Liputan6.com, Jakarta - Proses evakuasi WNI tahap I dari Sudan sudah berjalan. Menurut keterangan dari Konjen RI di Jeddah, Eko Hartono, para WNI telah tiba di Arab Saudi.
"Sudah sampai jam 6 waktu Saudi (10 WIB). Sekarang lagi proses disebarkasi," kata Eko Hartono dalam keterangannya, Rabu (26/4/2023).
Baca Juga
Eko Hartono juga menyampaikan bahwa semua selamat, meski ada beberapa yang merasa lelah lantaran melakukan perjalanan 16 jam dengan kapal ferry dari Port Sudan ke Jeddah.
Advertisement
Sebelumnya, pemerintah Indonesia sudah melakukan evakuasi tahap I terharap WNI di Sudan. Jumlah yang kini dievakuasi mencapai 542 orang.
"Evakuasi tahap I: 542 WNI dalam perjalanan kapal laut dari port Sudan-Jeddah. Persiapan evakuasi tahap II dari Khartoum terus dilakukan," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (25/4/2023).
Data jumlah evakuasi tahap I ini mengalami kenaikan, setelah sebelumnya dilaporkan sebanyak 538 orang. Upaya evakuasi ini dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan upaya evakuasi tersebut.
Diakui Menlu Retno bahwa evakuasi WNI dari Sudan sangat tidak mudah. Evakuasi dilakukan di tengah pertempuran yang masih terus berlangsung.
"Saya terus mengikuti jam per jam proses evakuasi. Saya juga terus melaporkan proses evakuasi ini kepada Bapak Presiden. Komunikasi terus dilakukan baik di Sudan untuk memastikan jalur aman dan jaminan keamanan bagi WNI," tegas Menlu Retno.
"Hal yang sama juga dilakukan oleh perwakilan tetap RI (Watapri) kita di New York untuk terus melakukan koordinasi dengan tim Sekjen PBB dan UN OCHA karena evakuasi juga dilakukan hampir bersamaan dengan staff PBB yang bekerja di Sudan."
Penyebab Konflik Sudan yang Kini Tewaskan Lebih dari 400 Warga Sipil
Sudan memanas. Negara ini kini dilanda bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter. Sedikitnya sekitar 400 orang dilaporkan tewas.
Lantas, apa penyabab perang Sudan?
Dikutip dari laman BBC, Selasa (25/4/2023) penyebab perang Sudan bermula ketika negara tersebut dilanda kudeta tahun 2021. Sejak itu, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang petinggi militer, yang kemudian menjadi cikal bakal perselisihan ini.
Mereka adalah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya serta pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemedti.
Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tubuh tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.
Advertisement
Mengapa dan Kapan Perang di Sudan Pecah?
Aksi penembakan menjadi pemicu konflik Sudan, tepatnya pada tanggal 15 April setelah ketegangan berhari-hari terjadi.
Kala itu, anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap oleh tentara negara sebagai bentuk ancaman.
Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi tetapi ini tidak pernah terjadi.
Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara. Akibatnya, lebih dari 400 warga sipil tewas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengapa Warga Sipil Terjebak?
Meskipun konflik tampaknya berada di bawah kendali instalasi, namun hal ini banyak menimbulkan efek besar, terutama di daerah perkotaan. Bahkan, warga sipil menjadi korban.
Tidak jelas di mana pangkalan RSF berada, tetapi anggota mereka kerap pindah ke daerah padat penduduk.
Angkatan udara Sudan telah melakukan serangan udara di ibu kota, sebuah kota berpenduduk lebih dari enam juta orang, yang kemungkinan besar telah menyebabkan korban sipil.
Beberapa gencatan senjata telah diumumkan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari pertempuran tetapi hal ini belum dipatuhi.
Advertisement