Liputan6.com, Moskow - Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Novo-Ogaryovo pada Selasa (13/8/2024).Â
Dalam pernyataannya, Putin menyatakan tetap memperhatikan situasi di Timur Tengah dan perkembangan di Palestina, sekalipun negaranya sedang berkonflik di Ukraina.
Baca Juga
"Kami memiliki hubungan yang lama dan mendalam dengan dunia Arab pada umumnya, dan dengan Palestina pada khususnya, yang sangat kami hargai," ujar Presiden Putin seperti dikutip dari situs web Kremlin, Rabu (14/8).
Advertisement
"Kami mengikuti dengan saksama bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Palestina dengan kesedihan dan keprihatinan yang mendalam. Kami melakukan segala upaya untuk mendukung rakyat Palestina. Seperti yang Anda ketahui, kami telah mengirim sekitar 700 ton berbagai barang ke sana. Kami bertekad untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membantu rakyat Palestina. Di atas segalanya, perhatian utama kami adalah hilangnya nyawa warga sipil. Menurut PBB, sudah ada 40.000 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak."
Lebih lanjut Putin mengatakan, "Seperti yang Anda ketahui, kami selalu menganjurkan penyelesaian damai dan kami memahami – dalam hal ini, kami memiliki posisi yang sama – bahwa masalah ini memiliki akar sejarah yang dalam dan terutama terkait dengan pengabaian keputusan yang dibuat oleh organisasi internasional, terutama PBB, untuk mendirikan dan menciptakan Negara Palestina yang merdeka. Sikap kami terhadap masalah ini tetap tidak berubah. Kami telah mengadopsinya sejak lama, dan sama sekali tidak dimotivasi oleh pertimbangan keuntungan jangka pendek. Kami percaya bahwa untuk mengamankan perdamaian yang langgeng dan stabil di kawasan tersebut, sangat penting untuk melaksanakan semua resolusi PBB, dengan pembentukan Negara Palestina yang lengkap sebagai prioritas."
Pernyataan Presiden Palestina
Pada gilirannya, Presiden Abbas mengatakan bahwa Rusia telah menjadi sahabat setia rakyat Palestina selama puluhan tahun, dimulai sejak masa Uni Soviet dan berlanjut hingga saat ini.
"Selama bertahun-tahun ini, kami terus merasakan dukungan Rusia, baik dari pemerintahnya maupun rakyatnya, yang berdiri teguh bersama Palestina," ungkap Presiden Abbas.
"Rusia terus menjunjung tinggi prinsip hukum dan kebenaran. Setiap kali saya membahas hukum internasional dengan Presiden Putin, kami meninjau resolusi yang diadopsi sejak 1947, yang jumlahnya lebih dari 1.000 resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan. Meskipun demikian, PBB belum mampu memenuhi misinya dan mengeluarkan satu resolusi pun yang menjamin pelaksanaan hak-hak rakyat Palestina, sebagian besar karena pengaruh dan tekanan dari Amerika Serikat."
Presiden Abbas menambahkan, "Saya memahami kekhawatiran Anda dan bahwa Anda mengikuti situasi dengan saksama. Kami terus berkonsultasi dengan Anda dan menjaga kontak rutin melalui kementerian luar negeri dan duta besar kami. Kami terus berhubungan dan selalu merasakan kehangatan hubungan kami dengan Federasi Rusia. Kami sangat menghargai perhatian dan arti penting yang diberikan teman-teman dan saudara-saudara Rusia kami terhadap masalah-masalah kami, penderitaan kami, khususnya terkait dengan situasi kemanusiaan dan tantangan keamanan yang kami hadapi. Yakinlah, kami berdiri teguh bersama Federasi Rusia."
"Ada masalah lain yang ingin saya bahas. Rekomendasi Mahkamah Internasional yang baru-baru ini diterbitkan dengan jelas menyatakan bahwa pendudukan dan aktivitas pemukiman Israel tidak dapat diterima. Keputusan ini menyerukan Dewan Keamanan, Majelis Umum, dan semua negara untuk melakukan yang terbaik guna menghentikan tindakan Israel. Resolusi yang diadopsi oleh Mahkamah Internasional mendesak Israel untuk menghentikan tindakan yang sama sekali tidak sesuai dengan hukum humaniter internasional," ujar Abbas.
Palestina, sebut Abbas, memandang Rusia sebagai salah satu sahabat paling berharga bagi rakyat Palestina.
"Seperti yang Anda sebutkan di awal pertemuan kita, kami tetap berharap bahwa rakyat Palestina akan memiliki negara mereka sendiri ... Sejak 7 Oktober (2023), lebih dari 40.000 orang telah tewas, sekitar 80.000 orang terluka, dan lebih dari 15.000 orang masih hilang: inilah kenyataan di Jalur Gaza. Selain itu, ada berbagai peristiwa yang sedang berlangsung di Yerusalem dan Tepi Barat," tutur Abbas.
"Kami tetap teguh dalam perjuangan kami ... Kami tidak akan menerima pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza, Tepi Barat, atau Yerusalem, seperti yang telah terjadi berkali-kali sebelumnya di abad ke-20 – pada tahun 1948, pada tahun 1967. Kami percaya bahwa, dengan dukungan Anda, kami akan mencapai tujuan kami," imbuhnya.
Â
Advertisement