Liputan6.com, Quito - Ekuador dilanda pemadaman listrik nasional pada Rabu (19/6/2024), kata seorang menteri senior pemerintah, yang menyebabkan aktivitas sekitar 18 juta orang terganggu.
Sistem kereta bawah tanah di ibu kota, Quito, berhenti beroperasi dan lampu lalu lintas berhenti bekerja sekitar tengah hari waktu setempat pada Rabu (19/6).
Tak lama setelah listrik kembali menyala, Menteri Pekerjaan Umum Roberto Luque menyalahkan pemadaman listrik tersebut pada kurangnya investasi dalam sistem kelistrikan, dikutip dari laman BBC, Kamis (20/6).
Advertisement
Dalam tulisannya di X, ia mengatakan bahwa hal itu "hanya bukti lain dari krisis energi yang sedang kita hadapi".
"Selama bertahun-tahun kita telah berhenti berinvestasi dalam sistem ini dan hari ini kita mengalami konsekuensinya," tambahnya.
Pada April 2024, kekeringan juga memaksa pemerintah untuk mengumumkan serangkaian pemadaman listrik terencana yang menyebabkan kota-kota besar tidak memiliki listrik selama berjam-jam.
Wali Kota Quito Pabel Muñoz menggambarkan insiden Rabu (19/6) sebagai insiden "besar", dengan menjelaskan: "bahkan listrik padam di metro, yang memiliki sistem terpisah."
Pihak Metro Quito mengatakan, layanan terputus karena kegagalan umum sistem energi listrik nasional yang saling terhubung.
Â
Warga Kesal
Pemadaman listrik membuat warga kesal, dan penata rambut Guayaquil, Diana Rosales, yang sedang memotong rambut seseorang saat pemadaman listrik terjadi, mengatakan kepada surat kabar Expresso: "Tidak adil jika kami terus mendapatkan layanan yang buruk sementara kami harus membayar banyak tagihan."
Media lokal melaporkan bahwa akses air minum dihentikan di beberapa daerah, dan beberapa warga mengungkapkan rasa frustrasi mereka karena tidak ada peringatan tentang penghentian tersebut.
"Sekarang saya harus melakukan keajaiban dengan botol yang saya miliki di rumah," kata warga Guayas, Andrew Medina, kepada Expresso.
Advertisement