Liputan6.com, Washington - Sejumlah kandidat calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dalam Pilpres AS 2024 dari Partai Republik menyerang Donald Trump setelah mantan presiden itu memuji pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Trump dilaporkan mengunggah pesan hangat untuk Kim Jong Un melalui media sosialnya, Truth Social, pada Sabtu (3/6/2023), setelah Korea Utara terpilih untuk duduk di Dewan Eksekutif Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan masa jabatan hingga tahun 2026.
Baca Juga
"Selamat untuk Kim Jong Un," tulis Trump seraya menautkannya ke artikel terkait kabar tersebut seperti dilansir The Guardian, Selasa (6/6/2023).
Advertisement
Gubernur Florida Ron DeSantis dan Nikki Haley mengutuk langkah Trump.
"Kim Jong Un adalah preman dan tiran, dan dia telah menguji rudal balistik melawan sekutu kita," ujar Haley kepada NBC News.
"Dia mengancam kita. Tidak ada yang perlu diselamati. Maksud saya, dia berperilaku sangat buruk terhadap rakyatnya. Dia berperilaku sangat buruk terhadap AS dan kita harus berhenti bersikap baik kepada negara-negara yang membenci AS."
Haley merupakan mantan gubernur Carolina Selatan dan mantan duta besar AS untuk PBB pada era Trump. Dia mengumumkan terjun dalam bursa capres Partai Republik pada Februari 2023.
Sementara itu, DeSantis yang diprediksi menjadi pesaing utama Trump dilaporkan USA Today mengatakan bahwa dia terkejut karena Trump memuji seorang diktator pembunuh. DeSantis mengumumkan kampanye pencalonannya pada Mei.
Mike Pence, mantan wakil presiden Trump yang disebut akan meluncurkan kampanye pencalonannya pada Rabu (7/6), juga mengkritisi Trump.
"Apakah itu mantan pasangan saya atau siapa pun, tidak ada yang harus memuji diktator di Korea Utara atau memuji pemimpin di Rusia, yang telah melancarkan perang agresi tanpa alasan di Ukraina," kata Pence dalam wawancara dengan Fox News.
"Ini adalah saatnya kita harus menegaskan kepada dunia bahwa kita mendukung kebebasan dan kita bersama dengan mereka yang mendukung kebebasan."
Antipati Trump terhadap WHO
Korea Utara duduk sebagai dewan eksekutif WHO pada 25 Mei. Keputusan itu dikutuk oleh para pembela hak asasi manusia (HAM).
"Korea Utara, sebuah rezim yang membuat rakyatnya kelaparan, baru saja terpilih menjadi Dewan Eksekutif @WHO," twit direktur eksekutif organisasi HAM UN Watch Hillel Neuer, yang berbasis di Jenewa.
"Artinya, salah satu rezim paling mengerikan di dunia sekarang menjadi bagian dari kelompok yang menetapkan dan menegakkan standar dan norma untuk tata kelola perawatan kesehatan global. Ini adalah episode yang tidak masuk akal bagi badan utama PBB yang sangat membutuhkan refleksi diri dan reformasi."
Di lain sisi, pujian Trump mengejutkan bukan hanya karena itu ditujukan kepada Kim Jong Un, namun juga karena dia sebelumnya menunjukkan sikap antipatinya terhadap WHO. Saat menjadi presiden, Trump menangguhkan pendanaan AS untuk WHO pada tahun 2020, menuduh organisasi itu tidak transparan dan terlalu dekat dengan China.
Trump kemudian menarik AS keluar dari WHO. Langkah itu kemudian dibalikkan oleh Joe Biden sebagai salah satu tindakan pertamanya saat menjabat.
Advertisement