Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan besar Afghanistan di New Delhi telah ditutup karena para diplomat yang ditunjuk oleh pemerintah Afghanistan yang disingkirkan oleh Taliban dua tahun silam gagal mendapat perpanjangan visa dari tuan rumah India, kata duta besar Afghanistan yang akan mengakhiri tugasnya dalam sebuah pernyataan hari Jumat (24/11).
India tidak mengakui pemerintah Taliban yang merebut kekuasaan pada tahun 2021, dan telah mengizinkan Duta Besar Farid Mamundzay dan staf kedutaan untuk tetap tinggal, mengeluarkan visa dan menangani masalah perdagangan.
Baca Juga
Kedutaan itu menghentikan operasinya pada bulan September lalu sewaktu duta besar dan staf seniornya pergi ke Eropa dan AS untuk meminta suaka, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (26/11/2023).
Advertisement
Pada hari Jumat, kedutaan Afghanistan memposting pernyataan di X, yang mengatakan bahwa kedutaan ditutup dan bahwa kunci-kuncinya telah diserahkan kepada pemerintah India. Kedutaan tersebut juga mengatakan bahwa tekanan dari pemerintah India dan Taliban telah memaksa diambilnya keputusan itu.
Kementerian Luar Negeri India dan Kementerian Luar Negeri Afghanistan yang dikelola Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
AS Beri Bantuan ke Afghanistan, Taliban Diprediksi Terima Manfaat
Sementara itu, Amerika Serikat memberikan hampir US$2 miliar bantuan kemanusiaan ke Afghanistan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021. Para pejabat pengawas mengatakan kepada anggota kongres AS pada hari Selasa, bahwa tidak mungkin mencegah Taliban mengambil keuntungan dari dana itu.
Selagi anggota kongres AS mempertimbangkan pemberian bantuan miliaran dolar untuk membantu Ukraina melawan Rusia dan konflik Israel dengan Hamas, muncul pertanyaan baru mengenai miliaran dolar bantuan yang dikirim ke Afghanistan, sejak pasukan AS menarik diri dari negara itu pada Agustus 2021.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, Michael McCaul dari Partai Republik mengatakan, “Kami tahu Taliban terlibat dalam pencurian dan penyelewengan dana ini untuk tujuan jahat mereka. Yang meresahkan saya adalah pemerintahan Biden menerapkan kebijakan yang melibatkan segala cara.”
Amerika adalah penyumbang internasional terbesar untuk Afghanistan, tetapi John Sopko, inspektur jenderal khusus untuk pemulihan Afghanistan mengatakan kepada anggota kongres pada hari Selasa bahwa ia tidak dapat menjamin dana itu akan disalurkan ke tempat-tempat yang tepat.
“Kami telah mendokumentasikan bahwa Taliban menerima dana AS. Kami belum mengetahui jumlah pastinya. Seperti yang saya sebutkan dalam pernyataan saya, kita tahu, pencuri biasanya tidak mengatakan berapa banyak yang mereka curi,” jelasnya.
Para anggota kongres AS mengakui akan ada bencana kemanusiaan, jika AS meninggalkan Afghanistan.
Advertisement
Respons Anggota Kongres dari Partai Demokrat
Anggota Kongres Gregory Meeks dari Partai Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri DPR mengatakan, “Sangat penting bahwa kita mempertahankan ruang kita untuk berhubungan dengan Taliban, namun saya tidak yakin kita akan memperoleh hasil kebijakan yang lebih baik jika kita menghentikan bantuan.”
Awal tahun ini, PBB memperkirakan penurunan 30 persen untuk bantuan internasional akan berdampak buruk pada perekonomian Afghanistan. Sopko mengatakan kepada anggota kongres bahwa penghentian bantuan juga akan berdampak pada kebijakan AS.
“Orang-orang akan kelaparan dan sekarat di jalanan. Kendali atau pengaruh apa pun yang kita miliki – yang menurut saya minimal – akan hilang jika kita menghentikan (bantuan) itu.”
Komisi Penyelamatan Internasional awal pekan ini memperingatkan bahwa keputusan Pakistan untuk memulangkan secara paksa puluhan ribu pengungsi Afghanistan, banyak di antaranya telah tinggal di Pakistan selama puluhan tahun, dapat memperburuk krisis.