Studi: Australia Dilanda Krisis Ketahanan Pangan, 3,7 Juta Rumah Tangga Berjuang Membeli Makanan yang Cukup

Berdasarkan survei, penyebab terbesar dari rawan pangan ini adalah krisis biaya hidup disusul rendahnya lapangan pekerjaan dan tidak memadainya pendanaan kesejahteraan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Okt 2023, 14:25 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2023, 14:16 WIB
Ilustrasi makanan
Ilustrasi makanan. (Dok. unsplash.com/simon peel)

Liputan6.com, Canberra - Di seluruh Australia, menurut laporan Foodbank, 3,7 juta rumah tangga mengalami kerawanan pangan selama 12 bulan terakhir. Angka itu meningkat hampir 350.000 dibandingkan tahun sebelumnya.

Lebih dari 2,3 juta rumah tangga berada dalam kondisi sangat rawan pangan, yang berarti mereka mengalami kelaparan, mengurangi asupan makanan, melewatkan waktu makan atau tidak makan sepanjang hari.

Laporan, yang berdasarkan survei terhadap 4.342 orang yang dilakukan pada Juli, tersebut mengungkapkan bahwa dibandingkan tahun 2022, ada sekitar 383.000 rumah tangga tambahan yang kesulitan menyediakan makanan. Demikian seperti dilansir The Guardian, Selasa (24/10/2023).

Penyebab terbesar dari kerawanan pangan adalah krisis biaya hidup, pernyataan yang disetujui oleh 77 persen rumah tangga, naik dari 64 persen pada tahun 2022. Hal tersebut diikuti oleh rendahnya lapangan pekerjaan dan tidak memadainya pendanaan kesejahteraan.

Pada lebih dari separuh atau 60 persen rumah tangga yang mengalami rawan pangan, terdapat seseorang yang bekerja.

Krisis Biaya Hidup

Ilustrasi dolar Australia.
Ilustrasi dolar Australia. (Dok. QuinceCreative/Pixabay)

Micheal Coe kehilangan pekerjaannya pada Desember lalu karena kejang yang terus berlanjut dan istrinya menjadi pencari nafkah utama bagi mereka dan ketiga anaknya, yang berusia sembilan, tujuh, dan empat tahun.

Penghasilan paruh waktu istrinya, ditambah dengan pensiun cacat Coe, tidak cukup untuk menyediakan makanan bagi keluarga mereka.

"Dengan tiga anak dan seorang penyandang disabilitas … biaya hidup (tinggi) saja tidak cukup," kata Coe.

Keluarga tersebut menyewa rumah tiga kamar tidur di pinggiran utara Adelaide dengan harga 450 dolar Australia sepekan. Dia khawatir tentang sewa seumur hidup dan ingin menawarkan keamanan perumahan kepada anak-anaknya, namun dia tahu bahwa hal ini hampir mustahil dilakukan dengan situasi mereka.

"Kemampuan mendapatkan rumah sangat sulit ketika biaya hidup dan sewa begitu tinggi," ujar Micheal.

"Jadi, bantuan sewa perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat menabung dalam jumlah yang cukup … atau jika masyarakat membeli properti investasi, buatlah sedikit lebih sulit bagi mereka untuk membeli lima atau enam rumah. Saya pikir itu bisa membantu."

Kebiasaan Belanja Masyarakat Berubah

Ilustrasi makanan
Ilustrasi makanan. (Dok. Pixabay)

CEO Foodbank Australia Brianna Casey, mengatakan negaranya berada di tengah krisis ketahanan pangan.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah 77 persen dari mereka yang mengalami kerawanan pangan, mereka baru pertama kali mengalaminya," kata Brianna.

"Mereka cenderung lebih muda, cenderung berpenghasilan menengah ke atas, dan juga cenderung memiliki pekerjaan."

Jumlah rumah tangga yang mengalami kerawanan pangan kronis, sebut Brianna, tetap stabil di angka sekitar 750.000.

Namun, kebiasaan belanja masyarakat mulai berubah – 48 persen responden melaporkan berkurangnya pembelian produk segar dan protein, yang dapat berdampak pada kesehatan.

Brianna mengatakan bahwa jika tren saat ini terus berlanjut, pada akhir tahun 2023 separuh penduduk Australia akan menghadapi kesulitan tertentu dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.

 

Infografis Bahan Pangan Lokal Bernutrisi tapi Jarang Diketahui
Infografis Bahan Pangan Lokal Bernutrisi tapi Jarang Diketahui. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya