Pengamat Kanada Soroti Rivalitas AS-China di Kawasan Indo Pasifik

Pengamat Kanada sekaligus Profesor Ilmu lmu Politik di Universitas Waterloo Andrew Cooper menyoroti isu rivalitas Amerika Serikat dan China di kawasan Indo Pasifik.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 06 Des 2023, 15:28 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 18:00 WIB
Andrew F. Cooper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Andrew F. Cooper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Kanada sekaligus Profesor Ilmu lmu Politik di Universitas Waterloo Andrew Cooper menyoroti isu rivalitas Amerika Serikat dan China di kawasan Indo Pasifik.

Menurutnya perhatian Kanada terhadap rivalitas dua kekuatan besar di kawasan tersebut berpusat pada gelombang perubahan yang terjadi di wilayah Asia dan posisi Kanada serta Indonesia yang tak ingin terjebak dalam satu pilihan.

"Terkait ketegangan yang sedang berlangsung (AS-China), saya rasa kedua negara (Kanada-Indonesia) memiliki kecenderungan serupa dalam artian tidak ingin terjebak di antara Amerika Serikat dan Tiongkok," kata Andrew Cooper dalam program Wawancara Khusus Kanal Global Liputan6.com, Jumat (24/11/2023).

"Maksud saya, jelas bahwa Kanada memiliki keterikatan yang kuat dengan Amerika Serikat dalam berbagai aspek, namun tetap menjaga pilihan lainnya, yakni hubungannya dengan Tiongkok. Ini tidak hanya tentang kepentingan ekonomi kami di Tiongkok."

Bukan tanpa alasan Kanada tetap menjaga hubungan baik dengan China. Menurut Andrew Cooper, Kanada memiliki populasi Tionghoa yang besar, serta koneksi di bidang pendidikan dan integrasi yang signifikan.

"Saya yakin tidak ada keinginan kuat untuk sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat dan memutus hubungan dengan Tiongkok secara total."

Andrew Cooper juga menilai bahwa Indonesia juga memiliki dinamika yang serupa dalam beberapa aspek.

"Mungkin Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Tiongkok atau hubungan yang organik sejak tahun 1955, tetapi hubungan ini masih berlanjut hingga saat ini," kata Cooper.

Puji Indonesia Tak Join BRICS

Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Andrew Cooper juga memuji langkah Indonesia yang tak bergabung dengan BRICS. Menurutnya itu adalah bentuk kepercataan diri yang dimiliki olhe Indonesia.

"BRICS bisa jadi contoh yang bagus. Indonesia menunjukkan keengganannya untuk bergabung, meskipun negara lain sangat ingin melakukannya, yang menunjukkan kepercayaan yang dimiliki Indonesia dalam keputusannya," kata Andrew Cooper.

"Namun, kita juga menyadari bahwa hal-hal seperti Inisiatif Pemulihan Ekonomi dan Investasi akan melibatkan partisipasi Indonesia melalui lembaga-lembaga lainnya. Ada interaksi Indonesia yang lebih dekat dengan rekan-rekan di Tiongkok.Jadi, sekali lagi, ini menjadi aspek yang membedakan, namun masih terdapat keinginan untuk tidak hanya terikat pada satu kekuatan besar."

"Ketika saya berkunjung ke berbagai universitas di Indonesia, saya melihat minat yang besar dari Indonesia dan para akademisi terkait statusnya sebagai negara kekuatan menengah (middle power). Negara ini memiliki gaya diplomasi yang spesifik, yang cenderung rendah hati, sederhana, namun tetap fokus pada beberapa isu kunci."

Pengamat: Lewat Strategi Indo-Pasifik, Kanada Soroti Pentingnya Sentralitas ASEAN

Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Andrew Cooper menyebut bahwa Kanada memahami betapa pentingnya sentralitas ASEAN dan menilai bahwa hal tersebut adalah kesempatan yang berharga.

"Kami memahami betapa pentingnya sentralitas ASEAN, dan bagi saya, ini adalah kesempatan yang sangat berharga," kata Andrew Cooper.

Pentingnya ASEAN bagi Kanada dinilai oleh Andrew Cooper terbukti saat Perdana Menteri Trudeau mengunjungi Indonesia tiga kali dalam setahun, begitu juga dengan menteri luar negeri dan menteri perdagangan Kanada.

"Maksud saya, ini merupakan komitmen yang sungguh besar, dan ini menunjukkan bahwa Kanada telah mengeksplorasi wilayah ini dengan pendekatan yang berbeda sebelumnya. Kami telah mencoba berbagai pendekatan yang telah kita diskusikan terkait Pasifik, Asia Pasifik, serta cakupannya."

"Bagi saya, yang lebih dari segalanya, hubungan ini melibatkan keterhubungan antar manusia. Ini mencakup berbagai hal mulai dari keamanan, perempuan, keamanan manusia secara keseluruhan, hingga berbagai pendekatan, seperti rencana akademis untuk pertukaran profesor, mahasiswa, serta bantuan teknis. Terkadang, orang mungkin tidak menyadari bahwa Strategi Indo-Pasifik sebenarnya sedang diterapkan saat ini," kata Andrew Cooper.

Terkait dengan Indonesia, Profesor Andrew Cooper menyinggung soal hubungan sejarah panjang yang dimiliki oleh Indonesia dan Kanada.

Sejarah panjang itu ada dalam berbagai aspek, terutama keterkaitan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan Kanada, terutama dalam sektor pertambangan di masa lalu.

"Namun, ada juga upaya antisipatif dari lembaga-lembaga pembangunan Kanada yang telah memanfaatkan jejak mereka di Asia. Contohnya adalah membawa para ulama Islam ke McGill dan opera Montreal dalam beberapa dekade terakhir."

"Jadi, ada banyak hal yang bisa kita bangun bersama. Namun, menurut saya, saat ini ada fokus yang lebih besar dan lebih terkonsentrasi."

Prioritas Strategi Indo-Pasifik Kanada

Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Andrew F. Copper (Pakar Hubungan Internasional University of Waterloo) - (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Profesor Andrew Cooper menekankan bahwa hubungan antar manusia menjadi prioritas utama dari Strategi Indo-Pasifik Kanada.

"Menurut saya, yang paling penting adalah membangun hubungan antar manusia. Dalam banyak hal, meskipun orang Kanada dan orang Indonesia berada dalam iklim dan sejarah yang sangat berbeda, Kanada adalah bagian dari NATO, merupakan negara barat yang sangat beragam."

"Sementara itu, Indonesia memiliki tradisi panjang dalam ranah global sebagai negara di dunia selatan yang termasuk dalam kategori negara berkembang."

Andrew Cooper juga menceritakan selama perjalannya ke Indonesia saat mengunjungi Museum Asia Afrika di Bandung.

"Saya menyadari bahwa ada warisan dan tradisi yang berbeda, tetapi pada saat yang sama, keduanya adalah negara yang masih muda."

"Keduanya memiliki masyarakat yang dinamis, paham teknologi, dan memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi. Hal ini tercermin dalam semangat wirausaha di kedua negara tersebut."

Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir
Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya