Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan tambahan terhadap Houthi di Yaman pada Senin (22/1/2024), menandai serangan kedelapan yang dilakukan terhadap infrastruktur kelompok itu dalam waktu 10 hari. Demikian menurut pernyataan bersama keduanya.
Serangan menargetkan delapan lokasi. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan operasi gabungan pertama pada 11 Januari yang menyerang lebih dari 30 sasaran Houthi. Kanada, Belanda, Bahrain, dan Australia, ikut mendukung serangan tersebut.
Baca Juga
Pernyataan bersama AS dan Inggris menyebutkan, serangan menargetkan situs penyimpanan bawah tanah Houthi dan yang terkait dengan rudal serta pengawasan udara.
Advertisement
"AS mengerahkan pesawat tempur dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower sebagai bagian dari serangan itu," kata seorang pejabat pertahanan AS kepada CNN, seperti dilansir Selasa (23/1).
Sebelumnya pada Senin, Gedung Putih mengungkapkan Presiden Joe Biden berbicara dengan timpalannya Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tentang berbagai topik termasuk keamanan di Laut Merah.
"Tujuan kami tetap untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas di Laut Merah, namun kami tegaskan kembali peringatan kami kepada para pemimpin Houthi: kami tidak akan ragu untuk membela nyawa dan arus bebas perdagangan di salah satu jalur perairan paling kritis di dunia di dunia dari ancaman yang terus berlanjut," ungkap AS dan Inggris.
Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan empat jet tempur Typhoon Inggris berpartisipasi dalam serangan. Dia memperingatkan serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial mengancam nyawa para pelaut dan mengganggu pelayaran dengan dampak yang tidak dapat ditoleransi terhadap perekonomian global.
CNN melaporkan pada Senin bahwa AS menyebut operasi yang sedang berlangsung untuk menargetkan aset Houthi di Yaman sebagai Operasi Poseidon Archer, yang menunjukkan pendekatan yang lebih terorganisir dan berpotensi jangka panjang, yang bertujuan menghalangi serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Wakil sekretaris pers Pentagon Sabrina Singh menuturkan pada Senin bahwa Houthi belum melancarkan serangan baru terhadap pelayaran komersial sejak 18 Januari. Sementara itu, Houthi pada Senin mengklaim telah menyerang kapal kargo milik AS, M/V Ocean Jazz, namun klaim tersebut dibantah seorang pejabat pertahanan.
AS Tuding Iran Dalang Serangan
Iran secara diam-diam memicu serangan-serangan tersebut, kata para pejabat AS, sehingga memungkinkan dan mendukung kelompok-kelompok proksinya di seluruh kawasan.
Laporan CNN sebelumnya menyebutkan Iran memasok intelijen taktis dan senjata kepada Houthi untuk membantu mereka menargetkan kapal-kapal di Laut Merah. Iran juga terus memasok kelompok proksinya di Irak dan Suriah, di mana pasukan AS dan koalisi telah diserang lebih dari 150 kali sejak 17 Oktober.
Pada Sabtu, milisi proksi Iran dilaporkan melancarkan salah satu serangan rudal balistik terbesar mereka sejak Oktober ke Pangkalan Udara al-Asad di Irak, menyebabkan dua anggota militer AS mengalami cedera otak traumatis.
Biden sendiri mengakui pada Kamis (18/1), serangan AS tidak menghentikan kelompok Houthi, yang terus menargetkan kapal-kapal komersial milik AS yang beroperasi di lepas pantai Yaman.
Meski demikian, Biden menegaskan serangan udara AS akan terus berlanjut. Dan Singh menambahkan pada Senin bahwa pada akhirnya terserah pada Houthi dan kelompok proksi Iran kapan harus mengakhiri serangan mereka.
Pekan lalu, Singh menuturkan penilaian awal Pentagon adalah bahwa serangan terhadap Houthi telah sangat berhasil dalam menghancurkan hampir semua target, sehingga menyisakan kemampuan yang lebih sedikit yang dapat dikerahkan kelompok itu ke Laut Merah.
Advertisement
AS Akui Punya Opsi Tambahan Jika Serangan Houthi Tidak Berhenti
Kelompok Houthi mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangan sampai perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza berakhir. Pemimpin Houthi Abdul Malek al-Houthi mengatakan dalam pidatonya pada Kamis bahwa merupakan suatu kehormatan dan berkah besar untuk menghadapi AS secara langsung.
Pekan lalu, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengumumkan, pihaknya mencegat sebuah kapal di lepas pantai Somalia yang menuju wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan dilaporkan membawa komponen rudal buatan Iran. Operasi itu mengakibatkan kematian dua anggota Navy SEAL yang terjatuh ke laut ketika mencoba menaiki kapal tersebut.
AS melakukan seluruh serangannya terhadap sasaran-sasaran Houthi pada pekan lalu secara sepihak, berbeda dengan koalisi negara-negara yang mendukung serangan gabungan AS dan Inggris terhadap Houthi pada 11 Januari.
Singh memastikan Komandan CENTCOM Jenderal Erik Kurilla memiliki wewenang untuk memerintahkan serangan ketika dia menganggap perlu untuk melindungi kapal-kapal di wilayah tersebut, termasuk aset Angkatan Laut AS yang ditempatkan di Laut Merah. Setelah setiap serangan yang dilakukan AS terhadap Houthi minggu lalu, CENTCOM mengatakan rudal yang dihancurkan AS sedang dipersiapkan untuk diluncurkan oleh Houthi dalam waktu dekat.
Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengungkapkan pada Kamis bahwa AS mempersulit Houthi untuk melanjutkan serangan dengan setiap serangan terhadap infrastruktur mereka. Dan dia menegaskan AS memiliki opsi tambahan yang tersedia jika Houthi tidak berhenti. Namun, Kirby menolak membeberkan seperti apa pilihan-pilihan tersebut.
"Kami tidak mengharapkan adanya konflik dengan Houthi, kami juga tidak menginginkan terjadinya konflik di kawasan," tambahnya. "Tapi kita harus mampu bertindak untuk membela diri, tidak hanya untuk kapal dan pelaut kita, tapi juga untuk kapal dagang dan pelaut niaga serta pelayaran internasional di Laut Merah."