Ketidakpastian Ekonomi Picu Peserta CPNS China Membeludak, Rekor Hingga 3 Juta Orang

Pada akhir pekan lalu, lebih dari 3 juta orang mengikuti ujian pegawai negeri sipil tahunan di China dan menjadi rekor tertinggi. Tak hanya itu terdapat penurunan jumlah orang yang mencoba masuk ke sekolah pascasarjana di China.

oleh Shofiyah Sajidah diperbarui 04 Des 2023, 15:01 WIB
Diterbitkan 04 Des 2023, 15:01 WIB
China Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di Tahun 2023
Seorang wanita mengambil paket dari kurir pengiriman di luar gedung perkantoran di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Beijing - Pada akhir pekan November, lebih dari 3 juta orang mengikuti ujian pegawai negeri sipil tahunan di China berdasarkan laporan dari media pemerintah.

Angka tersebut menjadi rekor tertinggi jumlah peserta CPNS di China sebagaimana dilansir dari CNA, Senin (4/12/2023). Hal ini mencerminkan kekhawatiran generasi muda terhadap kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil di tengah tantangan ekonomi yang sulit.

Prospek karir di sektor layanan sipil ini juga menjadi semakin diminati oleh kaum muda yang mencari job security atau keamanan kerja, terutama dengan semakin berkurangnya kesempatan kerja di sektor swasta.

Salah satu pengguna platform media sosial Weibo menulis komentar seiring unggahan mengenai ujian pegawai yang meningkat.

"Perusahaan memberhentikan karyawan dan menutup dalam jumlah besar. Sama sekali tidak stabil, jadi saya harus memilih menjadi pegawai negeri. Penghasilan yang lebih rendah baik-baik saja. Setidaknya aku tidak akan menganggur dan mati kelaparan,” katanya.

Ujian tersebut diadakan secara serentak di 237 kota di seluruh negeri pada hari Minggu 26 November, dalam sebuah laporan dari China Daily --media yang dikelola pemerintah.

Dengan 39.600 lowongan yang diperebutkan di lembaga pemerintah pusat dan afiliasinya, persaingan tersebut kini menjadi semakin ketat. Jumlah lowongan ini juga dikabarkan meraih rekor tertinggi.

Rata-rata, 77 kandidat bersaing untuk setiap posisi yang sama, menurut informasi dari Global Times. Hal ini menunjukkan bahwa layanan sipil semakin menjadi pilihan menarik di tengah ketidakpastian ekonomi bagi warga China.

Lebih Lanjut Mengenai Perekonomian dan Peningkatan Minat PNS di China

Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)
Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)

Perekonomian Tiongkok sebagai yang terbesar kedua di dunia kini terus berupaya pulih dari dampak COVID-19 yang sempat merebak di seluruh dunia. Pemerintah tersebut telah menerapkan langkah-langkah kebijakan, termasuk dukungan keuangan untuk perusahaan swasta.

Tak hanya itu, penurunan jumlah orang yang mencoba masuk ke sekolah pascasarjana menurut informasi dari China News juga menjadi sorotan.

Seorang peneliti di Akademi Ilmu Pendidikan Nasional Tiongkok mengungkapkan bahwa ketidakamanan dalam pekerjaan sebagai salah satu faktor penyebabnya.

"Bagi banyak lulusan sarjana, jika mereka bisa mendapatkan pekerjaan sekarang, mereka pasti akan memilih untuk bekerja secepatnya," kata peneliti Chu Zhaohui.

"Ekspektasi banyak orang untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah relatif rendah," tambahnya.

Selain itu, Global Times menyebutkan bahwa terdapat tren peningkatan jumlah pekerjaan pegawai negeri sipil selama lima tahun terakhir. Media tersebut mengabarkan bahwa pada tahun lalu, hampir 2,6 juta orang kandidat bersaing untuk mendapatkan 37.100 lowongan.

Target China Capai Pertumbuhan Ekonomi hingga 5 Persen pada 2023

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Membahas mengenai kondisi perekonomian China, sebelumnya Pemerintah China mengumumkan rencana untuk mempromosikan perbaikan ekonomi yang didukung oleh kebangkitan konsumen. Rencana itu diumumkan saat pembukaan persidangan parlemen pada Minggu (5/3) yang akan memperkuat kontrol Presiden Xi Jinping atas bisnis dan masyarakat China.

Perdana Menteri China Li Keqiang menargetkan pertumbuhan ekonomi China sebesar 5% menyusul berakhirnya aturan ketat anti COVID-19. Aturan itu menyebabkan jutaan orang tak bisa keluar rumah dan memicu protes massal. Pada 2022, pertumbuhan ekonomi China melambat hanya sebesar 3 persen, pertumbuhan terlemah kedua setidaknya sejak 1970.

"Kami akan memprioritaskan pemulihan dan ekspansi konsumsi,kata Li dalam pidato yang disiarkan melalui televisi secara nasional. Li menyampaikan rencana pemerintah itu sebelum upacara Kongres Rakyat Nasional di Aula Besar Rakyat di Beijing.

Pertemuan 2.977 anggota Kongres adalah acara puncak tahun ini. Namun, pekerjaan Kongres terbatas hanya menyetujui keputusan-keputusan Partai Komunis China yang berkuasa dan memamerkan keputusan resmi, dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (5/3/2023).

Selengkapnya klik disini...

China Tawarkan Bebas Visa bagi 6 Negara untuk Dongkrak Pariwisata Pasca COVID-19, Ada Indonesia?

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Upaya pemerintah China untuk memulihkan kondisi perekonomian pasca COVID-19 juga dilakukan dalam sektor pariwisata. China akan membebaskan visa bagi warga negara Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Malaysia untuk sementara. Langkah ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pariwisata pasca pandemi.

"Mulai 1 Desember hingga 30 November tahun depan, warga negara dari negara-negara tersebut yang memasuki China untuk tujuan bisnis, pariwisata, mengunjungi kerabat dan teman, atau transit tidak lebih dari 15 hari, tidak memerlukan visa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (24/11/2023), seperti dilansir Reuters.

China telah mengambil sejumlah langkah dalam beberapa bulan terakhir – termasuk memulihkan rute penerbangan internasional – untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata setelah tiga tahun menerapkan kebijakan ketat terkait COVID-19 yang sebagian besar menutup perbatasannya dengan dunia luar.

Pemerintah China juga berupaya membangun kembali citranya di seluruh dunia setelah bentrok dengan banyak negara Barat dalam berbagai masalah termasuk COVID-19, hak asasi manusia, Taiwan, dan perdagangan.

Survei Pew Research Center baru-baru ini di 24 negara mengungkapkan bahwa pandangan terhadap China umumnya bersifat negatif, dengan 67 persen orang dewasa menyatakan pandangan yang tidak menyenangkan.

Selengkapnya klik disini...

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya