Liputan6.com, Istanbul - Armada yang membawa bantuan kemanusiaan dan ratusan aktivis hak asasi manusia internasional, dari sedikitnya 30 negara, akan berlayar dari Istanbul, Turki, ke Jalur Gaza demi membantu korban perang di wilayah konflik itu.
Rencana ini diinisiasi oleh kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition (FFC). Harapannya, mereka dapat menembus blokade Israel.
Baca Juga
Ghani Ramdhan adalah perwakilan lembaga swadaya masyarakat Golden Future Indonesia dan Taqwa Squad Indonesia, yang terlibat dalam misi tersebut.
Advertisement
"Dari pihak (Freedom) Flotilla sendiri sudah menyiapkan sekitar 5.500 ton bantuan dan (perwakilan) beberapa NGO. Kita di sini diperbantukan tenaganya untuk menyalurkan bantuan ke Gaza," kata dia, seperti dilansir VOA Indonesia, Jumat (26/4/2024).
Enam warga negara Indonesia (WNI), yang ikut berpartisipasi telah berada di Turki, termasuk tiga orang dari perwakilan lembaga swadaya masyarakat dan tiga jurnalis.
Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) Nur Ikhwan Abadi adalah WNI lainnya yang ikut serta. Sayap perempuan AWG, Maemuna Center, memiliki misi membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Jalur Gaza.
Ikhwan pernah menjalankan misi serupa pada 2010 dengan menumpangi kapal Mavi Marmara. Kala itu, pihaknya bekerja sama dengan tim relawan MER-C yang membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. Namun, misinya terhambat razia oleh militer Israel.
Peristiwa tersebut menewaskan 10 orang.
Persiapan Sebelum Berangkat
Sebelum berlayar, Ikhwan menuturkan para peserta telah diberikan pelatihan non-kekerasan untuk mengantisipasi risiko infiltrasi dari pihak lain ke dalam kapal yang mereka tumpangi. Lembaganya pun telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) tentang keikutsertaan mereka dalam misi ini.
Dia sendiri paham risiko yang dihadapinya.
"Misi kita (ini) misi damai, ya, dan tujuan kita bukan lain-lain, hanya ingin menyampaikan bantuan saja. Jadi, saya pikir, ya harus tetap tenang," ujarnya.
Meski awalnya telah dijadwalkan untuk berlayar pada Jumat (26/4) waktu setempat, Ghani menyampaikan rencana keberangkatan Freedom Flotilla tertunda hingga 27 April.
"Untuk alasan hambatan itu sendiri dari pihak Flotilla menerangkan ada beberapa izin yang belum keluar dari pihak Turki dan juga ada beberapa pengecekan barang bantuan yang akan dikirim ke Gaza itu sendiri dan itu membutuhkan satu atau dua hari dari sekarang," jelas Ghani.
Advertisement
Respons AS
Menanggapi rencana keberangkatan armada tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, yang merupakan sekutu dekat Israel, Vedant Patel pada Kamis (25/4) mendorong agar pengiriman bantuan dilakukan melalui jalur penyeberangan resmi.
"Kami menyambut baik setiap negara atau entitas mana pun yang ingin berbuat lebih banyak untuk membantu meringankan penderitaan di Gaza. Hanya saja, kami meyakini bahwa bantuan semacam ini, yang pada akhirnya diperuntukkan bagi Gaza, harus disalurkan melalui penyeberangan yang resmi dan jalur yang telah ditetapkan," kata Patel.
Patel menambahkan penyeberangan resmi merupakan cara terbaik untuk memastikan tidak hanya kelancaran pengiriman paket bantuan, tetapi juga menjamin keselamatan dan keamanan para pekerja yang terlibat dalam pelayaran dan memastikan bahwa bantuan tersebut sampai ke lokasi yang seharusnya.
Pihak Israel belum memberikan tanggapan atas rencana pelayaran Freedom Flotilla.