Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China mengumumkan rencana untuk mempromosikan perbaikan ekonomi yang didukung oleh kebangkitan konsumen. Rencana itu diumumkan saat pembukaan persidangan parlemen pada Minggu (5/3) yang akan memperkuat kontrol Presiden Xi Jinping atas bisnis dan masyarakat China.
Perdana Menteri China Li Keqiang menargetkan pertumbuhan ekonomi China sebesar 5% menyusul berakhirnya aturan ketat anti COVID-19. Aturan itu menyebabkan jutaan orang tak bisa keluar rumah dan memicu protes massal. Pada 2022, pertumbuhan ekonomi China melambat hanya sebesar 3 persen, pertumbuhan terlemah kedua setidaknya sejak 1970.
Baca Juga
“Kami akan memprioritaskan pemulihan dan ekspansi konsumsi,kata Li dalam pidato yang disiarkan melalui televisi secara nasional. Li menyampaikan rencana pemerintah itu sebelum upacara Kongres Rakyat Nasional di Aula Besar Rakyat di Beijing.
Advertisement
Pertemuan 2.977 anggota Kongres adalah acara puncak tahun ini. Namun, pekerjaan Kongres terbatas hanya menyetujui keputusan-keputusan Partai Komunis China yang berkuasa dan memamerkan keputusan resmi, dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (5/3/2023).
Maret ini, Kongres dijadwalkan menyetujui pengangkatan para pejabat yang loyal kepada Xi, termasuk perdana menteri baru setelah presiden berusia 69 tahun itu memperluas statusnya sebagai tokoh paling kuat di China dalam beberapa dasawarsa.
Kekuasaan Xi makin kuat setelah dia terpilih sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis China pada Oktober 2022 untuk masa jabatan ketiga yang berlaku selama lima tahun. Bisa jadi, Xi sedang mempersiapkan untuk menjadi pemimpin seumur hidup. Li, yang mendukung pasar bebas, dipaksa mundur sebagai ketua partai nomor dua pada Oktober lalu.
Xi Jinping Hadapi Sejumlah Tantangan
Tim kepemimpinan baru yang diangkat Xi akan menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari permintaan ekspor global yang melemah dan kenaikan tarif perdagangan oleh Amerika Serikat yang masih terus berlangsung sebagai buntut pertikaian dagang seputar pembatasan akses China ke teknologi cip Barat karena kekhawatiran keamanan,
Ditambah lagi, hubungan China dengan Washington dan sejumlah negara tetangga di Asia akhir-akhir ini memanas karena isu teknologi, keamanan, dan control di Laut China Selatan.
Dalam laporannya pada Minggu (5/3), Perdana Menteri China menyerukan percepatan perkembangan industri dan teknologi, area di mana upaya-upaya pengembangan yang dipimpin negara telah mempertegang hubungan dengan Washington dan mitra dagang lainnya.
Pada Minggu (5/3), Li menekankan pentingnya industri negara. Laporan Li juga menjanjikan dukungan bagi para pengusaha yang menciptakan lapangan kerja baru bagi China dan kesejahteraan. Namun, dia juga mengatakan pemerintah akan “meningkatkan daya saing inti” dari para perusahaan milik negara yang mendominasi sektor-sektor di China, mulai dari perbankan dan energi hingga telekomunikasi dan baja.
Advertisement
China Tertatih Sejak Pertengahan 2021
Pertumbuhan ekonomi China tertatih-tatih sejak pertengahan 2021 karena control ketat terhadap pemberian utang, karena Beijing khawatir sudah terlalu tinggi, memicu melemahnya sektor real estat yang menyediakan jutaan lapangan kerja.
Sejumlah pengembang kecil terpaksa dipailitkan dan beberapa tidak bisa membayar olbligasi hingga memicu kekhawatiran di pasar finansial global.
Belanja konsumen berangsur-angsur pulih. Namun Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan sejumlah ekonomi dari sektor swasta memperkirakan perekonmian China hanya tumbuh 4,4 persen tahun ini, d ibawah target resmi pemerintah.