Liputan6.com, Bandung - Istri Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) Sinta Pahala Mansury mengajak para istri duta besar negara asing berkunjung ke Bandung dan menjajal Kereta Cepat Indonesia-China, Whoosh.
Tujuan Sinta Pahala Mansury menggagas program ini untuk menjalankan misi soft diplomacy Indonesia.
Baca Juga
"Ini adalah bagian dari soft diplomacy yang sebetulnya merupakan tanggung jawab dari istri diplomat," ujar dia dalam kegiatan "Spouse of Head Mission" (SHOM) di Stasiun KCIC, Senin (4/3/2024).
Advertisement
"Naik Whoosh ini juga untuk memperlihatkan bahwa Indonesia ini sudah cukup maju, sudah berkembang, sehingga itu mungkin bisa disampaikan ke negaranya masing-masing," kata dia.
Dalam perjalanan agenda tersebut, Sinta ingin memperkenalkan sejarah, kuliner hingga budaya Indonesia kepada para peserta SHOM.
"Kita akan makan siang di Restoran Plataran yang notabene menyajikan makanan Indonesia. Setelah itu kita melakukan kunjungan ke Batik Komar, di situ mereka akan mencoba membuat batik sendiri," ungkap Sinta.
"Selain daripada budaya, kita juga ingin menambah aspek historikal yaitu dengan kita mengunjungi Museum Asia Afrika. Banyak ibu-ibu sini kan yang negaranya pada saat itu juga terlibat dalam konferensi itu kan. Jadi supaya mereka bisa merasakan bagaimana pada saat itu, pendahulu-pendahulu mereka juga melakukan konferensi di tempat itu," sambungnya.
Sinta juga mengungkapkan bahwa para istri duta besar asing sangat antusias dalam menjalani program tersebut.
"Animonya terus terang harus kita batasi jumlahnya. Pertama kita bilang 25, namun kemudian dari SHOM bilang bahwa banyak yang ingin ikut jadi kita tambah jadi 30," tuturnya.
Undangan dan agenda tersebut pun disambut baik oleh Presiden SHOM Gemma Caminada, istri Duta Besar Spanyol di Indonesia.
"Ini adalah program yang padat karena dalam waktu singkat, kita akan melihat banyak hal di Bandung. Mulai dari bertemu berbagai orang, melihat kebudayaan hingga sejarah. Kami sangat senang," kata Gemma.
Diikuti 28 Pendamping Duta Besar Asing
Agenda ini diikuti oleh 28 pendamping duta besar asing yang sedang bertugas di Indonesia yakni dari Spanyol, Swiss, Austria, Denmark, Singapura, Australia, Inggris, Slovakia, Aljazair, Yordania, Suriname, Malaysia, Palestina, Italia, Fiji, Tanzania, Rwanda, Thailand, Azerbaijan, Swedia, Ethiopia, Guatemala, Kazakhstan, Laos, dan Kamboja.
Ada satu pria yang ikut dalam program tersebut, yakni suami dari duta besar Australia untuk Indonesia.
Program ini merupakan kegiatan SHOM pertama yang dilakukan di luar Jakarta.
Kebanyakan dari para peserta SHOM belum pernah mencoba transportasi kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Mereka mengaku sangat menikmatinya, dan berencana untuk pergi ke Bandung dengan Whoosh lagi bersama keluarga mereka.
Setibanya di Bandung, mereka juga diajak untuk menjajal transportasi Bandros (Bandung Tour on Bus), yang menjadi daya tarik turis saat berkunjung ke Kota Kembang.
Advertisement
Cicipi Makanan Indonesia yang Cocok di Lidah
Cita rasa khas nusantara rupanya turut meninggalkan kesan bagi para peserta SHOM. Hal ini diakui oleh istri dari duta besar Azerbaijan dan Kamboja untuk Indonesia.
"Makanannya sangat enak, menarik dan nikmat. Saya paling suka tiga jenis nasi goreng yang disajikan. Saya sudah pernah mencoba beberapa macam nasi goreng, tapi yang ini sangat enak," kata Aynura Rahimova, istri duta besar Azerbaijan untuk Indonesia.
Lebih lanjut, istri dari duta besar Kamboja untuk Indonesia juga mengaku menikmati semua makanan yang disajikan.
"Yang paling saya suka adalah sup pindangnya, karena seperti makanan khas saya yang sedikit pedas. Jadi kalau dengan semua makanan Indonesia, saya cocok," kata Sopheapnila, istri dari duta besar Kamboja untuk Indonesia.
Mencoba Sulitnya Membuat Batik Tulis
Pengalaman yang berbeda pun kemudian dirasakan oleh para peserta SHOM ketika berkunjung ke salah satu toko dan tempat pembuatan batik di Bandung, Batik Komar. Beberapa dari mereka bahkan sempat mencoba membuat batik tulis di sana.
"Saya sekarang bisa lebih menghargai batik karena saya tadi mencobanya dan itu sangat sulit," ungkap Mariam, istri dari duta besar Tanzania untuk Indonesia.
Mariam yang telah berada di Indonesia selama satu setengah tahun itu mengakui sulitnya membuat batik karena memerlukan kerja keras dalam pembuatannya.
Hal yang sama pun turut diungkapkan oleh Laura, istri dari duta besar Slovakia untuk Indonesia. Bahkan, ketika ini merupakan kedua kalinya ia mencoba membuat batik.
"Ini bukan kali pertama saya, tapi ini masih sangat sulit. Ketika membuatnya, tangan Anda harus sangat stabil dan harus sabar," kata Laura.
"Saya sangat senang melihat para pengerajin batik, memperhatikan bagaimana mereka melakukannya, itu sangat tidak mudah," lanjutnya.
Batik, kain tradisional khas Indonesia, rupanya juga memiliki kesan tersendiri bagi para istri diplomat itu,
"Menurut saya ini sangat indah, sangat berwarna dan sangat bermakna karena yang saya tahu, setiap desain memiliki artinya sendiri. Jadi menurut saya, sangat penting kalau tradisi ini dipertahankan dan disebarluaskan ke orang lain," ucap Maritza de Cuyun, istri duta besar Guatemala untuk Indonesia.
Di tempat yang sama, Gemma selaku presiden SHOM juga turut menyerahkan bantuan secara simbolis bagi kader posyandu setempat berupa asupan makanan dan susu.
Advertisement
Berharap Program Serupa Tetap Dilanjutkan
Tujuan utama dari diselenggarakannya acara ini nampaknya dapat dikatakan cukup berhasil. Ini terbukti bahwa beberapa dari mereka berharap bahwa acara serupa dapat terus dilanjutkan.
"Pada dasarnya, ini adalah inisiatif yang sangat bagus dari Kemlu bagi para pasangan diplomat agar mengetahui lebih soal Indonesia dan sejarahnya," ungkap Sarah Nava Rani, istri Duta Besar Malaysia untuk Indonesia.
"Di museum kita mendapat pandangan soal prinsip Indonesia terkait kebebasan dan hak asasi manusia. Di restoran Plataran, kita mencicipi makanan dan pelayanan yang luar biasa. Di Batik Komar, kita bisa melihat sedikit budaya yang dimiliki Indonesia. Maksud saya, walaupun ini hanya program singkat ke Bandung, kami mendapat konsep keberagaman Indonesia, keramahtamahan orang-orangnya dan melihat sejarah dari Konferensi Asia-Afrika."
Mariam yang sudah kedua kalinya mendampingi sang suami bertugas di Indonesia itu mengaku bahwa ia berharap program semacam ini dapat terus dilanjutkan.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh Salwa Alhadid, istri duta besar Yordania untuk Indonesia. Ia mengatakan bahwa ia berencana untuk mengajak keluarganya pergi ke Bandung dengan Whoosh dan mengunjungi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini.
"Saya mengatakan kepada Ibu Sinta untuk jangan berhenti melakukan program ini," kata Salwa.
"Kami ingin tahu lebih banyak kota di Indonesia karena ini satu-satunya cara kami bisa mengetahuinya. Jika seseorang tinggal di sana atau lebih mengetahui kota itu, mereka bisa menunjukkan tempat yang bagus untuk dikunjungi."