AS Perluas Sanksi terhadap Iran, Bidik Industri Minyak dan Petrokimia

Perluasan sanksi ini juga menegaskan dukungan tak goyah Amerika Serikat terhadap Israel.

oleh Tim Global diperbarui 13 Okt 2024, 09:11 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2024, 09:11 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023. (Dok. Evan Vucci/AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat pada Jumat (11/10/2024) memperluas sanksi terhadap sektor minyak dan petrokimia Iran sebagai respons terhadap serangan rudal Iran ke Israel. Demikian menurut pernyataan pemerintahan Presiden Joe Biden.

Perluasan sanksi merupakan upaya ekstra menghalangi Iran mendapatkan dana segar yang dapat digunakan untuk mendukung program nuklir dan rudal mereka.

"Pengumuman hari ini mencakup tindakan terhadap 'Armada Hantu' yang mengangkut minyak ilegal Iran ke pembeli di seluruh dunia," kata Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (13/10).

"Langkah-langkah ini akan lebih lanjut membatasi sumber daya keuangan Iran yang digunakan untuk mendukung program rudal mereka dan memberikan dukungan kepada kelompok teroris yang mengancam Amerika Serikat, sekutunya, serta mitranya."

Israel telah berjanji untuk menanggapi serangan rudal Iran pada 1 Oktober, yang diluncurkan sebagai balasan atas serangan Israel ke Lebanon dan Jalur Gaza serta pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran.

"Departemen Keuangan Amerika Serikat kini dapat memberikan sanksi kepada siapa pun yang bertekad beroperasi di sektor minyak dan petrokimia ekonomi Iran," tutur Sullivan.

Biden sebelumnya menekankan bahwa Israel sebaiknya mencari alternatif selain menyerang ladang minyak Iran. Sementara itu, menurut tiga sumber dari kawasan Teluk yang berbicara kepada Reuters, negara-negara Teluk melobi Washington untuk mencegah Israel menyerang blok minyak karena khawatir fasilitas mereka bisa juga dapat menjadi sasaran serangan oleh proksi Teheran jika konflik semakin meningkat.

Departemen Keuangan Amerika Serikat mengumumkan pula penunjukan 16 entitas dan identifikasi 17 kapal sebagai properti yang dilarang karena keterlibatan mereka dalam pengiriman produk minyak dan petrokimia yang mendukung Perusahaan Minyak Nasional Iran.

Bersamaan dengan itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengambil langkah-langkah penghentian aliran uang ke program senjata Iran dan apa yang mereka sebut sebagai dukungan untuk "proksi dan mitra teroris".

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada enam entitas yang terlibat dalam perdagangan minyak Iran dan juga melarang enam kapal tanker.

Ekspor minyak Iran meningkat selama masa pemerintah Biden, berkat kemampuan negara itu untuk menghindari sanksi dan menjadikan China sebagai pembeli utama minyaknya.

Konsultan risiko Eurasia Group menyatakan pada Jumat (11/10), Amerika Serikat berpotensi mengurangi ekspor minyak Iran dengan memperketat penegakan sanksi yang telah diterapkan sebelumnya, seperti menggunakan pencitraan satelit untuk memantau kapal tanker yang mematikan transponder mereka agar tak dapat dilacak.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya