NASA pamerkan persiapan-persiapannya untuk mengeksplorasi bulan di waktu yang akan datang, salah satunya yaitu baju antariksa yang dikembangkan untuk misi Artemis III.
NASA untuk pertama kalinya memamerkan baju luar angkasa yang bakal dipakai oleh astronaut dalam misi Artemis III ke Bulan. Setelan ini dikembangkan oleh Axiom Space.
Adapun, prototipe pertama dari pakaian antariksa ini diungkap dalam sebuah acara pada Rabu waktu setempat, di Space Center Houston, Texas, Amerika Serikat.
Mengutip laman resminya, Kamis (16/3/2023), Bill Nelson, Administrator NASA mengatakan pakaian antariksa ini sudah dikembangkan berdasarkan penelitian dan keahlian mereka selama bertahun-tahun.
"Pakaian antariksa generasi berikutnya dari Axiom tidak hanya akan memungkinkan wanita pertama berjalan di Bulan, tetapi juga akan membuka peluang bagi lebih banyak orang untuk mengeksplorasi dan melakukan sains di Bulan daripada sebelumnya," kata Nelson.
Pakaian ini bernama Axiom Extravehicular Mobility Unit, atau AxEMU. Dibuat berdasarkan prototipe pakaian antariksa NASA dan menggabungkan teknologi terbaru, AxEMU memiliki mobilitas lebih dari baju antariksa lainnya, serta perlindungan tambahan dari bahaya di Bulan.
Insinyur MIT Rancang Sistem Robotik dengan Fitur Rekonfigurasi untuk Misi Bulan NASA
Selain pakaian antariksa, robot berteknologi pun disiapkan untuk misi bulan NASA.
Rencana NASA untuk membangun pangkalan permanen di misi bulan dalam beberapa tahun mendatang menghadirkan sebuah tantangan; itu termasuk membangun robot untuk melakukan berbagai tugas yang berbeda tanpa dibanjiri oleh berbagai mesin yang berbeda.
Guna mengatasi hal ini, sebuah tim insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) sedang merancang sebuah perangkat komponen robotik universal yang dapat dipadupadankan oleh seorang astronot untuk mengonfigurasikan berbagai jenis robot dengan cepat.
Setelah sebuah misi selesai, robot dapat dibongkar dan bagian-bagiannya digunakan untuk membangun robot baru untuk tugas yang berbeda.
Tim ini telah mengembangkan sebuah sistem, yang disebut WORMS, atau Walking Oligomeric Robotic Mobility System, yang mencakup anggota tubuh robot yang terinspirasi oleh cacing yang dapat dengan mudah dipasang oleh astronot pada sebuah pangkalan, dan bekerja bersama sebagai robot berjalan.
Advertisement