Liputan6.com, Washington, DC - Hampir semua rudal balistik dan drone yang diluncurkan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam berhasil dicegat dan gagal mencapai sasarannya. Demikian menurut para pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS), membuat publik menyoroti pertahanan rudal yang tangguh dan berlapis-lapis yang dikerahkan oleh dua sekutu tersebut.
Sebagian besar dari lebih dari 300 amunisi Iran, yang sebagian besar diyakini diluncurkan dari dalam wilayah Iran selama serangan lima jam, dicegat sebelum mencapai Israel.
Baca Juga
Militer Israel mengatakan pada hari Minggu (14/4) bahwa 99 persen proyektil yang ditembakkan oleh Iran dicegat oleh Israel dan mitra-mitranya, serta hanya sejumlah kecil rudal balistik yang mencapai Israel.
Advertisement
"Secara total, sekitar 170 drone, lebih dari 30 rudal jelajah dan lebih dari 120 rudal balistik diluncurkan ke Israel oleh Iran pada Sabtu malam," kata militer Israel seperti dilansir CNN, Senin (15/4).
Menurut seorang pejabat senior AS kepada CNN, dalam percakapan telepon pada hari Minggu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa hal tersebut merupakan kemenangan bagi Israel karena tidak ada dampak "bernilai" yang terjadi.
Para pejabat AS menuturkan lebih dari 70 drone dan tiga rudal balistik dicegat oleh kapal Angkatan Laut dan pesawat militer AS, tanpa memberikan rincian tentang pertahanan apa yang digunakan untuk menjatuhkan proyektil tersebut.
Sejumlah pejabat AS mengaku kepada CNN bahwa Angkatan Laut AS menembak jatuh setidaknya tiga rudal balistik menggunakan sistem pertahanan rudal Aegis di atas dua kapal perusak berpeluru kendali di Mediterania timur.
Laporan CNN menyebutkan pula bahwa pesawat tempur AS menembak jatuh persenjataan Iran. Meskipun tidak diketahui dari mana jet-jet AS tersebut beroperasi. Kapal induk Angkatan Laut dan pesawat berbasis darat milik AS diketahui berada dalam jangkauan wilayah tersebut.
Inggris dan Prancis Ikut Turun Tangan
Biden telah menyatakan dengan tegas bahwa AS siap membantu membela Israel dari serangan Iran.
"Untuk mendukung pertahanan Israel, militer AS memindahkan pesawat dan kapal perusak pertahanan rudal balistik ke wilayah tersebut selama seminggu terakhir," kata Biden.
"Berkat pengerahan ini dan keterampilan luar biasa dari anggota militer kami, kami membantu Israel menghancurkan hampir semua drone dan rudal yang masuk."
Selain AS, Inggris mengatakan pihaknya juga siap melakukan intervensi dengan menggunakan pesawat Royal Air Force yang dimilikinya di wilayah tersebut.
"Jet-jet Inggris ini akan mencegat setiap serangan udara dalam jangkauan misi kami yang ada, sesuai kebutuhan," sebut pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
Juru bicara militer Israel mengaku Prancis turut terlibat dalam memblokir serangan Iran.
"Kami bekerja sama dengan AS, Inggris, dan Prancis yang bertindak malam ini. Kemitraan ini selalu erat, namun malam ini terwujud dengan cara yang tidak biasa," ujar juru bicara tersebut.
Sementara itu, Israel mengoperasikan berbagai sistem untuk memblokir serangan apa pun, mulai dari rudal balistik dengan lintasan yang membawanya ke atas atmosfer hingga rudal jelajah dan roket yang terbang rendah.
Advertisement
Lapisan Pertahanan Rudal Israel
Sistem Iron Dome Israel telah sering menjadi berita utama, terlebih saat eskalasi terjadi di kawasan.
Menurut Organisasi Pertahanan Rudal Israel (IMDO), Iron Dome adalah lapisan terbawah pertahanan rudal negara itu.
Setidaknya ada 10 baterai Iron Dome di Israel, masing-masing dilengkapi dengan radar yang mendeteksi roket dan kemudian menggunakan sistem komando dan kontrol yang dengan cepat menghitung apakah proyektil yang masuk menimbulkan ancaman atau kemungkinan besar akan mengenai wilayah yang tidak berpenghuni. Jika roket tersebut menimbulkan ancaman, Iron Dome akan menembakkan rudal dari darat untuk menghancurkannya di udara.
Anak tangga pertahanan rudal berikutnya, menurut IMDO, adalah David’s Sling, yang melindungi terhadap ancaman jarak pendek dan menengah.
David's Sling, sebuah proyek gabungan Sistem Pertahanan Lanjutan Rafael Israel dan raksasa pertahanan AS Raytheon, menurut proyek Ancaman Rudal di Center for Studi Internasional dan Strategis (CSIS) menggunakan pencegat kinetik hit-to-kill Stunner dan SkyCeptor untuk menghancurkan target sejauh 299 km.
Di atas David’s Sling terdapat sistem Arrow 2 dan Arrow 3 Israel, yang dikembangkan bersama dengan AS.
Arrow 2, sebut CSIS, menggunakan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan rudal balistik yang masuk dalam fase terminal – saat mereka menukik menuju target – di lapisan atas atmosfer. Arrow 2 disebut memiliki jangkauan 90 km dan ketinggian maksimum 51 km.
Sementara itu, Arrow 3 menggunakan teknologi hit-to-kill untuk mencegat rudal balistik yang masuk di luar angkasa, sebelum memasuki kembali atmosfer dalam perjalanan menuju sasaran.
Israel juga memiliki pesawat tempur canggih, termasuk jet siluman F-35I yang telah digunakan untuk menembak jatuh drone dan rudal jelajah sebelumnya.
Rudal balistik yang mencapai Israel jatuh di Pangkalan Udara Netavim di Israel selatan, kata juru bicara militer Israel, seraya menambahkan bahwa rudal tersebut hanya menyebabkan kerusakan struktural ringan. Pangkalan itu berfungsi dan melanjutkan operasinya setelah serangan itu dan pesawat-pesawat terus menggunakan pangkalan itu.
Foto-foto yang dirilis oleh Angkatan Udara Israel pada Minggu pagi menunjukkan jet tempur F-35 dan F-15 kembali ke pangkalan mereka di Israel setelah apa yang disebut sebagai "intersepsi" dan "misi pertahanan udara" yang berhasil.
"Beberapa senjata yang diluncurkan ke Israel ditembakkan dari Irak dan Yaman," imbuh juru bicara militer Israel.