Jelang Ramadan, Industri Kurma Israel Kian Dihantui Boikot di Tengah Perang Gaza

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kampanye gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) untuk memberikan tekanan ekonomi pada perusahaan-perusahaan Israel guna mengakhiri pendudukan atas Palestina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 27 Feb 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2024, 20:10 WIB
Ilustrasi kurma
Ilustrasi kurma. (Dok. freepik)

Liputan6.com, Tel Aviv - Perang Hamas Vs Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah mempersulit penjualan kurma Israel di pasar Eropa menjelang bulan suci Ramadan. Demikian menurut laporan media Israel.

Menurut Haaretz, iklan senilai USD 550.000 untuk mempromosikan kurma Medjool Israel dihentikan sebagai tanggapan atas ketakutan akan boikot. Padahal sekitar sepertiga ekspor kurma tahunan oleh produsen kurma Israel dilakukan selama bulan Ramadan.

Pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan komunitas muslim meningkat setelah perang terbaru di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Perang telah mengakibatkan hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang terluka oleh Israel hanya dalam waktu lima bulan.

"Siapa pun yang mendekati rak dan melihat tulisannya 'Made in Israel' akan berpikir dua kali," kata seorang pengusaha yang memiliki hubungan dengan industri kurma kepada Haaretz, seperti dilansir Middle East Eye, Selasa (27/2/2024).

"Sebagian besar kurma dijual selama Ramadan dan di mana pun mereka (komunitas muslim) bisa membeli, mereka akan mencoba menghukum kami."

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kampanye gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) untuk memberikan tekanan ekonomi pada perusahaan-perusahaan Israel guna mengakhiri pendudukan atas Palestina.

Mengingat lekatnya keberadaan kurma dan bulan suci Ramadan serta perang di Jalur Gaza, umat muslim dinilai akan lebih selektif dalam memastikan asal kurma yang akan mereka beli.

Ditanam di Tanah Palestina

Ilustrasi kurma.
Ilustrasi kurma. (Dok. Pixabay/Pictavio)

Israel adalah salah satu produsen kurma terbesar di dunia, khususnya kurma Medjool yang populer.

Kelompok pendukung BDS telah melakukan upaya bersama untuk memastikan bahwa konsumen dapat membuat pilihan yang tepat dan menghindari membeli kurma Israel.

"Ada organisasi yang memasuki supermarket di Eropa yang menjual kurma dengan merek kami, dan menempelkan stiker di supermarket tersebut yang menyatakan bahwa pembelinya 'berkontribusi terhadap genosida'," kata salah satu produsen kurma Israel kepada Haaretz.

Kampanye Solidaritas Palestina menyebutkan bahwa sebagian besar kurma Medjool Israel ditanam di permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki oleh pemukim Israel.

Para pegiat yang memerangi pendudukan Israel secara teratur memperingatkan masyarakat bahwa mereka harus memeriksa label asal kurma sebelum membeli.

Dampak Ekonomi Signifikan

Ilustrasi Israel
Ilustrasi Israel (AP Photo/Tom Pringle)

Pangsa pasar kurma Medjool yang dimiliki Israel sebesar 50 persen menjadikannya salah satu yang terbesar berdasarkan volume di dunia.

Menurut data dari Kementerian Pertanian Israel, nilai ekspor kurma saja dari Israel adalah USD 338 juta pada tahun 2022, dibandingkan dengan ekspor buah-buahan lainnya senilai USD 432 juta.

Dalam upaya melawan kampanye boikot, Haaretz melaporkan, produsen Israel bekerja sama dengan beberapa pembeli untuk mengubah label pada produk mereka dalam upaya untuk mengaburkan asal muasal kurma tersebut.

Ekspor kurma ke Turki anjlok 50 persen pada Oktober tahun lalu dan pasar tersebut menyumbang sekitar 10 persen dari seluruh ekspor kurma dari Israel.

Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perang Israel-Hamas Lewati 100 Hari. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya