Liputan6.com, Paris - Ratusan ribu orang di seantero Prancis kembali demonstrasi pada Kamis (13/4/2023), untuk menentang rencana pemerintah menaikkan batas usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. Itu merupakan hari terakhir unjuk rasa sebelum Dewan Konstitusi memutuskan validitas rancangan undang-undang reformasi pensiun pada Jumat (14/4).
Di Paris, para pengunjuk rasa memaksa masuk ke markas perusahaan induk sejumlah merek mewah dunia, LVMH. Christian Dior, Rimowa, Fendi, Givenchy, dan Bulgari adalah sedikit di antara begitu banyak brand yang bernaung di bawah LVMH.
Baca Juga
"Jika Emmanuel Macron ingin mencari uang untuk membiayai sistem pensiun maka dia harusnya datang ke sini untuk menemukannya," ungkap pemimpin serikat pekerja Fabien Villedieu di luar gedung LVMH seperti dilansir CNN, Jumat (14/4/2023).
Advertisement
Polisi dilaporkan mencoba menghentikan aksi protes yang berlangsung di depan Dewan Konstitusi. Larangan unjuk rasa diberlakukan di kawasan itu mulai Kamis malam hingga Sabtu (15/4/2023) waktu setempat.
Bentrokan tak terhindari, di mana polisi menggunakan bom asap, proyektil, dan gas air mata dalam aksi di Dewan Konstitusi. Kekerasan juga pecah di Place de la Bastille.
"Setidaknya seribu orang radikal yang hadir di garis depan demonstrasi beberapa kali mencoba melakukan tindakan kekerasan di sepanjang rute dan menghalangi kelancaran demonstrasi," ujar juru bicara kepolisian Prancis.
Di Rue de Rivoli, pusat Kota Paris, polisi melindungi department store BHV dengan menyerang para pengunjuk rasa.
Polisi Paris mengonfirmasi bahwa mereka menangkap 47 orang di Paris dan setidaknya 10 petugas polisi terluka.
Data Kementerian Dalam Negeri Prancis mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 380 ribu orang yang menghadiri protes di seluruh negeri pada Kamis dan 42 ribu di antaranya berada di Paris. Angka tersebut turun dari demonstrasi putaran ke-11 pekan lalu, di mana ada 570 ribu orang yang hadir.
Ngotot Melakukan Reformasi Pensiun
Presiden Prancis Emmanuel Macron berpendapat reformasi sangat penting untuk mengendalikan keuangan publik dan dia kekeh dengan pandangannya. Pekan ini, untuk kesekian kalinya dia mengatakan, negara harus terus bergerak maju.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menyebut bahwa reformasi pensiun penting dengan mengatakan, "Kita perlu memastikan kepada warga Prancis bahwa ada keseimbangan keuangan pada tahun 2030. Ini merupakan tujuan dari reformasi."
Adapun kepala baru GGT yang merupakan salah satu serikat pekerja utama Prancis, Sophie Binet, mengatakan, "Selama reformasi pensiun tidak ditarik, mobilisasi akan terus berlanjut."
Dukungan terhadap demonstrasi anti-reformasi pensiun juga datang dari Wali Kota Paris Anne Hidalgo.
"Menjelang keputusan Dewan Konstitusi, saya sekali lagi mendukung mobilisasi di Paris dan di mana pun di Prancis," twit Hidalgo. "Reformasi ini tidak adil dan kejam. Selama berbulan-bulan, rakyat Prancis telah memintanya untuk ditarik, pemerintah harus mendengarkan mereka."
Berbeda dengan GGT, serikat pekerja Prancis lainnya CFDT, lebih setuju dengan penyelesaian yang bisa dinegosiasikan.
Sementara itu, sampah kembali menumpuk di jalan-jalan di Paris setelah para petugas melancarkan aksi mogok.
Advertisement