Mengenal Fenomena Astronomi Langka Strawberry Moon

Strawberry Moon juga terjadi di seluruh dunia, perbedaannya hanya pada zona waktunya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 25 Jun 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2024, 03:00 WIB
6 Juni: Strawberry Full Moon. (Istockphoto)
6 Juni: Strawberry Full Moon. (Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena langit Strawberry Moon akan menghiasi langit malam di Indonesia pada 21 hingga 22 Juni 2024. Apa itu dan mengapa disebut Strawberry Moon?

Melansir laman Space pada Jumat (21/06/2024), Strawberry Moon merupakan fenomena astronomi yang terjadi sehari setelah titik balik matahari musim panas, hari terpanjang dalam setahun. Fenomena ini terjadi dalam satu hari setelah titik balik matahari setiap 19 hingga 20 tahun sekali.

Fenomena astronomi langka ini terjadi ketika bulan berada di seberang matahari dengan bumi berada di antara keduanya. Di sisi malam bumi, saat itulah bulan dapat terlihat yang sepenuhnya bercahaya.

Strawberry Moon juga terjadi di seluruh dunia, perbedaannya hanya pada zona waktunya. Dikutip dari laman NASA pada Jumat (21/06/2024), Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat berpendapat jika nama Strawberry Moon berdasarkan kalender Petani Maine pada 1930-an.

Nama fenomena langit langka ini diambil dari bulan purnama Juni oleh suku Algonquin yang menjelaskan musim panen stroberi. Menurut Ontario Native Literacy Coalition, Anishinaabe (Ojibwe) juga menyebut Strawberry Moon sebagai Ode'miin Giizis atau waktu untuk perjamuan tahunan dan menyambut orang untuk pulang.

Berbeda dengan warna bulan yang umumnya abu atau putih, Strawberry Moon cenderung berwarna merah muda, kuning, atau oranye. Hal ini disebabkan posisi Strawberry Moon yang lebih rendah di langit di Belahan Bumi Utara.

Bulan akan tampak memberikan cahaya yang "lebih hangat".

 

Penamaan Bulan Purnama Lainnya

Selain Strawberry Moon terdapat pula penamaan 'unik' Bulan Purnama di pada Juni.

1. Bulan Mawar

Di bagian Eropa lainnya, Bulan Purnama di bulan Juni disebut sebagai Bulan Mawar. Hal tersebut berdasarkan bunga mawar yang mekar pada Juni.

Pada waktu ini, Bulan Purnama akan berada di seberang matahari dengan posisi yang sangat rendah. Bulan akan bersinar melalui lebih banyak atmosfer, sehingga cahayanya cenderung berwarna kemerahan.

2. Bulan Bertelur

Orang Cree menyebut Bulan Purnama sebagai Opiniyawiwipisim atau Bulan Bertelur-Telur. Penamaan ini digunakan karena saat itu burung-burung dan unggas air mulai bertelur.

3. Bulan Madu

Penamaan Bulan Madu atau Mead Moon diberikan oleh bangsa Erupa kuno. Mead adalah minuman yang dibuat dengan memfermentasi madu yang dicampur dengan air dan bahan lainnya.

Bulan Purnama pada Juni disebut sebagai waktu saat madu siap dipanen yang menjadikannya bulan "termanis". Penyebutan Bulan Madu ditelusuri hadir pada 1500-an di Eropa.

 

Fenomena Astronomi Juni 2024

Selain Strawberry Moon, beberapa fenomena langit diperkirakan juga akan terjadi pada akhir Juni 2024. Dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Jumat (21/06/2024), berikut fenomena astronomi Juni 2024.

1. Konjungsi Bulan dan Saturnus

Fenomena astronomi Juni 2024 selanjutnya adalah konjungsi bulan an Saturnus. Bulan dan Saturnus akan memiliki jarak paling dekat sekitar 1,5 derajat bujur pada 27 Juni 2024.

Menariknya, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan fenomena astronomi ini pada pukul 22.54 WIB setelah Bulan dan Saturnus terbit.

2. Puncak Hujan Meteor Bootids

Hujan meteor Bootids terjadi ketika bumi bergerak di sisa debu komet periodik Pon-Winnecke. Hujan meteor June Bootids berlangsung pada 22 Juni 2024 hingga 2 Juli 2024.

Puncaknya diperkirakan terjadi sekitar 27 Juni 2024. Fenomena hujan meteor Bootids dapat diamati pada malam hari.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya