Uni Emirat Arab Kini Punya PLTN Pertama di Dunia Arab, Penghasil Listrik 40 Terawatt Per Jam

Presiden Emirat Sheikh Mohamed bin Zayed memuji penyelesaian pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Barakah sebagai "langkah signifikan dalam perjalanan menuju net zero atau emisi nol bersih."

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Sep 2024, 13:13 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2024, 13:13 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Barakah di wilayah Gharbiya, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). (Foto arsip: AFP)
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Barakah di wilayah Gharbiya, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). (Foto arsip: AFP)

Liputan6.com, Abu Dhabi - Uni Emirat Arab pada Kamis (5/9/2024) mengumumkan rampungnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di dunia Arab, yang disebutnya sebagai "langkah penting."

"Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN Barakah di Abu Dhabi akan menghasilkan listrik 40 terawatt/jam per tahun setelah reaktor keempat dan terakhirnya memasuki operasi komersial," kata Emirates Nuclear Energy Corporation (ENEC) milik negara dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (8/9).

Pembangkit ini akan menghasilkan 25 persen dari kebutuhan listrik negara Teluk itu, yang mana AC ada di mana-mana – hampir setara dengan konsumsi tahunan Selandia Baru, kata ENEC.

Pembangkit nukilr ini akan memberi daya kepada perusahaan-perusahaan termasuk Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (ADNOC), salah satu produsen minyak terbesar di dunia, Emirates Steel dan Emirates Global Aluminium, kata ENEC.

Barakah, yang berarti "berkah" dalam bahasa Arab, mulai beroperasi pada tahun 2020 ketika reaktor pertama dari empat reaktornya mulai beroperasi.

Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, juga mengatakan pihaknya berencana membangun reaktor nuklir.

Presiden Emirat Sheikh Mohamed bin Zayed memuji penyelesaian pembangunan Barakah sebagai "langkah signifikan dalam perjalanan menuju net zero atau nol emisi bersih."

"Kami akan terus memprioritaskan keamanan dan keberlanjutan energi demi kepentingan bangsa dan rakyat kami hari ini dan esok," kata Sheikh Mohamed bin Zayed dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.

Menurut International Atomic Energy Agency (Badan Tenaga Atom Internasional), pembangkit listrik tenaga nuklir itu "harus dibongkar pada akhir masa pakainya, sekitar 60-80 tahun."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sekilas UEA

Objek Wisata di Dubai
Ilustrasi negara Uni Emirat Arab (UEA). (Liputan6.com/Asnida Riani)

UEA (Uni Emirat Arab), yang terdiri dari tujuh emirat, termasuk ibu kota Abu Dhabi dan pusat ekonomi Dubai, merupakan salah satu produsen minyak terbesar dalam kartel OPEC.

Negara itu sebagian besar dibangun di atas minyak tetapi menghabiskan miliaran untuk mengembangkan energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi setengah dari kebutuhannya pada tahun 2050.

Tahun 2023 lalu, negara itu menjadi tuan rumah perundingan iklim PBB COP28 yang menghasilkan kesepakatan untuk "beralih" dari bahan bakar fosil.

UEA terletak di seberang Teluk dari Iran yang memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir buatan Rusia di luar kota pesisir Bushehr, serta program pengayaan uranium yang kontroversial.

UEA telah berulang kali mengatakan ambisi nuklirnya adalah untuk "tujuan damai" dan mengesampingkan pengembangan program pengayaan atau teknologi pemrosesan ulang nuklir apa pun.

Untuk diketahui, negara ini menggunakan stasiun bertenaga gas untuk sebagian besar kebutuhan listriknya, tetapi juga memiliki salah satu pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia di luar Abu Dhabi.

Infografis
Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya