Liputan6.com, Sydney - Perebutan wilayah antara konservasionis, industri kayu, dan otoritas negara mengancam kelangsungan hidup salah satu makhluk paling ikonik dan dicintai di Australia, yaitu koala.
Pemerintah New South Wales telah berjanji untuk membuka taman nasional di pesisir utara-tengah, yang mencakup ribuan hektar untuk populasi koala yang semakin berkurang di negara bagian tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Namun, sebuah laporan oleh lembaga pemikir kebijakan publik The Australia Institute mengklaim bahwa otoritas sengaja menunda pembukaan suaka tersebut, dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (21/6/2024).
Advertisement
Dikatakan bahwa pemerintah ingin terlebih dahulu mengamankan cara lain untuk menghasilkan uang dari pohon-pohon tersebut sebelum mengakhiri penebangan dan pembukaan lahan, yang melibatkan eksploitasi hutan untuk mendapatkan kredit karbon.
Koala Menghadapi Kepunahan
Kelompok lingkungan telah memperingatkan bahwa koala di New South Wales dapat punah di alam liar pada tahun 2050 kecuali ada intervensi yang mendesak.
Dua tahun lalu, mereka diklasifikasikan oleh pemerintah Australia sebagai spesies yang terancam punah di negara bagian tersebut, serta di Queensland dan Wilayah Ibu Kota Australia.
Meskipun perkiraan jumlah koala yang hidup di alam liar bervariasi karena mereka bertengger tinggi di pepohonan dan sulit ditemukan, para ilmuwan percaya populasinya di sepanjang pantai timur negara itu telah berkurang setengahnya selama 20 tahun terakhir.
Mereka terancam oleh hilangnya habitat dan berbagai masalah lainnya, termasuk perubahan iklim, penebangan, lalu lintas jalan raya, penyakit, dan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan Black Summer tahun 2019 dan 2020 -- salah satu musim kebakaran paling dahsyat yang pernah tercatat di Australia -- menewaskan sekitar 5.000 koala dan memengaruhi hampir seperempat habitat mereka di New South Wales.
Tempat Perlindungan Bagi Koala
Taman Nasional Great Koala yang terdiri dari taman nasional yang ada dan lahan hutan publik diusulkan untuk menyediakan tempat berlindung yang aman dan melindungi marsupial penghuni pohon tersebut.
Namun, kemajuannya lambat dan para pengamat menuduh otoritas negara bagian sengaja menunda pendirian taman tersebut.
“Alasan utama penundaan dan penetapan taman nasional adalah pemerintah ingin menguangkan pohon-pohon untuk kredit karbon,” kata Stephen Long, peneliti senior di The Australia Institute.
“Pemerintah tidak ingin menetapkan taman nasional sebelum memiliki metode kredit karbon dan disetujui.”
Pada pertemuan estimasi anggaran di parlemen New South Wales pada bulan Oktober tahun lalu, perdana menteri negara bagian Chris Minns mengisyaratkan bahwa ia tidak akan menghentikan penebangan pohon sampai ia yakin akan adanya skema kompensasi karbon.
Ia kemudian berkata: “Ada banyak pemerintah dan negara di seluruh dunia yang sangat menginginkan kompensasi karbon dan kami akan mempertimbangkan yurisdiksi seperti New South Wales terkait hal itu.”
Upaya Lokal Hentikan Para Penembak
Pemerintah negara bagian memiliki Forestry Corporation, yang pada gilirannya menjalankan industri kayu.
Meskipun penebangan telah ditangguhkan sementara, para konservasionis khawatir penebangan dapat dilanjutkan kapan saja.
Beberapa aktivis lokal telah memasang barikade untuk menghalangi para penebang.
“Kami di sini untuk menghentikan peralatan memasuki hutan,” kata Gill Everett, anggota Jaringan Aktivis Bellingen, kepada CNA.
“Hari saya dimulai sekitar pukul 05.00 pagi. Saya berangkat dari rumah pagi ini untuk tiba di sini pukul 06.00 pagi karena kami pikir ada peralatan kehutanan yang masuk.”
Rekan aktivis Anne Coyle, yang telah tinggal di daerah tersebut selama empat dekade terakhir, mengatakan bahwa dia bertekad untuk menghentikan truk-truk penebang memasuki taman karena dia yakin ada begitu banyak yang dipertaruhkan.
“Koala benar-benar berada di ambang kepunahan. Ini adalah kesempatan terakhir kita. Jika kita tidak memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, semuanya akan berakhir bagi koala,” katanya.
Advertisement
Apa yang Terjadi Jika Koala Punah?
Para advokat mengatakan bahwa penundaan yang memengaruhi pembukaan tempat perlindungan akan mengakibatkan konsekuensi serius bagi kelangsungan hidup koala dalam jangka panjang.
Susie Russell, wakil presiden kelompok konservasi North Coast Environment Council, mengatakan bahwa ia yakin masalah yang dihadapi spesies tersebut merupakan simbol dari ancaman eksistensial yang jauh lebih besar.
"Jika koala punah, kita dapat memperkirakan sejumlah spesies lain akan punah," imbuhnya.
"Pada akhirnya, hal itu akan menyebabkan keruntuhan masyarakat seperti yang kita ketahui. Jadi, jika kita tidak dapat menyelamatkan koala, kita tidak akan dapat menyelamatkan diri kita sendiri."
Laporan Australia Institute menyimpulkan bahwa pohon tidak boleh diuangkan. Sebaliknya, pohon dan hewan yang menjadikan hutan Australia sebagai rumah perlu dilindungi.
"Koala adalah spesies yang terancam punah yang sangat disayangi oleh warga Australia dan orang-orang di seluruh dunia," kata Long.
"Akan menjadi tragedi yang sangat besar jika koala dibiarkan punah di alam liar."