NASA Tunjuk Perempuan dan Pria Kulit Hitam Pertama dalam Kru Misi Lintas Bulan Artemis II, Akan Meluncur 2024

Pertama kalinya, NASA memilih perempuan dan pria keturunan Afrika-Amerika dalam misi ke bulan. Setelah 50 tahun, NASA akan lakukan perjalanan berawak lintas Bulan.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 04 Apr 2023, 20:40 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2023, 20:40 WIB
Kru Artemis II NASA
Koch, Glover (belakang), Hansen, dan Wiseman (duduk) diresmikan di Johnson Space Center. (NASA)

Liputan6.com, Houston - Seorang wanita dan pria keturunan Afrika-Amerika untuk pertama kalinya dipilih bertugas sebagai astronot dalam misi ke Bulan NASA.

Melansir The Guardian, Selasa (4/4/2023), NASA memperkenalkan kedua orang tersebut sebagai bagian dari tim beranggotakan empat orang yang dijadwalkan meluncur paling cepat tahun depan, 2024 dalam perjalanan berawak lintas Bulan pertama dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun.

Christina Koch, perempuan pertama dalam misi Bulan NASA, seorang insinyur yang telah memegang rekor penerbangan luar angkasa terpanjang oleh wanita, ditunjuk sebagai spesialis misi. Sementara Victor Glover, seorang penerbang Angkatan Laut AS, terpilih menjadii pilot Artemis II.

Glover, yang merupakan bagian dari penerbangan berawak kedua dari kapsul SpaceX Crew Dragon, akan menjadi astronot keturunan Afrika-Amerika pertama yang dikirim dalam misi ke Bulan.

Menemani Koch dan Glover, dua anggota lainnya adalah Jeremy Hansen sebagai spesialis misi dan Reid Wiseman sebagai komandan misi Artemis II.

Hansen adalah warga Kanada pertama yang dipilih NASA untuk perjalanan ke Bulan, sedangkan Wiseman merupakan seorang veteran Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Kuartet Artemis II ini diperkenalkan pada konferensi pers yang disiarkan melalui televisi dari Johnson Space Center, pangkalan kontrol misi NASA.

Artemis II akan melakukan debut penerbangan mereka, bukan pendaratan Bulan pertama, melalui program penerus Apollo yang bertujuan untuk mengantar astronot ke permukaan bulan akhir dekade ini.

Program itu juga menargetkan untuk membangun pos terdepan yang berkelanjutan di sana, menciptakan batu loncatan untuk eksplorasi manusia ke Mars di masa depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keberagaman dalam Eksplorasi NASA

The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)
The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)

Melansir dari BBC, keempat anggota kru itu diketahui akan memulai periode pelatihan intensif untuk mempersiapkan diri pada misi Bulan.

Pemilihan wanita dan orang kulit berwarna pertama ini menunjukkan bahwa NASA menepati janjinya untuk menghadirkan keragaman dalam setiap eksplorasinya. 

Semua misi berawak ke Bulan sebelumnya dilakukan oleh tim yang hanya beranggotakan orang berkulit putih.

"Kru Artemis-2 mewakili ribuan orang yang bekerja tanpa lelah untuk membawa kita ke bintang-bintang," kata Administrator NASA, Bill Nelson.

"Ini kru mereka, ini kru kita, ini kru kemanusiaan," tambah Bill Nelson.

“Astronot NASA Reid Wiseman, Victor Glover, dan Christina Hammock Koch, dan astronot CSA Jeremy Hansen, masing-masing memiliki ceritanya, tetapi, bersama-sama, mereka mewakili keyakinan kami, ‘E pluribus unum’, Dari banyak menjadi satu," ucap Nelson.

Kuartet tersebut pada dasarnya mengulangi misi 1968 yang dilakukan oleh Apollo 8, yang merupakan penerbangan luar angkasa manusia pertama yang mencapai Bulan.

Perbedaan utama pada misi kali ini adalah penggunaan teknologi abad ke-21 yang dikembangkan NASA di bawah program Artemis. 

Dalam mitologi Yunani, Artemis adalah saudara kembar Apollo, ini memiliki arti besar pada penamaan misi tersebut.

 

 


NASA Pamer Baju Luar Angkasa untuk Dipakai Astronaut Artemis III ke Bulan

Pakaian antariksa untuk astronaut di misi Artemis III ke Bulan dipamerkan NASA (Dok. NASA)
Pakaian antariksa untuk astronaut di misi Artemis III ke Bulan dipamerkan NASA (Dok. NASA)

Baru-baru ini, NASA pamerkan persiapan-persiapannya untuk mengeksplorasi bulan di waktu yang akan datang, salah satunya yaitu baju antariksa yang dikembangkan untuk misi Artemis III.

NASA untuk pertama kalinya memamerkan baju luar angkasa yang bakal dipakai oleh astronaut dalam misi Artemis III ke Bulan. Setelan ini dikembangkan oleh Axiom Space.

Adapun, prototipe pertama dari pakaian antariksa ini diungkap dalam sebuah acara pada Rabu waktu setempat, di Space Center Houston, Texas, Amerika Serikat.

Mengutip laman resminya, Kamis (16/3/2023), Bill Nelson, Administrator NASA mengatakan pakaian antariksa ini sudah dikembangkan berdasarkan penelitian dan keahlian mereka selama bertahun-tahun.

"Pakaian antariksa generasi berikutnya dari Axiom tidak hanya akan memungkinkan wanita pertama berjalan di Bulan, tetapi juga akan membuka peluang bagi lebih banyak orang untuk mengeksplorasi dan melakukan sains di Bulan daripada sebelumnya," kata Nelson.

Pakaian ini bernama Axiom Extravehicular Mobility Unit, atau AxEMU. Dibuat berdasarkan prototipe pakaian antariksa NASA dan menggabungkan teknologi terbaru, AxEMU memiliki mobilitas lebih dari baju antariksa lainnya, serta perlindungan tambahan dari bahaya di Bulan.

Baca selengkapnya di sini...


Insinyur MIT Rancang Sistem Robotik dengan Fitur Rekonfigurasi untuk Misi Bulan NASA

Tim insinyur MIT merancang sebuah kit komponen robotik universal yang dapat dengan mudah dipadupadankan oleh seorang astronot untuk membangun "spesies" robot yang berbeda agar sesuai dengan berbagai misi di bulan. Kredit: Peneliti via MIT News
Tim insinyur MIT merancang sebuah kit komponen robotik universal yang dapat dengan mudah dipadupadankan oleh seorang astronot untuk membangun "spesies" robot yang berbeda agar sesuai dengan berbagai misi di bulan. Kredit: Peneliti via MIT News

Selain pakaian antariksa, robot berteknologi pun disiapkan untuk misi bulan NASA.

Rencana NASA untuk membangun pangkalan permanen di misi bulan dalam beberapa tahun mendatang menghadirkan sebuah tantangan; itu termasuk membangun robot untuk melakukan berbagai tugas yang berbeda tanpa dibanjiri oleh berbagai mesin yang berbeda.

Guna mengatasi hal ini, sebuah tim insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) sedang merancang sebuah perangkat komponen robotik universal yang dapat dipadupadankan oleh seorang astronot untuk mengonfigurasikan berbagai jenis robot dengan cepat.

Setelah sebuah misi selesai, robot dapat dibongkar dan bagian-bagiannya digunakan untuk membangun robot baru untuk tugas yang berbeda.

Tim ini telah mengembangkan sebuah sistem, yang disebut WORMS, atau Walking Oligomeric Robotic Mobility System, yang mencakup anggota tubuh robot yang terinspirasi oleh cacing yang dapat dengan mudah dipasang oleh astronot pada sebuah pangkalan, dan bekerja bersama sebagai robot berjalan.

Baca selengkapnya di sini...

Infografis 115 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 115 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya